Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 1568 articles
Browse latest View live

Hari Down Syndrome Sedunia: Kalah-Menang Bukan Masalah

$
0
0
Banyak anak spesial berkumpul di tribune Taman Pakui Sayang pada tanggal 24 Maretlalu. Kebanyakan dari mereka mengikuti lomba mewarnai. Sebagiannya lagi datang untuk meramaikan peringatanWorld Down Syndrome Dayatau Hari Down Syndrome Seduniayang jatuh pada tanggal 21 Maret.

Penyelenggara kegiatan ini adalah FORKASI (Forum Orang Tua Anak Spesial Indonesia) Makassar. Diikuti oleh anak-anak dari bermacam-macam kekhususan, anak spesialku yang speech delay juga ikut.



Down Syndrome (DS) adalah kelainan kongenital (bawaan) yang disebabkan oleh adanya kelebihan komosom pada kromosom nomor 21 dengan karakteristik khusus dan masalah perkembangan. Menurut data dari WHO, satu dari 1000 – 1100 kelahiran anak dengan Down Syndrome di dunia dinyatakan hidup. WHO juga mencatat, setiap tahun kurang lebih 3000 – 5000 anak lahir dengan kondisi Down Syndrome di dunia.

Masyarakat umum ada yang menyebut Down Syndrome dengan “wajah 1000” karena kemiripan wajah mereka satu sama lain. Keadaan ini mengalami keterbatasan akibat gangguan-gangguan: gangguan motorik kasar, motorik halus, aktivitas sehari, komunikasi, dan lain-lain. 


Terkait kekhususannya, Afyad sudah lumayan bagus perkembangan berbicaranya, hanya saja dia masih sangat cadel dan masih belum paham beberapa konteks dibandingkan anak seusianya. Sebuah perkembangan yang mengagumkan, mengingat dulu dia masuk SD masih dengan kemampuan verbal yang sangat terbatas.


Kali ini Afyad tahu bakal ikut lomba. Dia sudah tahu pada sebuah lomba ada yang menang dan ada yang kalah. Saya pernah mengikutkannya pada lomba 17 Agustusan dua tahun lalu. Waktu itu dia mengalami kekalahan dan mengalami perasaan sedih, juga marah karena kalah. Tapi kemudian dia bisa menyikapi kekalahannya pada beberapa lomba selanjutnya.

Maka dari itu kali ini saya kira dia akan paham kalau menang-kalah itu risiko yang pasti akan dia hadapi. Tak saya duga, usai kertas mewarnainya dikumpulkan pada panitia dia bertanya, “Mama, piala?”

“Sebentar pengumumannya, kita lihat di bawah dulu, yuk. Mau main toh? Kita main, yuk!” tangan saya menunjuk ke arah tanah lapang di mana berderet booth peserta.


Afyad antusias. Saya mengajaknya menyambangi booth-booth yang menyediakan permainan. Dia bermain meskipun matahari semakin sengit memancarkan sinarnya. Selain Forkasi, beberapa nama ini juga terlibat dalam ajang ini dan membuka booth: Klub Belajar Sipatokkong, Ikatan Fisioterapi Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Cabang Sulawesi 2, dan Politeknik Kesehatan Makassar.

Usai bermain dan saya mengonsultasikan hal-hal yang penting di tenda-tenda yang kami sambangi, kami kembali ke tribune. Afyad kembali mengulangi pertanyaannya, “Piala, Mama?” Tangannya menunjuk ke bagian panggung, di sana terpajang hadiah bagi para pemenang. Saya menebak dia ingin tahu siapa saja yang menjadi pemenangnya.

“Belum diumumkan, Nak. Sebentar, pi,” saya menenangkannya dan kembali memperhatikan apa yang terjadi di atas panggung.


Acara hari ini sungguh meriah. Selain lomba mewarnai yang melibatkan semua anak berkebutuhan khusus, ada juga pertunjukan atraksi. Saya tak menyaksikan hampir semua pertunjukan yang dihadirkan karena pertunjukannya bertepatan dengan perginya saya dan Afyad di booth-booth tadi.

Namun saya masih sempat menyaksikan tarian Baby Shark dari anak-anak down syndrome. Kami tak bisa berlama-lama di Taman Pakui karena saya masih harus mengerjakan pekerjaan lain lagi di rumah. Karena itu saya manfaatkan waktu seefisien mungkin.

Selain atraksi, ada sambutan dari salah satu orang tua anak spesial bernama Amin. Saya mendengarkan kesaksian dari Ibunda Amin dengan seksama. Amin masih menjalani terapi gratis di Klub Belajar Sipatokkong.


Ibu Amin bahagia menuturkan perkembangan putranya yang down syndrome sudah bisa bersosialisasi dan melakukan hal-hal sederhana dan mengimbau para orang tua anak spesial untuk tak merasa malu akan kondisi buah hatinya.

Kak Rida dari Klub Belajar Sipatokkong (KBS) yang juga salah seorang MC mengatakan bahwa Sipatokkong memang punya atensi terhadap terapi gratis bagi kalangan pra sejahtera namun karena keterbatasan,  KBS belum bisa menangani banyak anak.

Sebagai rangkaian dari Hari Down Syndrome Sedunia Sebelum acara ini, telah dilaksanakan  Workshop Pembelajaran Individual dan Guru Pendamping Khusus. Ibu Dokter Haerani Nur – Ketua Forkasi chapter Makassar dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang membantu terselenggaranya acara ini.


Acara ini didukung oleh pemerintah Kota Makassar, puluhan relawan, dan berbagai brand, juga ajakan kepada orang tua untuk bergabung dengan Forkasi agar bisa sama-sama mengikuti pembelajaran online.

Acara berakhir dengan pengumuman nama 12 pemenang lomba. Afyad kembali bertanya perihal piala. Saat saya mengatakan dirinya tak mendapatkan piala, dia menangis. Saya menjelaskan kepadanya bahwa dia sudah memperoleh 2 set krayon, penganan, dan sepasang kaus kaki di acara ini.

Saya jelaskan bahwa dia sudah bersenang-senang, bisa mewarnai dan bermain di booth-booth yang kami datangi tadi. “Afyad, kalau ikut lomba itu tidak apa-apa kalah. Tidak apa-apa tidak dapat piala,” ujar saya beberapa kali.


Afyad tak langsung bisa ditenangkan. Berulang kali saya katakan lagi padanya kalau dia sudah hebat mau ikut lomba.

“Kalau tidak dapat piala tidak apa-apa, ya. Afyad … kalau tidak dapat piala, tidak apa a ….?” tanya saya.

