Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1568

#SuamiIstriMasak Bisa Jadi Booster, Ini Dia 4 Manfaatnya

$
0
0

#SuamiIstriMasakBisa Jadi Booster, Ini Dia 4 Manfaatnya– Mata saya mencari-cari penjual ikan di pasar Terong. Terlihat satu penjual di sudut sebuah gang yang masih masuk wilayah pasar. Suami masih melajukan motornya menyusuri gang, melewati daeng penjual ikan. Kami balik lagi karena di siang bolong ini ternyata hanya satu itu penjual ikan yang tersisa. Inilah kami, suka-sukanya berbelanja jam berapa saja. Kalau lagi moda antimainstream, kami baru menjelajah pasar di siang bolong, saat matahari sedang tinggi-tingginya. Seperti siang itu, ketika ide pengen makan dan masak ikan muncul tiba-tiba.

Kampanye Suami Istri Masak

Kami berdua mewarisi lidah orang Sulawesi yang tidak bisa lepas dari masakan ikan. Kali ini ingin makan nasu baleatau pallumara – ikan pindang khas Bugis/Makassar.

“Tapi kenapa saya ndak suka makan masakan sendiri, yah. Saya lebih suka makan masakan orang lain,” ujar saya pada suami, mengingat saat terakhir makan pallumara  masakan sendiri saya tak bersemangat lagi.

“Nanti saya yang masakkan ki’,” ucap suami.

“Saya masakkan pallumara ta’, kita’ masakkan ka’ pallumara?” hm… sebuah pertukaran yang adil. Saya sihfine-fine saja. Saya bisa memasak untuk pak suami dan beliau yang memasak untuk saya. Meski sama-sama nasu bale, ada perbedaan antara resep masakan yang saya sukai dan untuk suami.

Untuk suami tidak ada proses menumis, murni merebus saja dan bumbunya menggunakan tomat selain asam mangga atau jeruk nipis. Sementara untuk saya, ada proses menumis dan lebih banyak menggunakan bumbu. Masakan si bapak ini saya akui enak. Bahkan putri saya pernah mengatakan saya beruntung karena bersuamikan beliau.

Masak Bersama Ikan Suwir

Hanya beberapa detik kemudian, kami sudah sampai di depan penjual ikan. Saya tertarik dengan ikan jualannya. Daeng itu menjual ikan layang. Sudah lama tak makan ikan layang yang bernama latin Decapterus spp.ini.

Di sebelah 2 ekor ikan layang tergeletak beberapa tumpukan ikan katombo (Rastrelligerspp.) yang dalam bahasa Indonesianya disebut ikan kembung. Singkat cerita, jadilah kami pulang membawa 2 ekor ikan layang berukuran cukup besar dan 5 ekor ikan kembung berukuran “tidak besar tapi tidak kecil” dengan total harga Rp.35.000.

Setelah ikan dibeli, saya malah berubah pikiran, ingin memasak ikan suwir karena dua anak lelaki saya doyan ikan suwir masakan saya. Sudah agak lama saya tidak memasak ikan suwir, kangen rasanya melihat mereka menyantap ikan suwir dengan lahap.

Kalau lagi rajin, mau saja saya memasak ikan suwir yang masaknya sebenarnya agak ribet. Ikannya tuh harus direbus lebih dulu ala nasu bale dengan serai, bawang putih, dan lengkuas yang semuanya dikeprek plus air asam. Setelah dingin baru disuwir-suwir lalu ditumis dengan bawang putih, tomat, daun bawang, dan cabai rawit.Urusan membersihkan ikan, seperti biasa diserahkan kepada suami.

jejak sampah rumah tangga

Booster dari Bantuan Suami

 

“Kalian harus bersyukur, suami kalian mau membantu,” ucap ibu mertua suatu ketika kepada saya dan saudari ipar. Benar yang beliau katakan. Alhamdulillah tak ada masalah soal pekerjaan rumah yang penting dinyatakan ingin dibantu dalam hal apa.

