Tulisan ini merupakan tulisan ke-11, catatan saya selama mengikuti Festival Forum KTI tanggal 17 – 18 November lalu. Silakan baca tulisan-tulisan saya yang lainnya: Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini, KTI, Masa Depan Indonesia, Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani, Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis, Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia, Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan, Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya, Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi, dan Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat.
Berbeda dari para inspirator yang tampil sebelumnya, kali ini giliran dua orang kepala Kepolisian dari dua daerah berbeda. Yang satu wilayah kerjanya dekat dari rumah saya. Yang satunya lagi wilayah kerjanya di Sulawesi Barat. Keduanya menyampaikan hal-hal yang membuat saya harus menata kembali mind set saya tentang polisi. Ini kisah tentang polisi-polisi plus. Jangan dibalik, lho ya karena mereka bukan “polisi plus-plus”.
![]() |
Para polwan ini membawakan sebuah tarian. |
Suatu siang di bulan Oktober lalu, saya melihat Pak Woro Susilo dari jarak cukup dekat ketika keluar dari Computer City. Waktu itu ia menegur tukang parkir yang bertugas di depan kantor Polsek Panakukang. Kantor Polsek Panakukang letaknya berdampingan dengan Computer City, terletak di jalan Pengayoman, Kota Makassar. Waktu itu saya belum tahu kalau pak polisi yang sedang menunjuk-nunjuk barang-barang yang berada tepat di depan pagar kantor polisi itu adalah kepala Polsek Panakukang. Sempat terlintas di pikiran saya, Pak Woro akan menunjuk-nunjuk dengan suara dan gaya intimidatif. Namun saya keliru. Saya sama sekali tak melihat hal seperti itu. Beliau bersikap wajar saja, gaya menunjuknya juga wajar. Suaranya pun rendah, sewajarnya suara seseorang yang punya itikad baik.
Sebelum menjabat sebagai Kapolsek Panakukang (sejak bulan Mei 2015), Kompol Woro Susilo ini bertugas sebagai Kapolsek Tallo. Pada awal masa jabatannya, kriminalitas di Kecamatan Tallo sangat tinggi. Waktu itu, penyelesaian perkara tidak sebanding dengan SDM yang tersedia, kesadaran hukum masyarakatnya pun rendah.
Pak Woro kemudian berinisiatif membentuk RKS – Ruang Konsultasi Solusi. RKS diluncurkan pada bulan Oktober 2013. Mulanya banyak anggota Reskrim yang tak setuju. Namun akhirnya RKS bisa diwujudkan. RKS diadakan untuk seluruh masyarakat yang punya masalah. Di RKS, masalah-masalah yang masuk dianalisa, kemudian diberi solusi.
![]() |
Woro Susilo. Sumber foto: fan page Facebook BaKTI |
RKS adalah sarana konsultasi antara masyarakat dan aparat polisi (konsultan) mengenai sebuah kasus hukum sebelum, atau sesudah masyarakat membuat Laporan Polisi (LP) secara resmi di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu. Melalui RKS, masyarakat juga bisa berkonsultasi mengenai kinerja pelayakan aparat Kepolisian selain dari kasus hukum.
Ada 3 mekanisme yang bisa ditempuh anggota masyarakat yang hendak menggunakan RKS, yaitu:
- Bisa datang langsung
- Bisa menelepon, nanti polisi yang akan datang ke rumah yang bersangkutan.
- Mekanisme mobile (ada mobil polisi yang disediakan untuk itu).
Setelah 3 tahun terjadi perubahan di Kecamatan Tallo:
- Tingkat kriminalitas turun.
- Dari 325 kasus yang masuk, 280 berhasil diselesaikan di RKS.
- Ada penghematan biaya didik dan sidik.
Eko Wagiyanto adalah perwira polisi lulusan AKABRI tahun 1996. Pak Eko menjabat sebagai Kapolres Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Keberhasilan signifikan yang dilakukan beliau di wilayahnya adalah menginisiasi Gerakan Kembali Bersekolah dengan melibatkan secara penuh Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Kamtibmas)[1].
Lho, polisi ngapain ngurusi anak sekolah? Seperti tidak ada kerjaan lain saja! Hei, tunggu dulu. Menurut Pak Eko, urusan pendidikan adalah urusan lintas sektoral. Bukan hanya urusan pemerintah terkhusus Dinas Pendidikan saja. “Masalah SDM adalah masalah bangsa. Jangan ego sektoral!” seru Pak Eko tegas.”
Selama bertugas di Mamuju, Pak Eko mendapatkan angka putus sekolah di sana cukup tinggi. Kondisi ini berbanding lurus dengan tindak kriminalitas yang terjadi. Pak Eko mengakui bahwa Gerakan Kembali Bersekolah terinspirasi dari seorang polisi desa di Sulawesi Barat yang berhasil mengembalikan 12 anak putus sekolah untuk kembali bersekolah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mendata anak-anak putus sekolah di 132 desa, dengan melibatkan 119 Bhabinkamtibmas. Anak-anak itu kemudian diupayakan supaya bisa kembali bersekolah. Langkah mendata dan mengembalikan mereka bersekolah dilakukan door to door.
