CUTDEKAYI. Hm, nama yang unik. Beberapa kali membaca alamat blog dari ibu muda yang nama lengkapnya Sri Luhur Syastari ini, saya merasa terkesan. Terkesan karena nama uniknya. CUTDEKAYI. Maksudnya apa, ya?
Kayaknya otak saya yang lagi lelet, nih. Setelah sekian kali melihat alamat blog perempuan yang nama kecilnya Ayi dan menyadari dirinya tinggal di Banda Aceh, barulah saya mengerti. Kata CUTDEKAYI itu seharusnya dipisah-pisah menjadi 3 kata: “Cut Dek Ayi”.
![]() |
Sumber gambar: www.cutdekayi.com |
Pemahaman yang saya peroleh itu bersamaan dengan ke-engeh-an saya akan usia blogger perempuan yang suka membahas tentang her family di blognya ini. Dua puluh satu tahun! Ya, dua puluh satu tahun, itu yang tertera pada profil di akun Twitternya!
Amazing. Saya terpesona saat menemukan perempuan yang sudah berani menjadi ibu dari bocah lucu bernama Kizain di usia semuda itu. Di usia itu dulu, saya masih saja hahahihi dengan kawan-kawan kuliah. Belum mau memikirkan soal menikah. Pengen jadi sarjana dulu, pengen anu dan inu dulu.
Tapi Cut Dek Ayiini berbeda. Dia berani menikah di usia 20 tahun berikut mengambil tanggung jawab menjadi istri dan ibu di usia yang teramat muda. Baca, deh di tulisannya yang berjudul “Pernikahan” ini:
Hingga akhirnya saya dan suami dipertemukan di sebuah organisasi. Pertemanan dimulai. 1 bulan setelah berteman, dia menyatakan keinginan ingin mempersunting saya sebagai istri. Ahay! Ternyata dia juga sudah ingin menikah. Biar berkah dan rezeki melimpah ruah sesuai janjiNya, begitu katanya. Saya bertanya tentangnya ke beberapa sahabat dekatnya, sesuai arahan ayah yang pada saat itu sudah agak luluh. Akupun istikharah. Alhamdulillah doa dan harap saya diijabah Allah. Allah Maha Baik, saya dijodohkan dengan pemuda yang insya Allah sholeh dan sangat patuh kepada orang tua. Saat lamaran di 7 Juli 2014, akhirnya Ayah luluh sepenuh hati sebab ketulusan suami saya dan beliau tidak muluk-muluk. Suami saya datang seorang diri, mengenalkan diri dan menyampaikan kehendak hati.
Tulisan-tulisan di blog Ayi kebanyakan berisi proses pembelajarannya menjadi ibu dan istri. Saya suka membacanya. Tulisan-tulisan yang saya baca tentang pembelajarannya itu menunjukkan betapa tinggi semangat belajar seorang Ayi tentang kehidupan.
Saya terperangah membaca tulisan berjudul 40 Tahun Ibunda di blog Ayi. Bagaimana tidak, pada waktu usia ibundanya 40 tahun, di saat itu usia saya sudah segitu juga. Tulisan ini menjadi masukan bagi saya untuk benar-benar memperbaiki diri dan menjaga sikap di depan anak-anak. Karena anak-anak pasti akan mengenangnya dan bahkan kelak bisa menuliskannya di blog mereka! Ini membuat saya berpikir ... kelak, anak-anak saya akan mengenang saya seperti apa, ya?
Menjelajahi blog Ayi mendatangkan keasyikan tersendiri. Cara menulisnya yang mengalir ringan, membuat kita membacanya betah. Topiknya yang dekat dengan keseharian memperkuat alasan mengapa membaca blognya sedemikian mengasyikkannya. Selalu ada “sesuatu yang bermakna” di dalam setiap tulisannya. Rasanya ingin terus mengintip kehidupan Ayi yang tertuang di dalam tulisan-tulisannya. Tidak percaya? Silakan saja simak Cutdekayi dot Com.
Makassar, 14 April 2016