Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1573

Pesan Moral, Ganjalan, dan Warning dalam Film Terbang Menembus Langit

$
0
0
"Karena kita orang China," sang kakak bemaksud menunjukkan pada Achun bahwa perjuangan dari kota kecil Tarakan ke Surabaya itu tak mudah. "Kita orang Indonesia keturunan China," tangkis Achun. Keduanya berdebat ketika Achun menyampaikan keinginan kuatnya untuk merantau ke Surabaya. Akhirnya kakak-kakaknya menyetujui Achun merantau ke kota pahlawan. Di sinilah perjuangan kehidupan yang sesungguhnya itu bermula. Benar-benar perjuangan luar biasa dari seseorang bernama lengkap Onggy Hianata(Achun) yang menjadi sumber inspirasi flm Terbang Menembus Langit ini. Hal pertama yang paling menarik dari film ini bagi saya adalah: based on true story!


Dion Wiyokomembawakan peran sebagai Onggy dengan gemilang. “Akting yang wajar” – kata saya untuk orang-orang yang bermain dengan natural dalam sebuah lakon. Ya, seperti Dion. Pun seperti Laura Basuki yang menjadi istri Onggy dalam film ini. Saya pun suka dengan aktingnya. Ah, masih ada sederetan nama lain yang bermain apik. Ada Aline Adita, Baim Wong, Delon Thamrin, Melisa Karim, dan komika Indra Jegel serta Fajar Nugra.

Tak melulu jatuh-bangunnya memperjuangkan hidup, film ini dibalut pula dengan komedi situasi ketika Onggy dikawani 3 room mates konyol asal Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Papua selama tinggal di kamar kos di Surabaya. Ketiganya mewarnai suka dan duka perjuangan hidup Onggy selama masa lajang yang kebanyakan scene-nya berurusan dengan makanan, mulai dari apel, sambal, hingga jagung bakar 😝

Romansa Achun (Onggy Hianata) dan sang istri
Selain itu ada kisah Onggy mengejar cinta, menikah, hingga drama rumah tangganya yang berulang kali mengalami pasang-surut ekonomi tidak hanya berkubang air mata. Pendeknya, film besutan sutradara Fajar Nugros dan Demi Istri Production (produser: Susanti Dewi) ini mengandung pesan-pesan moral berikut yang seharusnya dibawa pulang para penontonnya saat keluar dari gedung bioskop:

1. Keberagaman itu indah.

Syaratnya disebut Indonesia adalah karena kita berbeda. Ada Indonesia keturunan Bugis, keturunan Jawa, keturunan Tionghoa, dan sebagainya. Sepenggal kalimat itu dilontarkan oleh salah seorang pendukung film saat meet up dengan mereka di depan XXI Trans Studio Mall sebelum premiere. Maaf, saya lupa siapa yang mengatakannya karena saya datang setelah perkenalan para pendukung film Terbang selesai.

Meet up dengan pendukung film Terbang Menembus Langit di Makassar
Yang jelas, saya mendengar dan membenarkan kalimat tersebut. Saya pun termasuk orang yang meresapi warna-warni keberagaman yang indah di negara ini. Mulai dari dua orang tua yang berbeda suku dan bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai suku dan latar belakang di masa-masa sekolah, masa merantau di awal pernikahan, dan saat ini – ketika aktif bermedia sosial dan tergabung dengan banyak komunitas yang anggotanya seindonesia raya bahkan ada yang tinggal di luar negeri.

Walah malah nyaris ngelantur, ya. Yang mau saya bilang: potret keberagaman ada di dalam film ini. Mulai dari pergaulan Onggy di daerah asalnya di Tarakan (Kalimantan Timur) hingga merantau ke Surabaya lalu ke Jakarta. Penggambaran keberagaman dalam film ini indah. Bahkan ketika kerusuhan 1998 pun dilukiskan dengan hati-hati sekali dan menyelipkan pesan keberagaman yang indah di dalamnya.

2. Kesetiaan mampu mendukung untuk bangkit dari kegagalan.

Kuatnya karakter istri Onggy terdeskripsikan dengan gamblang. Mendukung suami berpindah tempat dan berpindah pekerjaan menguatkan sosok Onggy untuk terus bangkit dari kegagalan yang bertubi-tubi. Akting apik dari Laura Basuki membuat sosok istri Onggy itu jadi sempurna. Kewajaran seorang istri di posisinya saat merasa sedih, kecewa, marah yang berubah-ubah kadarnya, diselingi tawa dan lirikan manja di saat lain, terwakili dengan indah pada diri Laura Basuki. Laura memang bisa mengimbangi berubah-ubahnya akting Dion dalam menggambarkan keadaan emosionalnya yang juga berubah-ubah. Dalam film ini, Dion harus membawakan emosi cemas, ceria, sedih, kasmaran, marah, hingga frustrasi.