Pihak Polres Mamuju membuat nota kesepahamandengan bupati Mamuju, bila anak-anak yang putus sekolah mau bersekolah kembali maka mereka harus diterima TANPA SYARAT. Wow, langkah yang luar biasa cerdas.
![]() |
Eko Wagiyanto. Sumber foto: fan page Facebook BaKTI |
Pak Eko berupaya meningkatkan kapasitas Bhabinkamtibmas di wilayahnya. Secara door to door, sembari menyebarluaskan pesan-pesan keamanan, anak-anak putus sekolah berhasil dikembalikan ke bangku sekolah. Mereka diantar langsung pada hari pertama bersekolah oleh Bhabinkamtibmas. Pada tahap pertama (tahun 2014), 178 anak berhasil dibuat bersekolah kembali. Anak-anak yang sudah kembali bersekolah tidak berani untuk keluar lagi dari sekolah. Pihak sekolah pun tentunya menjadi lebih perhatian kepada mereka karena mereka dititip sebagai “anak-anak polisi”. Yah, siapa yang mau dikejar-kejar polisi kalau mereka tidak bersekolah ya? He he he.
Hati saya tergetar ketika Pak Eko menceritakan awal mula beliau mencari dana awal untuk membelikan anak-anak yang mau kembali bersekolah itu perlengkapan sekolah. Upaya Pak Eko dan jajarannya ternyata bukan hanya sekadar membuat mereka mau bersekolah saja. Bagaimana supaya anak-anak ini bisa memakai pakaian seragam yang layak, tas sekolah, dan buku-buku pelajaran pun dipikirkannya.
“Setelah keluar-masuk bank. Alhamdulillah, tak ada satu pun yang mau bantu,” ucap Pak Eko. Bibirnya menyungging senyum.
Saya tertegun. Lantas biayanya dari mana, Pak?
Penjelasan tentang biaya anak-anak itu segera saya diberikan Pak Eko, “Kami potong gaji. Lima puluh ribu rupiah tiap orang perbulan.”
Luar biasa. Mereka bahkan rela dipotong gaji! Berapa banyak orang yang bersedia berkorban seperti ini?
Pada tahap kedua, UNICEF bersedia membantu Gerakan Kembali Bersekolah. Pemerintah daerah pun mendukung penuh. Targetnya, tahun depan Polres Mamuju akan mengembalikan 300 anak ke bangku sekolah.
Menuliskan tentang dua polisi plus ini membuat saya tak berhenti terharu. Seperti ini pula terharunya saya ketika menyaksikan sendiri Pak Woro dan Pak Eko berbicar di atas panggung. Terlebih ketika Pak Eko mengatakan bahwa sebagai anggota polisi ia merindukan dicintai masyarakat.
Makassar, 3 Desember 2015
Bersambung ke tulisan berikutnya
Terima kasih atas inspirasinya yang luar biasa, Pak Woro dan Pak Eko. Semoga makin banyak polisi yang seperti bapak berdua. Terkhusus pada Pak Eko, jika boleh saya mengusulkan agar langkah-langkah sukses Bhabinkamtibmas di wilayah Bapak diunggah juga di website resmi Bhabinkamtibmas di http://bhabinkamtibmas.com/.
Pada website itu ada keterangan bahwa website tersebut didesain untuk para Bhabinkamtibmas untuk mempublikasikan kegiatannya secara ONLINE dan MUDAH sehingga masyarakat dapat melihat secara langsung kegiatan positif yang telah dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polri dalam memelihara kamtibmas di wilayahnya.
Jika berita baik mengenai Bhabinkamtibmas di Mamuju lebih tersebar, kemungkinannya untuk diteladani di wilayah-wilayah lain juga menjadi lebih besar. Selain itu, masyarakat umum pun menjadi lebih mengetahui kerja polisi, termasuk Bhabinkamtibmas sehingga masyarakat bisa mengapresiasi. Dengan demikian polisi bisa menjadi lebih dekat dengan masyarakat.
Silakan baca tulisan-tulisan lainnya terkait Festival Forum KTI VII:
- Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini
- KTI, Masa Depan Indonesia
- Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani.
- Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis
- Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia
- Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan.
- Petani Salassae Mewujudkan Kedaulatan Pangan
- Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya
- Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi
- Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat
Catatan kaki:
[1]Dahulu diistilahkan dengan Babinkamtibmas (Bintara Pembina Kamtibmas). Namun sejak adanya Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol.KEP/8/II/2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan Kapolri No.Pol. :BUJUKLAP/17/VII/1997, maka sebutan Babinkamtibmas berubah menjadi Bhabinkamtibmas. Bhabinkamtibmas adalah petugas Polri yang bertugas di tingkat desa sampai dengan kelurahan yang bertugas mengemban fungsi Pre-emtif dengan cara bermitra dengan masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, Bhabinkamtibmas dapat diberikan Rumah Dinas. Rumah Dinas Bhabinkamtibmas ini berfungsi juga sebagai kantor yang dilengkapi dengan fasilitas kantor dan peralatan komunikasi. Sedangkan pengadaan rumah dinas Bhabinkamtibmas tersebut disesuaikan dengan ketersediaan anggaran Polri. Sumber: website resmi Bhabinkamtibmas: http://bhabinkamtibmas.com/bhabinkamtibmas-itu-apa-sih