“Pa,” sambung bontot berusia 9 tahun ini.

“Ya, tidak apa-apa. Afyad sudah bermain di sini, sudah bersenang-senang. Sudah bawa pulang krayon dua dan kaus kaki. Jadi, kalau kalah, tidak dapat piala tidak apa a …?” ulang saya.

“Pa,” jawabnya lagi.


Tangisnya mereda. Saya mengajaknya pulang. Afyad bersedia. Tapi dia maunya pulang jalan kaki, ndak mau naik mobil ojek online.

“Afyad kuat jalan kaki?”

“Iya.”

Berulang kali saya tanyakan apakah dia yakin dengan keputusannya berjalan kaki dan dia tetap mengatakan “iya”. Duh, mari kita coba, Nak. Mama ndak yakin bisa kuat jalan kaki sampai rumah karena habis keliyengan. Tapi biarlah, mari kita coba saja supaya kamu senang.

Makassar, 2 April 2019


Baca juga tulisan-tulisan tentang difabel:


Baca tulisan-tulisan tentang sekolah/pendidikan inklusi:



Bincang-bincang Pemilu dengan Komisioner KPU

$
0
0
Ada yang berbeda dengan salah satu acara rutin komunitas bloger Anging Mammiripada hari Sabtu, 30 Maret lalu. Kali ini acara bertajuk Tudang Sipulungitu mengundang komisioner KPU (Komisi Pemilihan Umum) – Endang Sari, S.Ip, M. Sisebagai nara sumber.

Apalagi yang dibahas kalau bukan soal pemilihan umum yang tinggal menghitung hari pelaksanaannya. Pasti sudah pada tahu kan kalau nanti kita akan mencoblos 5 surat suara dengan 5 warna berbeda: hijau (DPRD kabupaten/kota), biru (DPRD provinsi), kuning (DPR RI), merah (DPD RI), dan abu-abu (presiden RI).

Bincang Pemilu

Tudang Sipulung kali ini agak sepi di saat saya malah membawa serta ketiga anak saya. Mana tahu nanti pada tertarik gabung komunitas, mereka sudah ikut kopdar (kopi darat) dengan mamaknya, tinggal daftar saja hehe.

Bukan itu saja, sih. Si anak bujang sudah mempunyai hak pilih tahun ini jadi perlu juga dia mengikuti acara dengan materi pemilu seperti ini. Walaupun tak ramai, diskusi yang berlangsung di Kedai Pojok Adhyaksa ini tetap berlangsung dengan dukungan antusiasme peserta yang hadir.

Bincang Pemilu

Sebelum memulai diskusi, dibagikan brosur berjudul AYO SUKSESKAN PEMILU SERENTAK 17 APRIL 2019. Ibu Endang memulai pemaparannya, berpedoman pada isi brosur yang berisi tentang hal-hal yang penting diketahui terkait pemilu tahun ini.

Pertama-tama, peserta diajak untuk memastikan diri terdaftar sebagai pemilih. Aplikasi Android KPU RI PEMILU 2019boleh diunduh untuk memastikan nama kita terdaftar. Kita pun perlu tahu mengenai istilah DAFTAR PEMILIH. Selain Daftar Pemilih Tetap (DPT)yang sudah terdaftar di TPS, ada 2 jenis daftar pemilih lagi.

Foto: AM - Yani

Dua jenis lainnya itu adalah Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), yaitu yang sudah terdaftar sebagai DPT di sebuah TPS tetapi pada hari H, sebuah keadaan memaksanya untuk memilih di TPS lain. Dan DPK (Daftar Pemilih Khusus)– yaitu yang sudah memiliki identitas kependudukan sebagai WNI tetapi belum terdaftar dalam DPT dan DPTb.

Masa pengumuman DPT adalah Agustus 2018 hingga 17 April 2019. Untuk DPTb, pelayanan pendaftaran pindah memilih sampai dengan H – 7. Sementara untuk DPK, pelayanannya hingga 17 April. Dalam pelaksanaan pemilu, Bu Endang berharap bloger bisa berperan dalam mengamati rekapitulasi suara dan independensi penyelenggaraan.

Pemaparan Bu Endang beralih kepada
bahasan mengenai fakta Angka Partisipasi Pemilih
pada pemilu serentak 2017 yang mengejutkan.
Untuk Sulawesi Selatan, ternyata rekor
angka partisipasi terendah dipegang oleh
Kota Makassar, yaitu sebanyak 58,9%.

Mengejutkannya, karena Makassar itu kota metropolitan, lho! Nah, kecamatan yang paling rendah Angka Partisipasi Pemilihnya adalah Kecamatan Tamalate, yaitu sebesar 47%. Untuk Kecamatan Tamalate, daerah Mannurukki yang paling rendah angkamya. Sebuah ironi karena di wilayah ini banyak rumah kos mahasiswa.



Kalau boleh memberi julukan, mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang dinilai sebagai “kaum terpelajar”. Ironi lain disebutkan lagi oleh Bu Endang. Kelurahan Masaleadalah yang angka partisipasinya terendah di Makassar, yaitu sebesar 37%.

Mengapa ironi? Karena di daerah inilah – di sekitar Panakukang Mas terdapat kawasan elite yang banyak orang percaya masyarakatnya adalah orang-orang berpendidikan. Pada kenyataannya justru tak banyak yang tergerak untuk menggunakan hak pilihnya.


Lalu berapakah Angka Partisipasi Pemilih yang dinilai tinggi? Kaya Bu Endang, apabila berada di atas angka 60%. Di Sulawesi Selatan, daerah yang paling tinggi Angka Partisipasi Pemilihnya adalah di Kepulauan Sangkara, Kecamatan Ujung Tanah. Mencengangkannya, di sana angkanya mencapai 77,5%.

Faktanya, angka setinggi itu bukan karena kesadaran penduduknya untuk menyuarakan hak pilihnya tinggi atau karena mereka sangat berpendidikan. Bukan itu. Malah ditemukan di sana adanya mobilisasi dan money politic!

Bu Endang dan Evhy (Ketua Anging Mammiri),
foto: AM

Apa boleh buat, tingkat kesadaran politik masyarakat kita masih rendah. Hal ini semakin terungkap pada sesi tanya-jawab dan diskusi. Masyarakat masih banyak yang apatis dengan mekanisme politik di negara kita karena berpikir tidak akan ada dampaknya bagi mereka siapa pun yang menang pada kontestasi calon presiden dan calonn legislator (caleg) saat pemilu.