Akting Dion Wiyoko
Bukan hanya kesetiaan seorang istri. Ada kesetiaan sahabat-sahabat dan saudara-saudara kandung Onggy dalam film ini. Mereka membantu Onggy bangkit berkali-kali dari keterpurukan.

3. Keuletan tiada tara adalah syarat kesuksesan.

Onggy adalah contoh sosok yang ulet tiada tara! Cerminan dari kelebihan para keturunan Tionghoa yang saya dengar. Kalau butuh motivasi, seraplah inspirasi dari film ini. Dialah sosok sentral makanya film ini dibuat. Kalau dirimu pejuang kehidupan yang saat ini sedang berjuang mengalahkan tantangan dahsyat atau yang sedang terpuruk dan butuh suntikan nyali untuk bangkit, barangkali di film ini ada serum yang kau butuhkan! Pertanyaan “Kau tak bosan gagal?” yang ditujukan pada Onggy, tak pernah menjatuhkan mentalnya!

Official trailer film Terbang Menembus Langit

Selaksa pujian di atas harus saya hentikan sampai di sini untuk beralih membahas dua ganjalan kecil. Kecil saja namun saya berharap ke depannya agar pembuat film berhati-hati karena tetap rasanya ada yang kurang jika ada bagian film yang tak logis maka saya mencatat dua hal ini:

1. Bulu mata cetar.

Bulu mata ibunda Onggy (diperankan oleh Aline) dan istri Onggy terlihat cetar untuk ukuran orang yang kehidupan ekonominya sulit. Apalagi ketika di-close up, duh makin cetar deh kelihatannya. Aneh saja melihat orang yang sehari-harinya hidup amat pas-pasan tapi bulu matanya masih sempat dibuat cetar begitu. Di kehidupan nyata mana ada? Boro-boro mengurus kelentikan bulu mata, mereka sibuk dengan urusan perut. Lain kali dibuat lebih soft, lah ya pak sutradara 😅

2. Bugis tak sama dengan Makassar.

Para pendukung film Terbang Menembus Langit
Di adegan awal, ketika ayah Onggy mendamaikan pertikaian antara orang Tidung dan orang Makassar, adegan ini mengganggu saya. Saat ayah Onggy bertanya kepada si orang Makassar, si orang Makassar memperkenalkan dirinya. Ayah Onggy mengatakan kepada yang ada di sekitarnya bahwa si orang Makassar ini adalah “orang Bugis” dan balik menyapanya dengan bahasa Bugis. Padahal Bugis dan Makassar itu dua suku yang berbeda dengan bahasa yang berbeda pula. Yang terjadi dalam film ini seperti jika orang Jawa dikasih bahasa Sunda dan si orang Jawa dibilang orang Sunda. Begitu, lho. Ya, ada sih kosa katanya yang sama dalam bahasa Bugis dan Makassar tapi untuk ke depannya harap hati-hati, ya. Sayang saja kalau ada logika yang lepas dalam film bagus.

Oya, satu lagi  warning yang ingin saya sampaikan. Kalau mengajak anak menonton, agar anak menyimak dengan baik memang sebaiknya mengikuti anjuran bahwa film ini diperuntukkan bagi usia 13 tahun ke atas. Mengapa? Karena ada 2 hal:

1. Adegan kissing.

Ada satu – hanya satu adegan kissing yang tak elok dilihat anak-anak di film ini, yaitu adegan pernikahan Onggy dan istrinya. Kissing-nya itu di bibir, lho Ayah, Bunda. Saya saja – yang masih konvensional ini – risih melihatnya. Buat orang lain mungkin biasa saja, saya saja yang risih. Lha bukan budaya saya, toh 🙈

Laura Basuki sebagai istri Achun

2. Adegan pendarahan.

Ketika hamil anak pertama, istri Onggy sempat mengalami pendarahan. Adegannya memperlihatkan darah mengaliri paha istri Onggy. Saya pikir akan sulit menerangkan adegan ini pada anak yang masih sangat kecil. Ya, kalau tetap mau membawa anak kecil, siap-siap saja kalau-kalau anak melontarkan pertanyaan ajaib tentang adegan darah di paha itu, ya Ayah, Bunda? 😘

Well, over all, ganjalan-ganjalan di atas tidaklah meruntuhkan keelokan film ini untuk dijadikan hiburan yang bergizi bagi keluarga. Maka usai menontonnya bersama kawan-kawan blogger dan media, saya bersedia menjawab pertanyaan "baguskah film TERBANG" ini dengan jawaban lantang "BAGUS!!!" So, guys, catat tanggal mainnya serentak di bioskop-bioskop seluruh Indonesia film Terbang Menembus Langit mainnya 19 April ini!

Makassar, 4 April 2018



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1573

Trending Articles