Sportivitas dalam Connecting Happiness– Kalau ditarik benang merahnya, semua lomba yang diselenggarakan dalam rangka menyambut peringatan tahunan kemerdekaan Republik Indonesia memiliki visi yang sama, yaitu SPORTIVITAS. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, SPORTIVITAS (bukan sportifitas ya, “SPORTIFITAS” itu bentuk tak bakunya) adalah sikap adil (jujur) terhadap lawan; sikap bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri; kejujuran; kesportifan.
Bisa dibilang, semua orang setuju bahwa sportivitas merupakan sikap penting dalam kehidupan sosial. Siapa sih yang tak suka pada pemimpin yang sportif? Pada atlet yang sportif? Saya suka, Anda juga, kan? Itu mengenai sikap kita pada orang lain yang sportif – pasti semua orang sepakat bahwa seseorang yang sportif bisa diterima di mana saja.
Berbeda dengan sikap setiap individu pada dirinya sendiri dalam menunjukkan sikap sportif. Setiap orang memiliki nilai dan keyakinan yang berbeda. Buktinya, masih ada kasus penembakan berbekal asumsi sepihak yang membuat geger orang se-Indonesia sehingga banyak yang lupa akan isu naiknya harga BBM. Bagaimana tidak, begitu banyak orang yang merasa “rasa keadilannya” terluka dan sangat berharap adanya proses yang adil dalam masalah hukum yang bersangkutan.
Masih ada saja kasus perundungan yang membuat korban trauma, bahkan ada yang tewas. Juga masih ada kasus pertarungan memperebutkan kursi pemimpin yang menggunakan segala cara, di tingkat paling bawah/kecil sekali pun. Ada pula orang yang menggunakan agama namun manipulatif untuk meraih simpati dan cuan.
Weits, hanya membeberkan sejumlah contoh, ya … saya takkan membahasnya. Maksud saya, sungguh kita ini memang masih harus mengasah jiwa dan sikap sportivitas agar semua orang merasa damai hidup bersama dalam masyarakat. Hal paling mendasar tentunya harus dimulai dari keluarga. Sayangnya, tak semua keluarga memiliki values yang sama. Tak semua keluarga Indonesia menganggap perlu menanamkan sportivitas secara sadar kepada anak sedini mungkin.
Mengembangkan Sportivitas Masyarakat dalam 17 Agustusan
Maka perlu cara lain untuk mengembangkan sportivitas, baik itu melalui sekolah atau komunitas lain di masyarakat. Nah, perlombaan 17 Agustusan salah satu cara sederhana dan menarik. Kebanyakan orang Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan secara sederhana melalui perlombaan 17 Agustusan. Masih banyak yang mengadakan lomba makan kerupuk, lomba lari karung, lomba bawa kelereng, dan sebagainya.
Sangat sederhana, ya. Saking sederhananya semua orang bisa berpartisipasi. Semua peserta bisa happy (bahagia) bersama, sekaligus mengasah jiwa kreativitas – jadi ingat frasa kata connecting happiness-nya JNE. Dalam hal seperti ini, tantangannya hanyalah jika ada peserta yang tidak sepenuhnya jujur dalam berlomba.
Contoh kecil ketidakjujuran dalam lomba 17 Agustusan misalnya ketika tangan para peserta lain berada di balik badannya, ada saja yang tangannya dengan leluasa meraih kerupuk sehingga bisa memakan kerupuk dengan bebas sementara juri tak mempermasalahkannya, malah memenangkan orang yang tak jujur itu.
Tentunya tidak boleh berfokus pada kejadian-kejadian ilegal ya, jika mau berpartisipasi pada lomba-lomba serupa di tingkat RT, RW, ataupun kelurahan, tetap harus mengedepankan sikap sportif. Pada tahun ini, kemeriahan 17 Agustusan sudah kembali seperti pada masa-masa sebelum pandemi covid-19 menyerang bumi.