Money politic juga masih marak. Para caleg dan masyarakat masih banyak yang menganggap masa sebelum pemilu adalah ajang pasar dan untung-rugi. Uang berbicara untuk suara yang diberikan. Siapa yang bisa memberikan lebih besar atau banyak maka dialah yang dipilih.

Bukannya mendidik masyarakat, banyak caleg yang tak bersikap pantas, seperti yang saya ceritakan pada tulisan berjudul Memilih Caleg untuk Balas Budi? Bu Endang mengimbau untuk sama-sama mengedukasi masyarakat kita.

Foto: AM - Yani

Berikan pengertian kepada mereka kalau salah memilih wakil rakyat maka efeknya pada peraturan-peraturan yang tidak memihak rakyat kecil. Penggusuran bisa saja terjadi misalnya karena peraturan daerah terkait tata ruang tidak memperhatikan kepentingan masyarakat.

Wakil rakyat yang tak punya visi memperjuangkan kepentingan masyarakat juga akan menghasilkan produk-produk kebijakan yang tak adil. Mereka yang terlalu banyak menghabiskan uangnya saat kampanye akan berpikir bagaimana cara cepat mengembalikan bahkan melipatgandakan penghasilannya saat duduk menjadi anggota dewan.

Nah, bagaimana? Apakah kalian sudah mempunyai calon yang layak untuk dipilih pada 17 April nanti? Kalau belum, coba dululah telusuri nama-nama yang wajahnya terpampang di sekitar kediaman kita di internet dan media sosial. Mana tahu ada rekam jejak digitalnya yang berkesan.

Sayangnya, sebagian besar caleg tidak menuliskan visi-misinya pada  spanduk dan materi-materi promosi yang mereka sebar. Kebanyakan hanya memajang foto dengan senyum manis merekah.

Padahal banyak pemilih yang seperti saya ini
tak memerlukan senyuman (apalagi janji tiket umroh),
melainkan paparan visi, misi, dan rekam jejak positif
yang menunjukkan itikad baik mereka untuk masyarakat.

Makassar, 4 April 2019

Baca juga:

Menggali Sang Patriot Bukan Sekadar Terpatri dalam Sejarah

$
0
0

Saya membayangkan, jika berada di posisinya, saya mungkin tak lagi melanjutkan melakukan sesuatu terkait novel dan komik Sang Patriot. Kak Irma Devitapasti sudah sangat sibuk dengan profesinya sebagai notaris di Jakarta.


Empat buku yang dihasilkannya, bagi saya sudah merupakan salah satu “puncak” agar Mochammad Sroedji(kakeknya) terpahat namanya dalam sejarah sebagai pahlawan. Lalu, mengapa dirinya masih sibuk membumikan sejarah melalui Irma Devita Learning Center?


Padahal masyarakat Jawa Timur dengan dukungan gubernur sudah mendukung pengajuanya sebagai pahlawan nasional. Buktinya Bapak Tjahjo Widodo – Kepala Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah) V Provinsi Jawa Timurberkenan hadir khusus. Beliau sengaja terbang dari Surabaya ke Makassar untuk hadir pada kegiatan sosialisasi yang berlangsung pada tanggal 31 Maret lalu.

Pagi hingga siang hari itu, lantai 2 Warunk Upnormalsemarak oleh diskusi kami. Sepuluh orang blogger Makassar dan 7 anggota Lembaga Lingkarmenyimak pemaparan dari Kak Irma Devita, Kak Anwar Jimpe Rachman, dan Pak Tjahjo. Tanda tanya di benak saya terjawab pada diskusi ini.

Kak Irma tak hendak berpuas diri atas pencapaian penerbitan keempat buku, dukungan masyarakat dan Provinsi Jawa Timur, dan pengajuan kakeknya – Moch. Sroedji sebagai pahlawan nasional saja. Namun ibu dari satu anak gadis ini juga ingin berbagi semangat dalam menghargai pahlawan dan berdiskusi mengenai bagaimana sejarah bisa “dibumikan”, bukan sekadar menjadi pelajaran yang dihafal untuk dilupakan.

Bapak Tjahjo Widodo – Kepala Bakorwil V Ja Tim

Sang Patriot: Napak Tilas dan Pengalaman Batin


Pada usia 8 tahun Kak Irma pernah berjanji kepada almarhumah neneknya untuk menuliskan sejarah kepahlawanan sang kakek. Setelah disibukkan oleh rutinitas selama puluhan tahun kemudian, ia mengalami pengalaman batin yang membuatnya susah tidur karena teringat janji kepada sang nenek.

Kak Anwar Jimpe Rachman (tengah)

Ada satu hal yang cukup mengganggu baginya, yaitu mulai dilupakannya Sroedji sebagai sosok pahlawan. Meskipun banyak patung dan nama jalan “Sroedji”, banyak yang tak mengenal siapa Letkol Moch. Sroedji.

Perempuan yang memulai aktivitas ngeblognya sebagai “blawger” (bloger khusus bidang hukum) ini bangkit dan melakukan penelitian selama 5 tahun dengan bekal NOL. Tak ada bahan selain kisah-kisah yang menancap kuat yang dituturkan oleh neneknya.



Mendengarkan kisah ini, saya yakin Kak Irma mewarisi kegigihan dari Pak Sroedji dan Ibu Rukmini (sang nenek). Kak Irma membuktikan bahwa tak ada yang tak mungkin jika kita bersungguh-sungguh. Selama lima tahun Kak Irma mengumpulkan data mengenai perjuangan Letkol Mochammad Sroedji.

Dia menapaktilasi daerah-daerah yang ada jejak Sroedji (seperti nama jalan dan patung) hingga ke balik gunung. Belanda disambanginya untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan akurat karena dulu kakeknya termasuk target utama karena dianggap ancaman besar oleh Belanda.

Dengan adanya sosialisasi yang terus-menerus bersama komunitas sejarah dan para bloger Jember, kini di Jember ada program 1 Sekolah 1 TNI untuk sosialisasikan seluruh pahlawan Jember. Banyak hal yang telah dilakukan Kak Irma sampai saat ini. Workshop dengan guru-guru sejarah pun pernah diselenggarakannya. Di Jember kini ada museum yang namanya Ruang Ingatan, khusus untuk narasi.

Kak Irma Devita

Warga Jember bangga mencari pahlawan di sekitar mereka. Nama-nama selain Letkol Moch. Sroedji bermunculan. “Tujuannya untuk membumikan para pahlawan supaya lebih terjangkau. Nanti akan menjadi cikal-bakal kita tak mudah terinfiltrasi oleh budaya asing,” ujar Kak Irma.