Pada awal pernikahan kami, pak suami diam-diam saja saat saya mengerjakan sesuatu. Tipikal bapak-bapak pada umumnya. Setelah saya memberanikan diri mengomunikasikannya karena tak sanggup lagi menahan gondok, beliau berkata, “Kalau tidak bilang ya berarti tidak perlu dibantu.” 😊

Ahaha, jadi masalahnya di KOMUNIKASI. Kalau dipikir-pikir apa salahnya berkomunikasi ya, tinggal bilang saja. Jangan berharap pasangan mengerti kalau tak dikomunikasikan. Ngambek takkan menghasilkan apa-apa selain rasa lelah atau jerawat!

Yang terjadi kemudian adalah begitu saya minta tolong, biasanya beliau langsung membantu kecuali jika ada yang sedang dikerjakannya. Ah, saya hanya perlu memahami pola pikir ala “makhluk Mars” pada dirinya.

Tahun pun berganti hingga kami memasuki usia pernikahan ke-23 di tahun ini. Jika suami ringan tangan ikut membereskan pekerjaan rumah, apalagi tanpa diminta, rasanya bagaikan booster bagi saya. Seperti baru-baru ini, beliau membantu memotong-motong sayuran dan bumbu sehingga lebih mudah bagi saya untuk mengolah masakan.

Masak Omelet Mie

Sebenarnya beliau masih mau mencuci piring dengan berpesan, “Nanti saya yang cuci piring!” tetapi saya mengerjakannya sendiri dengan sukacita, berikut pekerjaan-pekerjaan lain yang sebenarnya saya ingin meminta bantuannya tetapi booster membuat saya lebih bertenaga lalu mengerjakannya sendiri. 😅

Meskipun banyak orang Indonesia yang mengharamkan suami memasak di dapur, beruntungnya, orang tua saya tak berpandangan demikian. Ayah saya seorang family man yang tak sungkan memasak di dapur, malah justru lebih piawai daripada ibu saya. Demikian pula suami saya, adik laki-laki saya, dan suami dari adik perempuan saya. Mereka semua mau bersama-sama istri mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah termasuk masak di dapur.

 

Memasak Bersama Suami Hal yang Mustahil?

 

“Pa, tolong potongkan daun bawang dan parutkan wortel! Kol masih ada?” saya menginstruksikan sekaligus menanyakan kebutuhan masakan yang akan saya buat beberapa hari lalu.

“Kol ada di kulkas,” jawab suami. Dengan cekatan dirinya mengerjakan apa yang saya instruksikan. Tak perlu diberitahukan lagi detailnya bagaimana karena hal-hal ini sudah berkali-kali dilakukannya.

Saya mengambil kol yang sudah dipotong-potong oleh suami sehari sebelumnya, berikut bahan-bahan lain untuk membuat omelet mie. Kali ini saya ingin membuat omelet mie dengan isian yang cukup banyak. Selain mie rebus, ada kol, wortel, tahu, daun bawang, bawang putih, kecap ABC, dan saus tiram.

Bumbu dan bahan tambahan untuk masakan ikan suwir sekalian saya siapkan juga. Ada bawang putih, serai, lengkuas, daun bawang, tomat, cabai rawit, dan sisa stok Sambal Ny. Rara.

Sambal Tomat Kecap ABC

“Duh, kurang ki daun bawangnya. Ndak asyik ki ikan suwir kalau sedikit daun bawangnya. Masakan yang lalu itu enak karena banyak daun bawangnya,” saya menyadari kekurangan daun bawang.

“Nanti saya beli di warung Mama Otto,” tanpa diminta suami menawarkan diri untuk membelikan daun bawang dan tak lama kemudian beliau ke warung yang berjarak 50 meter dari rumah kami.

Ini tentang membantu dalam mempersiapkan bahan untuk dimasak. Dalam memasak pun, pak suami bisa diandalkan. Masya Allah. Saya tinggal bilang, “Besok masakkan anak-anak nasi goreng, ya.” Atau, “Besok makan mie goreng, ya.” Maka keesokan paginya pak suami bersibuk-sibuk di dapur dengan bumbu-bumbu dan kecap. Mie goreng masakan beliau, dengan bumbu racikan sendiri dan kecap ABC rasanya juara, lho! 🤫

Well, berangkat dari video #SuamiIstriMasak Kecap ABC di kanal YouTube ABC Indonesia tulisan ini tercipta. Kalau di atas saya menceritakan bagaimana suami membantu membersihkan ikan dan memotong-motong bumbu serta bahan masakan, kejadiannya mirip dengan salah satu ibu di video di bawah ini.



