Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1573

Agar Perjalanan Panjang Minim Drama

$
0
0
Entah benar atau tidak perkiraan saya, sebagai orang yang tinggal di luar pulau Jawa mengunjungi Jakarta dan kota-kota di pulau Jawa menjadi keinginan besar sejak kecil. Sejak mulai mengingat, tayangan televisi – saya menyaksikan yang masih monochrome(hitam-putih) hingga siaran dari stasiun-stasiun televisi swasta masuk Makassar – keelokan Jakarta dan kota-kota lainnya di pulau Jawa selalu saja menarik.

Yeah, semacam pemeo “rumput tetangga selalu lebih hijau” begitu. Padahal apa, sih kekurangan pulau Sulawesi nan menawan ini? Namun demikian, sering kali kita memang harus membuktikan sendiri dengan mendatangi halaman tetangga untuk membuktikan apakah rumputnya memang lebih hijau atau sebenarnya keadaannya sama saja, hehe.



Nah saudara-saudara, akhirnya kesampaian juga saya menjejakkan kaki di beberapa kota di pulau Jawa. Pertama kali pada tahun 1995. Saat itu bersama teman-teman kuliah melaksanakan program tak resmi kami yang bernama KKL – Kuliah Kerja Lapangan. Waktu itu kami mengunjungi perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan bidang kuliah kami di Teknik Elektro.

Bukan hanya mengunjungi sejumlah perusahaan, perjalanan itu juga sekaligus menjadi ajang rekreasi. Bukan hanya perjalanan seru dengan kapal laut dan kereta api, kami juga naik bus antar kota. Beberapa tempat wisata yang kami sambangi adalah Candi Borobudur, Pantai Parangtritis, dan Tangkuban Perahu. Sejumlah kenangan bermunculan bila mengingat perjalanan tersebut termasuk konflik yang menyertai dalam perjalanan panjang nan dramatis itu.

Pantai Parangtritis, Jogja, 1995

Saya bertindak sebagai bendahara agkatan waktu itu, ada konflik keuangan yang membuat saya stres sepanjang perjalanan dan harus mengganti uang angkatan. Sebelum perjalanan, uang kas kami dipinjam oleh kakak senior untuk kepanitian kegiatan nasional yang sedang berlangsung. Janjinya akan mengembalikannya keesokan harinya tak terjadi. Bahkan selamanya, pinjaman itu tak pernah sama sekali dikembalikan oleh kepanitiaan terkait.

Konflik dengan teman-teman seperjalanan pun tak terelakkan. Saya pun menjadi kehilangan setengah kewarasan dan menjadi begitu pelit mengeluarkan uang kas sampai-sampai menolak memberikan tips kepada pak sopir. Beban mental ini harus saya tanggung sendiri. Wajar sih, salah saya juga kan terlalu percaya kepada orang?

Di Petronas, Gresik, 1995.

Sejumlah kakak senior lain berinisiatif membantu perjalanan kami dengan patungan mengirimkan dana bantuan yang statusnya tentu saja sebagai pinjaman. Untuk sementara uang angkatan terselamatkan. Selanjutnya, proses panjang pengembaliannya saya lalui. Beruntung kepengurusan baru senat mahasiswa fakultas mau menanggung sebagiannya. Bukan hal mudah bagi saya untuk mengembalikan uang sejumlah Rp. 500.000! Alhamdulillah, setelah berupaya mencari dana dengan bantuan beberapa orang, saya bisa mengembalikan semuanya.

Peristiwa tersebut meninggalkan bekas berupa pelajaran sekaligus pukulan yang teramat besar bagi saya. Namun demikian merupakan perjalanan yang menyenangkan karena banyak melihat hal baru yang tak ada di daerah kami. Untuk pertama kalinya kami melihat sendiri keadaan perusahaan-perusahaan besar dan mulai menanam mimpi untuk menjadi bagian di dalamnya.

Di Samsung Electronics, Sidoarjo, 1995.

Untuk pertama kalinya saya melihat gemerlapnya ibukota negara, juga melihat dari dekat beberapa kota yang selama ini hanya saya lihat di layar televisi. Masih teringat ketika itu sepeda masih menjadi alat transportasi yang banyak di gunakan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, sementara di Makassar dan di kampung bapak saya (Soppeng, Sulawesi Selatan) sudah mulai kurang yang menggunakannya.

Masih teringat tempat belanja murah di Malioboro, kencangnya angin dan bendi Parangtritis, sedapnya teh di warung-warung kecil di kota Jogja, hingga pengalaman mabuk perjalanan dan diare. Teringat pula kebun teh luas menghampar di daerah Jawa Barat ketika melalui Puncak, Garut, dan Cianjur.

Kebun teh Gunung Ciliwung (Yusup/detikTravel, dari
travel.detik.com)

Sekian tahun setelah itu, pada tahun 1999, 2000, dan 2002 saya kembali menjejakkan kaki di pulau Jawa namun tak menempuh perjalanan seperti sebelumnya. Kemudian film Kulari ke Pantai yang saya tonton bulan Juli lalu menggugah saya dengan pertanyaan, mungkinkan perjalanan panjang di pulau Jawa terulang kembali? Yang minim drama tentu!

Ah, jika memungkinkan suatu saat nanti, masih ingin mengulangi perjalanan panjang melintasi pulau Jawa. Sudah begitu banyak hal yang berubah. Setelah mengamati, agar perjalanan panjang minim drama, hal-hal berikut ini harus diperhatikan:

Pastikan tak ada masalah keuangan dengan siapapun.

Pengalaman 24 tahun lalu itu mengajarkan saya untuk tak sembarangan meminjamkan uang lagi meski kepada orang yang dipercaya, apalagi uangnya milik bersama. Keadaan keuangan haruslah aman, tenteram, dan damai. Jangan lupa, minimkan konflik dengan memastikan terman seperjalanan memang cocok dengan kita karakternya.

Kawah Tangkuban Perahu. Foto: Wikipedia

Mempersiapkan rute dan bekal dengan baik.

Menentukan rute yang paling nyaman. Di jaman now sudah banyak sekali yang upload di internet itinerary-nya. Di mana akan berhenti untuk beristirahat dan membawa bekal serta perlengkapan  penting seperti obat-obatan dan sebagainya bisa di-browsing dengan seksama.

Memesan tiket jauh hari sebelumnya.

Perhitungan mengenai waktu memesan tiket pulang dan pergi juga harus jitu. Kalau dulu orang harus antre di loket, sekarang ada kemudahan yang ditawarkan teknologi. Salah satunya tersedia di https://www.traveloka.com/tiket-bus-travel/daytrans. Layanan bus travel (shuttle) DayTrans yang sudah tersebar di beberapa titik di kota-kota besar di Pulau Jawa ini sudah terpercaya dalam bidangnya.

Pastikan kondisi lalu-lintas sedang bersahabat.

Kata adik saya yang setiap pekan melintasi Jakarta – Bandung lalu kembali dari Bandung ke Jakarta untuk bekerja, kemacetan membuatnya lebih memilih moda transportasi kereta. Lagi pula kediamannya terletak relatif dekat dari stasiun Gambir. Kemacetan telah menjadi drama yang sangat laris akhir-akhir ini. Kalau mau menikmati perjalanan panjang dengan bus memang harus pandai memilih saat lalu-lintas sedang tak padat.

Well, barangkali teman-teman yang membaca punya saran buat saya jika kelak hendak melakukan perjalanan panjang di pulau Jawa? Share, ya di kolom komentar.

Makassar, 20 Februari 2019


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1573

Trending Articles