Masih saja Mama merasa aneh dengan mainan anak bernama spinner. Entah di mana kenikmatan memainkannya. Tapi, yah, namanya mainan untuk anak jaman now. Manalah bisa anak jaman old ini mengerti, sekeras apapun dia mencoba memahami.
Makin aneh Mama rasa ketika harganya pernah mencapai puluhan ribu rupiah – jangan-jangan ada yang berharga ratusan ribu rupiah? Dalam pikiran Mama, mendingan uang segitu dipakai beli songkolo’– makanan khas Makassar yang terbuat dari beras ketan dan lezat disantap dengan sambal tumis ini. Bayangkan, kalau harga tujuh puluh ribu rupiah hanya bisa mendapat satu spinner, kalau songkolo’ yang harganya cuma seribu rupiah per bijinya, bisa dapat banyak, kan? 😏
Begitulah mamak-mamak, yah. Nilai ekonomisnya amatlah diperhitungkan. Makanya Mama senang-senang saja ketika suatu hari Athifah mengatakan ingin membelikan Afyad spinner murah seharga Rp. 2000 per bijinya. Dengan semangat 45, Mama mendukungnya.
Hingga ketika siang itu, saat menjemput Athifah di sekolah, Mama mendapatkan ada 4 spinner di tangan Athifah? Wah wah, bisa beli 8 biji songkolo’. Tapi tak mengapa, Mama ingin tahu dulu untuk siapa saja 4 buah spinner warna-warniitu.
Athifah bercerita, kawan-kawannya bertanya mengapa dia membeli begitu banyak spinner. Ya iyalah, anak-anak itu jadi kepo. Lha untuk tangan semungil tangan nona mungil ini hanya perlu satu spinner saja. Dua spinner itu kebanyakan!
Athifah menjelaskan kepada kawan-kawannya bahwa spinner-spinner itu untuknya, untuk adiknya Afyad, dan untuk Papa. Hm, di sini Mama pun bengong. Si Papa ngapain pesan spinner juga? Mendingan beli songkolo’, bisa dimakan berdua!
“Bapak ta’ main spinner juga?” tak bisa menahan heran, seorang kawan Athifah bertanya.
“Iya. Ndak tau mau na apai. Orangtua jaman now,” ujar nona mungil ini. Di sini Mama tertawa terbahak-bahak. Bagus juga jawaban nona mungil ini. Jawabannya kekinian!
Tak sampai di situ. Papa menambah beban pertanyaan di benak Mama – untungnya yang lain sudah terjawab.
“Saya warna pink!” seru si Papa.
“Saya piiiink!” Athifah tak mau kalah.
“Saya yang pink,” Papa mengambil spinner berwarna pink dengan cepat dari putri mungilnya.
Oh ya ampun, ini pakai mengusili putrinya segala. Sudah tahu anak perempuan ini tergolong ratu drama. Kalau diusili bisa menjerit-jerit heboh dia!
Rasanya Mama mau mendelik semendelik-mendeliknya mendengar keusilan Papa dan melihat anak perempuan yang mulai pasang raut merajuk. Takutnya si nona tak bisa menahan diri lalu menjerit keras-keras seperti yang biasa dia lakukan di rumah saat dijaili Papa. 😵
Untungnya tak terjadi keributan. Malu-maluin, deh kalau bikin ribut di sekolah. Athifah cukup kalem kali ini. Fiyuh. Kalau ribut, bisa jadi Mama akan memberikan cubitan gemas-gemas sayang kepada Papa supaya berhenti mengganggu putri satu-satunya ini!
Makassar, 9 Februari 2018