Kemiripannya adalah, seperti ibu itu, kebiasaan saya saat memasak adalah sembari membersihkan dan mencuci peralatan yang kotor. Sebisa mungkin begitu masakan siap, dapur sudah rapi. Kemiripan lainnya adalah, usai bekerja di dapur, suami saya juga meninggalkan “jejak-jejak” sebagaimana suami si ibu meninggalkan “jejak” berupa sampah dan peralatan yang bertebaran.

Berbeda dengan ibu itu, saya tidak mengeluh. Bagi saya, apa yang suami lakukan sudah sangat membantu. Urusan membereskan sampah dan peralatan toh memang tetap harus dilakukan walaupun saya yang mengerjakannya sendiri hanya beda sudut pandang saja.

Tidak mengapa membereskan dapur yang diberantakin suami asalkan bukan saya yang mengerjakansemua-muanya. Kalau diambil positifnya ya sangat positif apa yang suami sudah lakukan, jadi jangan diambil negatifnya. Tak seberapa koq urusan membereskan ketimbang upaya yang dilakukan suami. Menurut saya, ya …

 

Manfaat Kolaborasi Bersama Suami di Dapur

 

Kalau saya simpulkan nih, berdasarkan pengalaman selama 23,5 tahun pernikahan, manfaat kolaborasi bersama suami di dapur itu:

 

1. Membuat Istri Bahagia

 

Saya sih merasa bahagia ketika suami mau ikut sibuk di dapur. Kalau di kamar tidur ada pillow talk maka di dapur juga ada kitchen talk. Dengan berduaan, ada saja yang bisa dikomunikasikan termasuk berduaan di dapur. Istri yang bahagia karena urusan perut serumah jadi lebih mudah dipecahkan tentunya menjadi lebih riang juga dalam berkomunikasi karena hatinya bahagia. Se-simple itu.

 

2. Momen Bermesraan

 

Bermesraan di dapur, memangnya bisa? Bisalah. Apa sih yang tidak bisa bagi pasangan suami-istri yang sama-sama punya itikad baik dalam berumah tangga? Bisa banget kalau hanya sekadar saling merayu atau ngegombal setelah saat saluran komunikasi terbuka lebar, bukan? Kalau ada yang belum pernah merasakan Romantisme di Balik Dapur, you must try it!

 

3. Suami Bahagia dengan Cara Mengenali Keluarganya Melalui Masakan

Suami Mama Pintar Masak

Biasanya yang paling tahu masakan kesukaan semua anggota keluarga itu si istri. #SuamiIstriMasak di dapur memungkinkan suami untuk lebih mengenal keluarganya. Membahagiakan anak-anak itu sederhana, sesederhana kita mampu menyediakan makanan yang mereka sukai.

Menyediakan dengan cara membeli di luar dan memasakkan untuk mereka itu berbeda makna. Kebahagiaan kita rasanya lebih tinggi level-nya ketika makanan yang disediakan itu merupakan hasil masakan sendiri.

Kalau ibu bisa merasakan kebahagiaan itu, mengapa ayah tidak ikut merasakannya melalui pengenalan makanan favorit anak? Ketika ayah bahagia, ibu lebih bahagia lagi. Coba bayangkan perasaan saya ketika putri remaja kami mengekspresikan cintanya pada ayahnya dengan kata-kata ini dengan nada kagum, “Beruntungnya Mama punya suami pintar masak.”

 

4. Anak Akan Meneladani Orang Tua

 

Orang tua bisa menjadi role model anak ketika kelak anak menjalani peran sebagai orang tua. Manfaatnya akan signifikan terutama bagi anak lelaki. Anak lelaki kelak tidak akan canggung mengerjakan pekerjaan rumah. Ketika hidup mandiri baik sebelum menikah maupun setelah menikah in syaa Allah dia bisa mengurus dirinya dan keluarganya.

