Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1572

Kualitas dan Strategi Konten Media Sosial: Seputar Branding, Influencer, dan Perlindungan Anak

$
0
0
Budhi  Hermanto Ketua Masyarakat Peduli Media (MPM) yang juga dosen ini menegaskan sejak awal bahwa jumlah follower bukanlah segalanya. Point penting yang juga digarisbawahi oleh Mas Budhi, seperti yang digarisbawahi oleh Pakde Senggol adalah KUALITAS dan STRATEGI KONTEN di media sosialplus perlindungan anak.

Walaupun berangkat dari data menakjubkan mengenai apa yang terjadi dalam setiap menit di internet, “hal mulia” yang harus diingat bisa terjadi dalam media sosial terkait komunikasi adalah bahwa komunikasi dapat mengubah 3 ranah.

Ketiga ranah yang dimaksud adalah: pengetahuan, orang yang tidak tahu menjadi tahu, sikap– dari tidak suka menjadi suka atau dari setuju menjadi tidak setuju misalnya, dan mengubah perilaku. “Tinggal caranya saja bagaimana,” ujar Mas Budhi.


Mas Budhi memperlihatkan data mengenai apa yang terjadi di internet dalam 1 menit selama tahun 2018. Saya kutip beberapa di antaranya:
👉3,7 juta kueri pencarian di Google.
👉973.000 login di Facebook.
👉4,3 juta video ditonton di YouTube.
👉735.000 aplikasi di-download di Google Play/App Store.
👉174.000 scrolling di Instagram.
👉481.000 tweet terkirim di Twitter.
👉38 juta pesan di Whatsapp.

Sungguh menjadi “kesempatan besar untuk bermain” di dunia online. Namun ditekankan berkali-kali oleh Mas Budhi, “Follower is not value.” Begitu pun trending topic (untuk di Twitter), bukanlah segalanya.

Kuncinya, menurut Mas Budhi adalah: konten yang baik adalah yang positif. Pesan dengan nada negatif tidak akan sampai. Jangan membanding-membandingkan. Misalnya video yang di-posting, jangan bandingkan dengan sosok lain yang mirip sosok di video yang kita share.


Jadi ingat banyaknya konten nyinyir di sekitar kita. Saya pribadi kalau baca konten nyinyir, bukan pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat kontennya yang sampai melainkan kesan betapa nyinyirnya dia.

Sayangnya, terkait NYINYIR ini, banyak yang tak sepaham. Malah ada orang yang biasanya berkoar-koar untuk tak nyinyir eh pada kesempatan lain dia malah nyinyir habis. Eh, ini saya sedang nyinyir atau curhat ya 😂.

Oke, kembali ke laptop. Jadi begini, saya menangkap pesan kuat Mas Budhi bahwa pegiat media sosial itu berpotensi menjadi konsultan atau partner dalam menyusun strategi komunikasi di media sosial, lho. Mendengarkan ini saya terkesiap karena baru 2 hari sebelumnya saya berbicang dengan seorang trainer komunikasi yang menyatakan hal senada.

Ketika itu saya memperkenalkan diri sebagai pegiat media sosial dan ikut terlibat sebagai fasilitator pelatihan para perempuan pelaku UMKM khusus untuk media sosial. Mbak trainer itu bilang ke saya, “Bisa jadi konsultan strategi komunikasi untuk media sosial.” Waktu itu saya bengong saja. Ealah, pas sekali dapat materi ini pada sesi Mas Budhi Hermanto.

Nah, makanya KUALITAS penting banget menjadi perhatian pegiat media sosial aktif. Selain itu penting memiliki STRATEGI, semisal mengetahui kapan waktu terbaik untuk posting di media sosial dan konten seperti apa yang banyak disukai saat ini.


Untuk ini, Mas Budhi mengingatkan pentingnya untuk mengadakan RISET. Jangan berpikir riset itu sesuatu yang rumit. Bisa dilakukan secara sederhana, misalnya menguji postingan pada jam/hari berbeda untuk mengetahui yang mana yang lebih disukai. Risetlah secara demografis, psikologis, dan psikografis.