Tentang Kolaborasi “Menyelamatkan Sejarah”


Perlu berkolaborasi agar kisah-kisah penting dalam sejarah terangkat dan menjadi dekat dengan kita. Kata kolaborasi ini ditekankan, baik oleh Kak Irma maupun oleh Pak Tjahjo beberapa kali.  “Kalau tidak ada kolaborasi dengan kekuatan tulisan, tidak bisa menggerakkan roda yang sudah telanjur berhenti. Wajah masyarakat bisa diubah melalui tulisan,” ungkap Kak Irma dengan yakin.

Pak Tjahjo berharap kita mengenalkan pahlawan negara kita supaya anak-anak tidak hanya mengenal super hero dari negara barat padahal pahlawan kita, seperti Moch. Sroedji luar biasa kisah kepahlawanannya sampai-sampai setelah mangkat pun, jenazahnya masih diseret Belanda berkilo-kilometer jauhnya.


Kekuatan tulisan pun diyakini Kak Jimpe masih bisa menggerakkan kaum milenial yang disebut-sebut hanya tertarik pada bentuk visual. Beberapa kali menyelenggarakan Workshop Menulis dan Meneliti, tak pernah surut anak muda belajar menulis dengan antusias.

Penjualan buku di penerbitannya pun tak pernah turun. “Kita hanya perlu menyediakan cukup waktu untuk mereka,” menurut pengalaman Kak Jimpe, buku tak akan tergantikan, tak seperti format kekinian yang easy come easy go.

Namun demikian, catatan penting dalam hal kolaborasi dari diskusi ini adalah ada cara untuk membumikan sejarah. Selain yang telah dilakukan oleh Kak Irma, juga bisa berkolaborasi dengan praktisi desain visual ataupun praktisi teknologi informasi.

Foto bersama berasal dari Kak Irma Devita

Berwisata melalui buku komik yang lebih kekinian – extended version dari komik Sang Patriot masih memungkinkan untuk diterbitkan, game gadget bertopik kepahlawanan, membuat kisah sejarah di Webtoon, kolaborasi sejarawan dan bloger dalam meneliti, menulis, dan menyebarluaskan kisah, dan wisata virtual di museum adalah contoh-contoh yang bisa diwujudkan. Kalian mungkin punya saran lain?

Makassar, 6 April 2019

Simak tulisan-tulisan saya yang lain tentang Sang Patiot (Letkol Moch. Sroedji) dan Kak Irma:



Berkah Ngeblog dalam Diskusi Sejarah Sang Patriot

$
0
0
Berkah Ngeblog dalam Diskusi Sejarah Sang Patriot- Diskusi sejarah dengan Kak Irma Devita – penulis novel dan serial komik Sang Patriot menjadi menarik karena saya mengetahui sedikit proses penting di dalamnya. Ketika Kak Irma mengabari tentang keinginan berbagi di Makassar, saya menjadi bersemangat.



Saya menyebut rangkaian proses, mulai kenal Kak Irma sekira tahun 2014 hingga acara diskusi yang berlangsung pada tanggal 31 Maret lalu adalah BERKAH NGEBLOG. Kalau bukan karena berkah ngeblog, bagaimana bisa saya mengharap terjadinya pertemuan dan sudah merasa sefrekuensi dengan Kak Irma yang kerja dan tinggal di Jakarta? Kami sama sekali belum pernah bertemu, lho.

Tahun 2014 saya pertama kali menulis tentang sosok Mochammad Sroedji karena ikut lomba yang diadakan oleh Kak Irma. Waktu itu, barang siapa yang hendak ikut lomba dikirimi novel Sang Patriot oleh Kak Irma. Informasinya saya dapatkan dari grup Warung Blogger.

Saat itu interaksi saya dengan warga Warung Blogger cukup intens. Kami biasa bercanda dan saling mengunjungi blog masing-masing. Banyak teman bloger di komunitas Warung Blogger mendukung lomba yang diselenggarakan Kak Irma, termasuk dalam proses pengajuan Letkol Moch. Sroedji menjadi pahlawan nasional.


Tetapi ketika saya cek awal histori percakapan saya dan Kak Irma di Inbox Facebook tanggal 17 Maret 2014, saya memperkirakan mulai akrab dengan Kak Irma itu di grup KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger).  Karena saya menyapanya dengan kata “Mak” dalam percakapan pertama kami.

“Mak” adalah panggilan akrab antara sesama member KEB. Di masa itu ada beberapa komunitas blogger yang anggotanya lo lagi lo lagi, bisa jadi pembicaraan pendahuluan ada di grup Warung Blogger atau di KEB.


Panjang juga histori percakapan kami di Inbox Facebook. Ada saling konfirmasi teman bersama di Facebook yang sebagiannya merupakan kakak kelas saya di SMPN 6dan SMAN 2, juga ada pebincangan tentang graphic recorder. Melalui chatting, saya pun jadi tahu kalau Kak Irma yang sekolah S1-nya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini menamatkan sekolah lanjutan atasnya di SMAN 1 Makassar.


Ide menyelenggarakan acara untuk menyosialisasikan Pak Sroedji di Makassar sudah lama dilontarkan Kak Irma. Beberapa topik chatting kami perbincangkan kemudian, seperti ketika saya akan memasukkan sosok Kak Irma dalam tulisan berjudul Perempuan Pewarna Sejarah, tulisan yang dimuat dalam rubrik Opini Harian Fajar menjelang Hari Kartini pada tahun 2015.

Setelah tahun 2017 tak ada chatting lagi. Kami sudah sibuk lagi dengan rutinitas masing-masing. Hingga beberapa bulan yang lalu saya melihat Mbak Amel (bloger Tangerang) mem-posting kegiatan seminar Hukum di akun Instagramnya dengan Kak Irma sebagai nara sumbernya.


Saya menyapa Kak Irma dalam kolom komentar postingan Mbak Amel. Obrolan berlanjut beberapa pekan kemudian di aplikasi Whatsapp. Kak Irma menyampaikan mengenai rencana pelaksanaan kegiatannya di Makassar pada akhir bulan Maret dan menanyakan apakah kira-kira memungkinkan mengundang teman-teman bloger berincang sejarah.


Menuju hari yang disepakati, terkumpul nama teman-teman yang berminat pada diskusi sejarah.  Berkah ngeblog pulalah yang mempertemukan saya dengan nara sumber yang menjadi panelis di diskusi ini – Anwar Jimpe Rachman yang biasa saya sapa “Pak Guru”.