Dalam tulisan berjudul LEGENDADDY: Ayah Hebat yang Sadar Perannya dalam Pengasuhan Anak, saya menulis uraian psikolog Rini Hildayani, M.Psi. yang mengatakan:

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak amat berpengaruh. Ada penelitian yang menunjukkan, kemampuan kognitif anak lebih baik ketika memasuki usia 6 bulan hingga 1 tahun dan memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi pada usia 3 tahun. Ayah-ayah yang terlibat bersama anak, membuat anaknya mampu mengendalikan emosi, lebih toleran terhadap stres, dan memiliki self efficacy. Selain itu, anak sulung yang melihat ayahnya terlibat dalam pengasuhan adiknya berpeluang besar untuk bertumbuh menjadi anak yang suka berbagi dan penolong karena terbiasa melihat ayahnya.

Terkait ini, saya kira terjadi pada dua anak laki-laki kami. Dua-duanya tak segan masuk dapur untuk memasak. Si sulung malah sudah bisa masak nasi goreng saat SMP dan tak segan membawakan kami makanan jika di tempat yang dia pergi memperbolehkan membawa pulang makanan.

💗💗💗

Belum lengkap argumen di atas jika Anda belum membaca apa kata psikolog Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CPC[1] untuk melengkapi testimoni saya:

Bukan hanya kedekatan dan keintiman secara fisik yang harus dijaga, dirawat dan dipelihara namun juga kedekatan secara emosional antara suami dan istri. Quality time bersama pasangan juga perlu dilakukan, misalnya merayakan hari spesial dengan memasak bersama di dapur rumah.

Nah, dengan sederetan manfat dan argumen di atas, jika suami mau masuk dapur dan rela berjibaku dengan bahan dan peralatan masak, mengapa ditolak? Ide kolaborasi bukan hanya masak bersama dengan mencoba berkreasi aneka masakan atau salah satu yang memasak, bisa dengan membantu mempersiapkan alat dan bahan, atau salah satunya membantu membereskan peralatan. Dilakukan sembari ngobrol tentu lebih asyik.

 

Kampanye #SuamiIstriMasak

 

Titi Tian Masak Bersama

Pentingnya manfaat pasutri berkolaborasi di dapur sangat disadari oleh Kecap ABC. Olehnya itu Kecap ABC konsisten melaksanakan kampanye #SuamiIstriMasak sejak 2018.  Awalnya, kampanye mengajak para istri untuk mendukung suami memasak. Pada tahun 2019 kampanye diinisiasi selama Hari Kesetaraan Perempuan.

Kemudian pada tahun 2020 berlanjut kepada ajakan untuk anak-anak melakukan hal serupa melalui platformedukasi. Pada tahun 2021 Kecap ABC mengusung kolaborasi dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono untuk menekankan pentingnya kolaborasi pasutri di dapur.

Kampanye ini mengajak para suami agar mau membantu istri melalui hal-hal sederhana yang dapat dilakukan di dapur. Pesan pentingnya adalah agar para suami dan istri dapat menciptakan waktu berkualitas dalam melalui jalinan ikatan yang dapat diciptakan kapan saja dan di mana saja, termasuk di dapur.

Tak perlu jauh-jauh dulu untuk memperjuangkan kesehatan mental dan healing, temukan kebahagiaan di dalam diri, dari ruang yang kita sebut “dapur”. Dengan pemahaman sederhana maka siapapun bisa mengupayakan kebahagiaannya sendiri dan berkonsolidasi dengan pasangan.

Mengapa dapur? Karena kebahagiaan itu sederhana, ada di dalam diri kita sendiri. Bisa datang dari perut yang kenyang dengan masakan favorit dari bahan terbaik, sebaik kecap ABC, dari dapur sendiri. Nah, bagaimana? Punya pendapat dan pengalaman apa terkait #SuamiIstriMasak? Share di kolom komentar, yuk.

Makassar, 30 November 2022



[1] https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1545819-masak-bersama-suami-istri-bisa-bikin-hubungan-makin-harmonis-ini-tipsnya, diakses 29 November 2022, pukul 23:49 WITA.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1568

Trending Articles