“Mama, boleh pijit?” si bungsu Afyad menyodorkan betisnya, minta dipijat. Saya pun menggerakkan jemari di sekujur betisnya yang padat.
“Tebal atau tipis, Mama?” tanyanya.
“Apa yang tebal atau tipis?” saya balik bertanya.
“Betisku,” jawabnya.
“Oh tebal,” jawab saya, menahan tawa. Kakinya saya pijat-pijat gemas.
Tak berapa lama saya ke kamar mandi. Sementara berada di dalam kamar mandi, terdengar suara langkah kaki bocah ini beralaskakikan sandal refleksi yang biasa saya kenakan. Sehari-harinya saya biasa mengenakan sandal refleksi yang banyak tonjolannya itu di dalam rumah. Sandal ini sangat membantu kelancaran peredaran darah.
Namun sesekali saya tak menggunakannya. Ketika saya sedang malas menggunakannya, Afyad yang sibuk. Setengah berlari dia mengenakan sandal itu menyusuli saya untuk memberikan sandal dan menyuruh saya memakainya. Dia biasanya mendatangi saya dengan wajah cerah ceria menggemaskan.
“Mama!” panggilnya dari luar kamar mandi. Saya merasa tahu ekpresi wajah cerianya.
“Iya!” jawab saya.
“Sandalnya Mama!”
“Iya, terima kasih, ya.”
“Sama-sama. I love you.”
Masya Allah, hiburan banget dia ini kalau lagi seperti ini. Kalau lagi menyebalkan, suaranya jejeritan bisa bikin pekak telinga. Biasanya di suka dongkol sama kakak Affiq. Soalnya si sulung itu suka jail sama dia. Kejailannya memang menjengkelkan, saya pun bisa dia buat sebal.
Misalnya, dia suka menggambari perut adiknya ketika adiknya sedang pulas dengan emitikon senyum. Lalu ketika Afyad tahu, dia mencak-mencak dan Affiq tersenyum puas. Menyebalkan sekali, kan? Etapi biasanya setelah itu, saya senyum-senyum sendiri mengingatnya 😁.
Masya Allah. Waktu baru masuk sekolah dasar, Afyad baru bisa berkomunikasi dengan dua – tiga kata saja ketika ingin menyampaikan sesuatu. Sekarang dia ceriwis. Walaupun masih cadel, tak mengapa. Perkembangan yang sudah dikaruniai Allah kepadanya sudah luar biasa.
Mengatasi keterlambatan berbicara padanya bukanlah hal yang sederhana. Alhamdulillah Allah memudahkan. Leher Afyad baru tegak pada usia 10 bulan. Dia baru bisa jalan pada usia 2 tahun 4 bulan. Dia tak melalui fase merangkak. Keterlambatan perkembangan fisik itulah yang membuat dia mengalami speech delay alias keterlambatan berbicara.
Bukan hal mudah buat Afyad belajar bicara, jalan, membaca, dan menulis. Alhamdulillah sekarang dua sudah bisa. Hal ini tidak membuat saya sedih karena Afyad punya kelebihan yang tak dimiliki anak lain. Sayangnya, kelebihan itu tak diakomodir oleh kurikulum pendidikan kita.
Masya Allah, pada saat hanya bisa mengucap 2 – 3 kata dan belum bisa membaca, Afyad justru mengajari saya menggunakan aplikasi membuat video di laptop. Dia paham logika cara kerja laptop dan ponsel tanpa diajari. Dia tahu cara memindah-mindahkan file dari satu perangkat ke perangkat lain dengan cara mengamatinya lalu mempraktikkannya.
Keceriwisan Afyad saya pernah tuliskan pada status Facebook:
PESAN SOAL
Si bungsu punya cara belajar unik. Dia suka minta dibuatkan soal oleh kakaknya, Athifah.
Suatu hari Athifah tanya, "Afyad mau soal apa"?
Afyad jawab, " Siapa itu Bang Ojak. Apa itu tukang ojek."
Ya ampun. Dia pesan soal seputar sinetron Tukang Ojek Pengkolan. 🤦🤦🤦
JATUH HATI VERSI BERBEDA
Setelah punya kosa kata SAKIT HATI dan SUSAH HATI, si bungsu sering menggunakannya ketika mengekspresikan perasaan tak enak atau sebalnya.
Hari ini dia mengganti istilah itu ketika sebal sama kakak Affiq akibat si kakak kelamaan di kamar mandi dan dia mau masuk kamar mandi buat berendam di bak mandi.
Pintu sudah tertutup tapi dia masih saja mengomel. Ketika menangkap frasa kata JATUH HATI, Mamak bertanya dari luar kamar mandi, "Apa❓ Jatuh hati? Jatuh hati sama siapa? "
Lalu dia menjelaskan dengan caranya. Dan Mamak pun paham, yang dia maksud JATUH HATI itu, saking sebalnya sama kakak Affiq, sampai-sampai hatinya terasa "jatuh".
Dia kira JATUH HATI itu penggunaannya mirip dengan SUSAH HATI dan SAKIT HATI. 😂😂😂
KALANG-KABUT DI PAGI HARI
Hari ini ribet. Dua anak terkecil masih ulangan online. HP harus selalu diperhatikan karena menyimak siapa-siapa pendonor yang bersedia/stand by kepada kakak ipar sementara pak suami ke RS dan ke PMI.
Syukurnya si bungsu lagi bagus mood-nya. Sesekali dia nyeletuk:
"Sabal, Mama. Talik napas. Buang ke bawah. "
Atau
"Taliknapas buang ke ail."
Atau
"Taliknapas, buang ail."
😂😂😂
Note:
Sabar.
Tarik.
Air.
Sabar.
Tarik.
Air.
Masya Allah, ya. Nikmat Allah yang mana lagi yang patut saya dustakan? Tak ada. Pada setiap manusia, memang ada kekurangan atau keterbatasan tetapi Allah pasti memberikannya kelebihan. Ingat kisah Stephanie Handojo yang baru saja saya ceritakan di blog ini?
Kalau belum tahu, silakan deh baca. Stephanie Handojo yang akrab disapa Fani itu seorang difabel dengan kekhususan down syndrome yang mampu menjadi juara renang sedunia di Athena pada tahun 2011.
Sejatinya, memang menjadi tantang tersendiri bagi orang tua untuk mengantarkan putra-putrinya menuju ke jalan kehidupannya sendiri. Mohon doanya ya para karib dan kerabat, semoga kami bisa mengantarkannya menuju kemandirian. Semoga Allah meridhai.
Makassar, 16 Juni 2020
Kisah-kisah lain tentang Afyad