Saya pernah belajar menulis dan meneliti bersama Makassar Nol Kilo Meter di Kampung Buku dengan arahan Kak Jimpe dan Daeng Ipul (tahun 2015). Di sana saya dipertemukan dengan Anna Asriani, lulusan Sejarah Unhas yang saya kagumi dedikasinya dalam membumikan sejarah di Kota Makassar.


Beberapa kali Anna – dalam naungan Lembaga Lingkar dan Komunitas Lilinnya mengundang saya untuk terlibat dalam aktivitasnya. Dua di antaranya – menjadi pembaca puisi Rendra dan pembaca surat Kartini saya alami berkat Anna.



Saya kagum padanya yang bisa menyelami sejarah karena bagi saya, sejarah bukanlah hal yang mudah untuk diselami kecuali sudah berbentuk novel dan komik seperti Sang Patriot karya Kak Irma. Makanya saya mencoba juga belajar dari cara Anna membuat sejarah menjadi hal yang menarik.


Masya Allah, dengan dukungan mereka semua, diskusi kami berlangsung dengan asyik di Warunk Upnormal. Saya senang melihat semua peserta antusias dan terlihat menyimak keseluruhan acara. Bahagia rasanya satu misi kebaikan selesai siang itu.

Ah, ya kalian sebaiknya membaca tulisan berjudul Menggali Sang Patriot, Bukan Sekadar Terpatri dalam Sejarah dulu untuk tahu misi apa yang saya maksud. Nah, sampai di sini kalian mungkin mengerti mengapa saya merasa bahagia sampai-sampai perlu membuat satu tulisan khusus tentang ini. Tapi kalau kalian tak mengerti, mungkin kita tak berada pada “frekuensi” yang sama.

Makassar, 9 April 2019

Jelang Pemilu, Ambil atau Tolak Pemberian Caleg?

$
0
0
Iming-iming umroh ataupun pemberian barang oleh caleg termasuk dalam politik uang (money politic). Apalagi jika pemberiannya berupa uang. Seharusnya aturan ini diketahui oleh para calon legislator yang akan berkontestasi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April nanti. Namun pada kenyataannya tak demikian.


Tanggal 8 April lalu saya menghadiri Diskusi Cakap Kamisan mengenai Anti Politik Uangdengan narawicara Ibu Husaimah Husain (Kak Ema) – Koordinator Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) wilayah Indonesia Timur dan Bapak Saiful Jihad – Koordinator Divisi Pengawasan dan Hubungan antar Lembaga (Hubal) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sulawesi Selatan.

Seperti yang kita ketahui, undang-undang yang menyebut tentang politik uang adalah UU Pemilu Nomor 7, pasal 280 ayat 1 huruf jyang berbunyi:
Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang: menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.

Rupa-rupa Politik Uang 


Undang-undangnya jelas tapi sayangnya ada saja yang melanggar. Bahkan pemberiannya berbalut kata-kata selain pemberian. Keterlaluannya, ada yang menyebutnya sebaga “SEDEKAH POLITIK”. Saya baru mendengar istilah ini pada diskusi yang berlangsung di kantor AIPJ2 (Australia Indonesia Partnership for Justice 2) ini.


Tolak Politik Uang
Kak Ema (tengah), Pak Saiful (kanan)

“Demokrasi kita azas LUBER JURDIL(langsung, umum, bebas rahasia, jujur, dan adil). Jika ada yang memberikan suara karena iming-iming (semata), berarti suaranya bisa dibeli. Semangat LUBER JURDIL menjadi tidak jalan sehingga merusak nilai demokrasi,” Pak Saiful Jihad menekankan.

Sementara itu, Kak Ema berpendapat:
Money politic adalah cara untuk menggadaikan demokrasi, meskipun bukan demokrasi secara luas. Dia menggadaikan nilai pada dirinya.”

Transportasi dan makan bisa diberikan tapi tidak dalam bentuk uang, bisa dalam bentuk nota kuitansi. Bahan kampanye seperti stiker, dan bahan kampanye lainnya sah-sah saja dibagikan tapi tidak boleh yang harganya di atas 60 ribu upiah dan harus diberikan saat masa kampanye.
“Jika yang terpilih pada Pemilu adalah mereka yang melegalkan praktik politik uang, ini adalah pintu awal pejabat menjadi korup karena sejak awal menganggap praktik jual-beli suara legal. Ini merusak!” tandas Pak Saiful.
Azas Pemilu. Sumber:
http://pilkadesjunwangi.blogspot.com

Satu catatan mengenai bahan kampanye.
Dalam regulasi PKPU (Peraturan KPU) disebutkan bahwa
bahan kampanye harus memuat visi, misi, progam, atau
citra diri caleg. Sayangnya banyak bahan kampanye
yang tak memuat hal-hal demikian.

Bentuk-bentuk money politic makin bervariasi. Bawaslu menemukan di Bulukumba uang diberikan melalui yayasan milik sang caleg. Kasus tersebut sudah diputuskan di pengadilan dan sedang upaya banding.

Dalam diskusi terungkap modus lain, seperti caleg di Maros yang menitipkan bahan sembako untuk masyarakat kepada penjual sayur keliling. Ada caleg yang seolah-oleh sudah melakukan pemetaan dan mengumpulkan nomor telepon sasaran “serangannya”.

Salah satu video Bawaslu, tentang pelanggaran

Dia hanya memberikan kepada yang setiap musim pemilu mau menerima sogokan tetapi tidak memberikan kepada yang dia ketahui tidak bersedia. Tetapi ada pula yang masih terus berusaha. Kak Ema yang aktivis SPAK dengan sengaja didatangi untuk ditawari jumlah tertentu.

Yang terjadi di Maros adalah dalam model bazar. Harga yang dijual di bawah standard. Di Gowa, caleg bagi-bagi kupon, penerimanya berhak berbelanja di mal. Nanti di mal ada orang yang menunggu dan siap membayarkan belanjaan para penerima kupon. Di tempat lain ada juga yang memberikan dalam bentuk emoney.

SPAK: Saya Perempuan Anti Korupsi


Kak Ema memperkenalkan tentang gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi yang digawanginya. SPAK dimulai dari hasil base line KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) 2012 – 2013. Saat itu dilakukan survei di 2 daerah. Hasilnya menunjukkan bahwa ternyata tidak lebih dari 4 persen orang tua yang mengajari dan mengamalkan nilai-nilai kejujuran pada keluarga.


Telewicara dengan Ibu Rahma, agen SPAK di Enrekang

Saat itu masyarakat belum bisa mengetahui relasi antara kejujuran dan korupsi. Hasil suvei tersebut menunjukkan bahwa ibu mampu menjadi solusi (dari 80% responden) sebagai tokoh sentral yang berpotensi mengkampanyekan penghentian korupsi.