Mengembangkan Sportivitas Pelajar dalam Porseni
Menyenangkannya zaman now, masih banyak sekolah yang menyelenggarakan Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) dalam bulan Agustus, seperti sekolah putri saya. Athifah ikut mengambil peran dengan mengikuti lomba bercerita cerita rakyat menggunakan bahasa Inggris. Sebagai mamaknya, saya senang dia mau ikut serta. Dengan senang hati saya mencarikannya cerita rakyat Makassar untuk dibawakan pada perlombaan itu.
Putri saya yang tadinya tidak terlalu bersemangat menjadi lebih bersemangat sehingga dia mampu menerjemahkannya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Di sini satu sikap sportif dia lakukan: mengerjakan tanslasi sendiri. Setelah itu barulah saya dan papanya mengecek grammar dan penggunaan diksinya.
Putri saya gagal mendapatkan juara namun saya yakin dia belajar banyak. Secara sportif, dia menerima kekalahan dan mampu menganalisa pada poin-poin mana saja dia kalah dibandingkan senior-seniornya yang meraih predikat sebagai pemenang. Oh iya, satu hal lagi, dia mempersiapkan diri dengan happy. Connecting happinessdalam berlomba.
Contoh Pengembangan Sportivitas Karyawan dalam 17 Agustusan
Selain di tingkat RT, RW, kelurahan, dan sekolah, perusahaan tak ketinggalan dalam pelaksanaan perlombaan dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan ini. Salah satu contohnya adalah 6 cabang olahraga dipertandingkan pada 20 – 28 Agustus 2022 untuk para karyawan JNE.
Dari keenam cabang olahraga sebagai berikut: futsal, sepakbola, bola basket, tenis meja, badminton, panahan, dan funbike, futsal menjadi bidang yang paling difavoritkan para karyawan JNE. Cabang olahraga ini sudah dipertandingkan di JNE sejak tahun 2007. Pada tanggal 28 Agustus lalu, 37 klub dari karyawan dan berbagai departemen di JNE Jakarta menjalani turnamen sistem gugur.
Hasilnya adalah Tim Pickup Marketplace meraih juara 1 setelah membungkam Tim Futsal JKT 48. Luky Bachtiar dari Tim Pickup Marketplace dinobatkan sebagai pemain terbaik pilihan Coach Deny Handoyo.
Sebagaimana di tempat-tempat lain, setelah 2 tahun vakum, ajang ini menjadi ajang yang dinanti-nantikan para pemain futsal di JNE. Melalui ajang ini diharapkan ada pemain bagus dan nantinya bisa gabung di Cosmo JNE FC.
Eri Palgunadi (VP Marketing JNE) menyampaikan apresiasinya akan terselenggaranya momen Pekan Olahraga JNE 2022 ini, baginya momen ini tepat untuk kembali memberikan apresiasi kepada karyawan sehingga dapat berprestasi dalam semua cabang olahraga. Selain itu, hadirnya Cosmo JNE FC dapat memotivasi karyawan JNE agar terus berprestasi
Deny Handoyo (Pelatih Kepala Cosmo JNE FC) juga menyampaikan apresiasinya terhadap event ini dan menyatakan bahwa animo para karyawan JNE dalam mengikuti ajang Pekan Olahraga JNE 2022 ini tinggi. Menurutnya, ajang ini sangat bagus untuk kebersamaan tim dan mencetak atlet dalam cabang olahraga masing-masing sehingga layak untuk dilanjutkan.
Melalui ajang ini – selain berprestasi, Ksatria dan Srikandi JNE pun bisa memperkenalkan nilai-nilai dan budaya positif JNE kepada masyarakat luas, di mana JNE suka berbagi, memberi dan menyantuni. Dengan demikian tagline“connecting happiness” bisa terwujud lalu memberikan manfaat seluas-luasnya bagi Indonesia.
Makassar, 8 September 2022