Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1568

Pesan Athirah untuk Para Lelaki

$
0
0
Saya sudah siap menonton film ini. Mungkin karena alasan itu makanya saya tak terlalu menitikkan air mata. Mungkin juga karena saya sudah pernah membaca kisah puluhan perempuan yang dipoligami dalam satu buku jadi saya siap menonton kisah poligami Haji Kalla, eh Puang Aji – ayahanda Jusuf Kalla dalam film Athirah. Mungkin juga karena dominan tulisan teman-teman yang sudah mengulas Athirah, mengangkat tema bagaimana perempuan yang dipoligami yang memang sangat kuat aromanya dalam film yang berdurasi hanya 80 menit ini. Itu semua membuat saya sangat siap menonton film ini.


Namun keingintahuan saya terhadap film ini tak menyusut. Saya menyimpan rasa penasaran yang mendalam karena:
  • Saya penasaran dengan kesan saya pribadi tentang film ini.
  • Teman-teman yang sudah nonton semuanya memuji film ini. Ya akting para pemainnya yang katanya semua bagus. Juga tentang kedahsyatan bahasa gambar film besutan Riri Riza dan Mira Lesmana ini. Saya ingin menikmati semuanya.
  • Bahasa Bugis sering dipergunakan sepanjang film Athirah pun makanan khas Bugis. Saya juga ingin menikmati hal-hal ini dalam bahasa gambar karya sineas besar negeri ini. 
  • Sarung-sarung sutera di film ini adalah hasil karya putera daerah Wajo yang diperoleh dari Aminah Silk, Sengkang, milik Kak Ida Sulawati – kawan IIDN Makassar.
  • Ibunda seorang kawan bernama Rahmadani Nur Maghfirah yang berdomisili di Sengkang ikut bermain sebagai figuran – perajin sutera di Wajo.


Haha, memangnya penting, ya pernyataan kesiapan saya sehingga Anda harus membacanya sampai sepanjang ini. Baiklah pindah topik yaa. Jadi, review saya ini tidak berpusat kepada kesan saya tentang perempuan tangguh bernama Athirah. Bukan karen saya menafikannya, bukan. Penghormatan saya kepada almarhumah Athirah menjadi sedemikian besar usai nonton film ini. Tapi saya tak mau mengulasnya karena sudah terlalu banyak teman blogger yang menuliskannya Ketangguhan Athirah adalah pesan yang paling besar dari film ini, itu tak diragukan lagi. Saya mau membahas “pesan Athirah untuk para lelaki” saja.

Well, ada dua lelaki yang perannya nyaris sama pentingnya dengan Athirah dalam film ini, yaitu: Puang Aji – suaminya dan Ucu - putera sulungnya.

Ketika Athirah memastikan kabar suaminya menikah lagi
Banyak lelaki yang nonton film ini. Kalian tangkapkah pesan Athirah kepada kalian, wahai lelaki? #tsahmamakNiarberetorika

Baiklah, langsung saja. Inilah pesan Athirah untuk para lelaki:
  1. Jadilah role model yang mantap untuk anak lelaki kalian! Kalian simak, kan, bagaimana kemarahan Ucu kepada ayah kandungnya? Walau ia menghormati ayahnya, perasaan yang tampak dari seorang Ucu dalam film ini didominasi kegalauan dan keprihatinan karena melihat penderitaan ibundanya. Karena karakter ayahnya, anak lelaki bisa belajar menghormati perempuan, lho. Tetapi seorang anak lelaki juga berpotensi menjadi lelaki yang kelak akan menyakiti hati perempuan lain karena pengaruh sosok ayahnya.
  2. Jika lelaki sudah berharta, jangan serta-merta memutuskan mencari perempuan lainuntuk membagi hartanya karena dia bisa bangkrut. Bukan semata karena jalur pengeluaran semakin banyak tetapi karena do’a seorang pendamping yang tadinya begitu ikhlas dan sabar tak berkah lagi untuk menjadikannya kaya-raya. Beberapa kejadian membuktikannya, kejayaan tahta lelaki runtuh akibat tergoda perempuan lain. Beberapa lelaki yang saya kenal, memahami dengan baik hal ini. Sehingga, meskipun hidup mereka dikelilingi perempuan cantik, mereka tidak pernah berpaling.

Ibunda Athirah menceritakan kisah masa lalu dan menyanyikan Mate Colli.
Adegan yang paling saya suka adalah ketika  Athirah menyuruh Ucu mengambilkan kotak dari kamarnya. Kotak itu diletakkan di atas meja, di depan Haji Kalla. Kata-kata yang dikeluarkan Athirah mencerminkan kebesaran jiwa sekaligus kemenangannya, membuat Haji Kalla tertunduk. Wow, berapa banyak perempuan bisa seperti itu setelah semua pengorbanan, air mata, dan kerja kerasnya selama ini mengobati luka seiring waktu?

Jajang C. Noer – aktris favorit saya, seperti biasa, bermain apik. Sebagai ibunda Athirah, dia bisa menuturkan bahasa Indonesia dialek Bugis, bahkan berbahasa Bugis dan menyanyikan lagu Bugis berjudul Mate Colli dengan fasihnya. Jangan ditanya kualitas akting Cut Mini memerankan Athirah. Dia pun luar biasa. Ah, dan memang benar, semua pemain berakting dengan bagus!

Satu hal yang saya kurang sreg, yaitu dialog pada adegan Ucu bermain bola dengan kawan-kawan lelakinya. Seorang kawannya mengatakan, “Bagi bolamu, Cu. Bapakmu mau berbagi perempuan, masa kau tidak mau berbagi bola?” Di sini saya bingung. Berbagi bola --> berbagi perempuan? Bapaknya Ucu kan tidak membagi perempuannya dengan lelaki lain seperti para pemain bola berbagi bola?

Athirah berbisnis sarung sutera. Perhatikan cara menjemurnya, memang khas seperti itu.
Sumber:
https://www.brilio.net/film/15-foto-adegan-film-athirah-cerita-masa-kecil-jusuf-kalla--160915e.html
Adegan itu diakhiri dengan perkelahian. Aih, kebayang kan perasaan seorang Ucu saat diledek? Apalagi ketika cintanya ditolak oleh Ida karena ada riwayat poligami dalam keluarganya. Ayah Ida takut kalau-kalau Ucu nantinya bersikap sama seperti ayahnya. Ah, ya, saya kira tak ada lelaki yang mau putrinya disakiti, ya?

Eh, yang terakhir itu, merupakan pesan Athirah untuk para lelaki juga. Bahwa, lelaki harus menjaga sikapnya dalam rangka menjaga perempuannya, entah itu ibunya, saudarinya, atau putrinya. Jadi, pesan Athirah untuk para lelaki semuanya ada 3 ya, teman. Masih ingat yang duanya apa? :)


Makassar, 6 Oktober 2016 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1568

Trending Articles