Tak sadar korelasinya? Perilaku tak jujur, seperti berbohong di depan anak dan mengajari anak untuk berbohong bisa menjadi pintu masuk. Juga ketika akan berlangsung ujian nasional dan sekolah mengoordinir atau menyarankan “contek massal” lalu ibu mengikuti begitu saja.

Masih belum sadar? Perilaku koruptif itu kan suatu bentuk ketidakjujuran. Kalau sudah terbiasa melakukan dalam bentuk sederhana maka kelak anak-anak kita akan ringan saja melakukan yang besar.


“Pendidikan karakter kita tak berjalan sepenuhnya. Pendidikan karakter bisa dari meminta kembalian saat anak bebelanja,” contoh kecil diberikan oleh Kak Ema. Maksudnya ketika meminta anak berbelanja di warung dan ada kembalian, ajari anak untuk mengatakan berapa uang kembaliannya dan mengembalikannya terlebih dulu.

Kalau dia ingin uang itu maka dia harus meminta dari ibunya. Jangan biarkan begitu saja karena jumlahnya tidak seberapa atau karena anak kita. Contoh sesederhana ini bisa menjadi pendidikan karakter dalam diri anak.

SPAK beberapa kali diundang Bawaslu dan KPU memberi respon thd money politic. Pendidikan demokrasi dirusak oleh mata rantai money politic yang dilazimkan. SPAK aktif melakukan kampanye untuk hentikan politik uang.

Jangan biasakan mengambil uang
atau pemberian caleg meskipun
tak memilihnya. Mengapa? Kalau
mengambil pemberian tanpa memilihnya
tetap ada masalah di dalam diri karena
sudah berlaku tidak jujur.

SPAK memiliki agen-agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Ibu Rahmawati salah satunya.  Komisioner KPU di Enrekang ini aktif kampanyekan tolak politik uang. Kami mendengarnya berkisah melalui sambungan telepon.

Ibu Rahma, walau sendirian dan tanpa anggaran, getol menyuarakan “anti politik uang”. Jalan kaki pun dia lakukan. Ibu Rahma memberikan pemahaman tentang money politic kepada masyarakat di Enrekang.

Tidak hanya sekadar sosialisasikan, difasilitasinya pula media sendiri, juga membuat kaos, stiker, dan gunakan semua kesempatan. Kapan saja dan di mana saja, dia gunakan kesempatan itu untuk mengedukasi masyarakat.


Ibu Rahmawati Karim - Agen SPAK Enrekang
saat sosialisasi anti korupsi di Dinas Kesehatan, Rabu (6/9)
Sumber: http://beritakotamakassar.fajar.co.id

“SPAK dapat rekomendasi untuk masuk di sekolah-sekolah untuk lakukan pendidikan anti korupsi dan pencegahan politik uang karena menyasar pemilih pemula,” ungkap Ibu Rahma.

Lebih lanjut, Kak Ema menjelaskan bahwa SPAK itu cair sifatnya.  Siapa pun boleh bergabung. Saat ini SPAK mencoba menyusun game (media melalui bermain). Semacam pencegahan korupsi dalam pemilu melalui bermain. Dalam game itu ada pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul menjelang pemilu.

Game adalah bagian  dari pendidikan politik
supaya masyarakat tahu bahwa moneypolitic itu
bukanlah sesuatu yang legal dan dibolehkan,”
Pak Saiful mengamini penjelasan Kak Ema.

Kerja Bareng Hentikan Politik Uang


“Harus benahi bareng-bareng yang terjadi di masyarakat. Pemberian dari caleg jangan disebut dalle. Pemahaman tentang uang yang diberikan para kontestan jangan dianggap rezeki. Itu persepsi masyarakat. Ada istilah sedekah politik. Mereka mengubah persepsi bahwa politik uang itu sogok dan suap,” imbau Pak Saiful.

Mirisnya, istilahnya dibungkus dengan hal yang dekat dengan Islam padahal dalam Islam sendiri, politik uang baik berupa barang hukumannya keras karena merupakan sogokan. “Pemberi dan penerima masuk neraka,” Pak Saiful yang juga berprofesi sebagai dosen Pendidikan Agama Islam di Universitas Hasanuddin menegaskan.

“Penting kita sama-sama gencarkan pendidikan politik kepada anak-anak kita,” berulang kali Pak Saiful menekankan hal ini. Baginya, pemilu 17 April bukanlah akhir dari pendidikan politik. Masih perlu dilakukan upaya yang terus-menerus dalam mendidik generasi muda memiliki kesadaran politik yang baik.




Bawaslu sudah lakukan pencegahan, pengawasan, dan penindakan. Infomasi awal dari masyarakat bisa langsung ditelusuri dan diinvestigasi. Namun demikian harus patuh pada aturan yang ada. Penindakannya harus melihat aturan apa saja yang dilanggar.

Harus juga berhati-hati mempublikasikan kalau belum berkekuatan tetap. Aduan terkait 15 camat Makassar baru-baru ini misalnya, berdasarkan aturan harus diserahkan kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) penanganannya.

Ambil Uangnya atau Jangan?


Dulu pernah ada kampanye “ambil uangnya, jangan pilih orangnya” untuk melawan money politic. Maksudnya ini untuk memberikan efek jera. Namun disadari sekarang, ungkapan ini tak jujur karena jelas berbohong. Bohong bukanlah perilaku yang benar.

Awasi pemilu bareng Bawaslu - nominasi lomba vlog Bawaslu by inimasabi

Seharusnya adalah “tolak uangnya, jangan pilih orangnya”. Namun dalam diskusi ini, dipaparkan bahwa untuk menghentikan politik uang, cara yang tepat untuk dilakukan adalah “jangan pilih orangnya, ambil uangnya dan jadikan sebagai barang bukti”.

Pertanyaannya, melaporkan ke mana
jika ada indikasi pelanggaran? Nah,
Bawaslu sudah punya aplikasi Androidnya lho.
Namanya Gowaslu. Namun catatan pentingnya,
penuhi syarat materil dan formilnya ketika melapor.

Aplikasi Gowaslu untuk Android

Semakin keras usaha menentang politik uang, semakin kreatif pula usaha para caleg dan timnya. Memang dibutuhkan partisipasi masyarakat. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak untuk menyosialisasikan bagaimana masyarakat bisa berpartisipasi langsung.