“Jadilah INFLUENCER, bukan BUZZER,” pesan Mas Budhi. Mengapa? Karena influencer lebih long lasting ketimbang buzzer. “Di ‘dunia jualan’ ada marketing, selling, dan branding,” selanjutnya Mas Budhi menjelaskan lebih detail lagi mengenai perbedaan mendasar dari ketiganya.

“Dalam marketing tentang market size. Lalu ada market share. Cold dibuat jadi warm. Kalau jadi influencer, membuat sesuatu yang biasa jadi hangat dibicarakan,” ujar lelaki yang sejak tahun 1999 terlibat dalam pengembangan media komunitas ini.


Selling umurnya sangat pendek karena orang bisa membelinya karena terpaksa, tidak enak, dan seterusnya.  Nah, buzzer bagian dari selling. Tentang branding, disebutkan oleh Mas Budhi bahwa produk apapun menciptakan kelasnya.

Pengguna laptop mahal misalnya, bisa digambarkan cocoknya nongkrong di kafe mana. Branding dapat membangun sikap, loyalitas, dan emosionalmasyarakat. Nah, yang bekerja  membangun branding adalah influencer.

Hua, menarik sekali materi yang disampaikan oleh Mas Budhi pada Penguatan Jejaring Pemenuhan Hak Anak bagi Forum Media Komunitas dalam Rangka Memperingati Hari Anak Nasional Tahun (HAN) 2019pada tanggal 22 Julikemarin. Ini menjadi wawasan baru bagi saya.


Materi ini bukan hanya sampai di sini. Pada bagian lain kami diingatkan untuk pentingnya menjaga anak-anak kita dari dampak buruk internet. “Internet memberikan kemudahan, kemurahan tetapi kita memberikan data kepada mereka,” ungkapan Mas Budhi ini memang harus disikapi dengan hati-hati.


Pada sebuah slide yang ditampilkan, disebutkan bahwa 78% anak bergabung dalam media sosial sebelum mencapai usia batas minimum yang diperbolehkan maka anak rentan terpapar konten berbahaya dan di luar sepengetahuan orang tua.

Poin penting lain yang saya garis bawahi di slide ini adalah:
Ajari anak dan keluarga melindungi privasi dengan tidak mengumbar informasi pribadi di media sosial. Membuka identitas nama, nomor telepon, alamat, sekolah dan sebagainya harus seizin orang tua.

Catatan penting lainnya yang disampaikan oleh Mas Budhi adalah bahwa kita jangan membagi foto pada orang yang tidak dikenal. Berhati-hatilah dalam mem-postingfoto, khususnya foto anak. Lebih baik foto anak sedang beraktivitas, bukan tampak muka atau dalam pose tertentu. Bisa rentan diburu oleh penjahat pedofilia.

Biasakan berdiskusi dengan anak mengenai kejahatan apa saja yang bisa terjadi di media sosial. Berpikirlah baik-baik sebelum posting, seleksi sepenuhnya ada dalam kendali kita. Hati-hati karena kejahatan online terbesar di Indonesia adalah kejahatan seksual.

Foto keluarga, dari Mas Budhi.

Pada akhir sesinya, Mas Budhi sekali lagi menekankan bahwa melalui media sosial kita bisa mendorong perubahan apapun. Tujuan penggunaan media sosial adalah untuk menyampaikan pesan.

Diharapkan pesan yang kita sampaikan akan membawa perubahan, yaitu perubahan di dalam hal pengetahuan, perubahan sikap, atau (yang paling bagus) perubahan perilaku, kepada yang lebih baik tentunya.

Makassar, 28 Juli 2019

Bersambung

Baca tulisan sebelum ini di:



Baca juga tulisan-tulisan lainnya terkait bijak bermedia sosial:



Baca juga tulisan-tulisan saya lainnya terkait perlindungan dan hak anak:



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1572

Trending Articles