Makassar, 13 April 2019


Baca juga:


UMKM Go Cashless dengan SPOTS

$
0
0
UMKM Go Cashless dengan SPOTS - Dua puluh tahun yang lalu tak pernah terbayangkan ya kalau keadaan di tahun 2019 ini semakin mudah pada beberapa hal berkat kemajuan teknologi. Jika pada dua dekade yang lalu, untuk membeli makanan masih harus datang sendiri sekalipun menggunakan kendaraan umum untuk memperoleh makanan yang diidamkan maka sekarang tak perlu lagi.


Sekarang, HP kita bisa digunakan untuk membeli makanan. Malahan handphone kita, nih sekarang sudah bisa jadi media untuk membayar makanan yang dibeli. Kalian yang pernah berbelanja di outlet yang bekerja sama dengan sistem financial technology tertentu pasti tahu.

Atau jika kalian pernah jalan-jalan ke GO-FOOD Festival pasti paham deh dengan apa yang saya maksud. Di outlet-outlet demikian, pembayaran dilakukan cukup dengan scanning kode yang tampak di HP kita saat aplikasi dipergunakan.

Bersyukur sekali di dekat rumah kami kini banyak merchant GO-FOOD. Senangnya, penjual martabak dan terang bulan (martabak manis) langganan kami pun sudah menjadi mitranya. Tinggal pencet-pencet tombol, pesan makanan, lalu duduk manis. Tak makan waktu lama, pesanan diantar ke rumah oleh driver.


Kadang-kadang juga kami membeli langsung ke tempatnya saat pengen jajan. Cuma kadang terpikir, andai bisa pakai GO-PAY kan asyik ya. Tinggal sodori HP saja, saldo GO-PAY terpotong. Sayangnya, penjual martabak favorit kami itu belum memfasilitasi kedainya dengan cara pembayaran ini.

Beberapa hari yang lalu suami saya mampir ke kedai martabak langganan dan mengajak si mas penjual ngobrol. Saat itulah baru si mas menunjukkan kalau kedainya sudah punya stiker penanda QR code uniknya. Oalah, rupanya tak dia sosialisasikan kepada para pelanggannya. Kami pun tak memerhatikan keberadaan stiker itu.

Obrolan pak suami dan mas penjual martabak berlanjut ke topik “aplikasi kasir”. Si mas itu terlihat masih manual saja sistem pembayarannya padahal pembelinya membludak. Setiap ke sana kami pasti harus antre. Sembari tangannya sibuk bekerja, si mas mengaku dirinya terlalu sibuk sehingga tak sempat menggunakan aplikasi online.


Padahal si mas ini sudah tahu tentang sebuah aplikasi kasir bernama SPOTS– sistem Point of Sale (POS) untuk mengelola pesanan. SPOTS yang multi fungsi ini dipersembahkan GOJEK dalam upaya memenuhi semua kebutuhan pelaku UMKM di Indonesia.

Saya koq membayangkannya, kalau jadi si mas ini saya akan menggunakan aplikasi untuk memudahkan mencatat detail pemasukan dan pengeluaran harian soalnya saya malas mencatatnya secara manual.

Sebagai blogger dan influencer, saya sudah terbiasa sibuk menggunakan gadget untuk pekerjaan yang berhubungan dengan konten setiap harinya. Membayangkan diri menjadi pelaku UMKM, tentunya gadget akan sangat membantu pencatatan keuangan.


Soalnya berdasarkan penelusuran saya di website SPOTS, beberapa fitur SPOTS ini sangat membantu jika dimanfaatkan sebaik mungkin:

1. Mengatur menu.

Bisa isi manual atau impor menu GO-FOOD ke SPOTS. Juga mengatur jumlah, foto, harga, serta kategori menu sesuai kebutuhan.

2. Menerima pesanan GO-FOOD.

Bisa mendapatkan notifikasi real time setiap menerima pesanan dari GO-FOOD (berlaku bagi mitra GO-FOOD yang sudah terdaftar).

3. Menerima pembayaran GO-PAY.

Pelanggan dapat membayar hanya dengan memindai kode QR dan dana langsung masuk ke akun GO-PAY pemilik akun SPOTS.

Video yang menjelaskan apa itu SPOTS

4. Mencatat ragam tipe pembayaran.

Melalui SPOTS POS, pelaku UMKM dapat mencatat dan mengetahui tipe pembayaran (tunai atau GO-PAY) yang digunakan oleh pelanggan.

5. Bisa mencetak resi.

Perangkat SPOTS dilengkapi dengan printer sehingga tak perlu mesin tambahan untuk mencetak resi transaksi.

6. Memperoleh laporan harian.

Laporan harian bisa dipantau melalui aplikasi kasir ini atau melalui email yang dikirim setiap hari. 


Dengan keenam manfaat pada fitur SPOTS ini, memadai sekali biaya aktivasi Rp. 290.000 dan biaya pemeliharaan Rp. 2.900 per hari. Siapapun dapat menjalankan usaha, memantau, dan memanajemeninya dengan baik.

Lagi pula, trend masyarakat modern makin bergeser ke cashless society kan. Kepraktisan bertransaksi yang lekat sebagai identitas modernitas telah difasilitasi dengan baik oleh fitur SPOTS. Boleh dibilang di jaman now, setiap orang punya HP.

Manusia masa kini lebih memilih tidak membawa uang kontan ketimbang lupa membawa gawai. Maka mengapa tidak, sebagai pengusaha memudahkan pelanggannya? Mengapa tidak memudahkan pembayaran dengan memfasilitasinya dengan aplikasi kasir?


Sebagai konsumen, secara perlahan saya sudah mulai menggunakan GO-PAY untuk bertransaksi di merchant tertentu. Alangkah mengasyikkan jika para pelaku UMKM di sekitar rumah kami pun memfasilitasi penggunaan GO-PAY ini.

Namun salah satu masalahnya seperti yang dituturkan mas penjual martabak yang saya ceritakan di atas. Katanya dia terlalu sibuk sehingga merasa ribet menggunakan “mesin kasir online”. Padahal barangkali saja masalah utamanya bukan di keribetan yang dia maksud.

Bisa jadi masalahnya adalah karena dia belum terbiasa menggunakan aplikasi kasir sebagai alat bantu atau belum melihat apa pentingnya mencatat dan mengetahui dengan detail semua transaksi hariannya. Bagaimana menurut kalian?

Makassar,  14 April 2019



Merawat Ingatan Sejarah Kita

$
0
0
Berbincang sejarah sebenarnya menarik karena sejarah menjadi bagian dari jati diri kita. Makin menarik lagi ketika yang menjadi pembicaranya adalah Kang Asep Kambalifounder Historia Indonesia dengan segudang aktivitas yang berkaitan dengan sejarah. Menariknya, Kang Asep juga mendirikan perusahaan dengan basis ilmu sejarah yang dimilikinya.


Menyenangkan sekali menyimak Kang Asep bertutur tentang sejarah. Mulai dari bahwa “anak Sejarah” seharusnya bangga, bahwa dirinya mencoba mendobrak stigma “tak ada orang Sejarah yang bisa kaya” dengan mendirikan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang sejarah, dan pentingnya mempelajari sejarah.

Kang Asep Kambali menjadi nara sumber pertama pada Seminar Nasional Merawat Cagar Budaya Kitayang berlangsung di Hotel Dinasti pada tanggal 13 Aprillalu. Pada seminar yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatanbekerja sama dengan Lembaga Lingkar ini, dia mengesankan sejarah merupakan sesuatu yang sangat bermakna.

Ibu Irwani Rasyid memberikan sambutan.
(beliau menjabat sebagai Kepala Unit Dokumentasi
& Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sul Sel)
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulsel
(Bapak Laode Muhammad Aksa) memberi sambutan.

Orang Indonesia banyak yang malu mengakui dirinya kuliah/alumni bidang Sejarah. Penerimaan pegawai di berbagai perusahaan bahkan sebagai aparatur sipil negara juga tidak memperhitungkan lulusan Ilmu Sejarah. Beda halnya di luar negeri, banyak bidang pekerjaan yang mempersyaratkan pengetahuan sejarah.

“Untuk menghancurkan suatu bangsa,
musnahkan ingatan sejarah generasi mudanya”
adalah quote dari Kang Asep Kambali.

Ingatan masa lalu – sejarah itu penting karena merupakan jati diri. Kalau sampai lupa sejarah maka kita tak punya jati diri. Ilustrasinya adalah jika tiba-tiba, karena suatu hal seseorang melupakan asal-usulnya, dia tidak bisa pulang kembali ke rumahnya. Atau seseorang yang terdampar di negara lain, tidak bisa pulang ke negaranya jika mengalami amnesia.

Kang Asep Kambali

Kang Asep mencontohkan beberapa film tentang ingatan masa lalu yang dihapus/terhapus, seperti Maze Runner dan Divergent (keduanya rilis tahun 2014). Hilangnya ingatan sejarah akan memudahkan perpecahan terjadi. Kita bisa lupa kalau para pejuang kemerdekaan kita terdiri atas beragam suku, agama, juga ada ras lain.

Sebaliknya, dengan mengingat sejarah bahwa yang memperjuangkan bangsa ini terdiri atas beragam manusia, kita tak akan mudah dipecah belah. Nyatalah bahwa sejarah juga bisa menjadi alat pemersatu bangsa.

Kita butuh mengenali diri dengan mengenali cita-cita dan harapan, juga cita-cita bangsa. Mengenali siapa yang melahirkan kita, merawat dan menyekolahkan dengan penuh cinta sehingga rela mengorbankan apa saja. Juga mengenali bendera dan hal-hal penting tentang Indonesia.


“Makanya sejarah, memori kolektif harus dirawat, bukan hanya dalam konteks Indonesia tapi juga dalam konteks keluarga,” Kang Asep menekankan pentingnya merawat ingatan tentang sejarah.

Saya setuju karena dalam “pencarian” saya akan makna menjadi ibu, saya sampai kepada kesimpulan bahwa mengenali akar atau asal-usul kita termasuk sejarahnya akan membuat kita bukan hanya mencintai keluarga dan daerah namun juga mencintai INDONESIA.

“Untuk mengenali diri kita, kita harus
mengenali Indonesia. Pengetahuan
yang menjadikan kita, itulah kita,” ucap
lelaki yang juga pendiri
Paguyuban Asep Dunia ini.

Sekali lagi, mengenali Indonesia itu termasuk juga mengenali keberagamannya, bahwa di Indonesia ada beragam suku. Ada pula orang-orang Tionghoa dan Arab yang sudah lama berasimilasi dengan penduduk asli Indonesia. Sejak abad ke-5, orang Tionghoa sudah ada di Sunda Kelapa.


Karena perbedaan maka ada kekuatan. Perbedaan pulalah yang menjadi kekuatan pariwisata di mana-mana. Orang mendatangi tempat-tempat lain karena berbeda dengan yang ada di sekitarnya. Perbedaan adalah kekuatan kita.

Lelaki yang pernah berprofesi sebagai dosen di London School of Public Relation Jakarta ini mengajak untuk memaknai kemerdekaan dengan cara-cara yang bermartabat yang bisa membangun karakter kita. Sudah waktunya meninggalkan lomba-lomba yang kurang mendidik dan melecehkan seperti lomba panjat pinang, makan kerupuk, bapak-bapak berdaster, dan orang dewasa mengisap dot.

Ah, jadi ingat kalau sebentar lagi Hari Kartini sementara bagaimana Kartini memperjuangkan agar perempuan bisa lebih berpendidikan dalam kodratnya menjadi terabaikan. Bagaimana pula teladan yang diberikan Kartini dalam menyuarakan pikiran dan isi hatinya menjadi terlupakan.



R. A. Kartini mencontohkan bagaimana caranya berpendapat dan menuangkan pikiran dengan cara elegan. Yaitu dengan menulis. Tulisannya dan kisah hidupnya yang dibukukan membuat pesona dirinya mampu menembus hingga ke zaman kita. Mengingat esensi perjuangan Kartini pada Hari Kartini yang saya maksud, kira-kira sama dengan yang dimaksud dengan Kang Asep.

Kembali kepada konteks Indonesia. Pertanyaan ini dilontarkan Kang Asep: “Siapa Indonesia?” Jawabannya: dia dilahirkan dengan perjuangan, dibesarkan dengan pembangunan, dikuatkan dengan persatuan!

Kang Asep mengajak untuk menggali apa arti nama Indonesia, siapa yang memberi nama Indonesia pertama kali, siapa yang melahirkan Indonesia, dan apa cita-cita Indonesia. By the way, masih ingat kan kalau cita-cita Indonesia ada pada Pembukaan UUD 1945? Merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur!

Trailer film Divergent

“Makassar mau diapakan? Apakah sejarah mau dijadikan sebagai alat untuk membangun ataukah melupakannya dan menjadikan kita tak bekarakter karena tak mengenali sejarah?”tandas lelaki pendiri dan CEO Indonesia Heritage Trails ini, membawa sejarah pada konteks Makassar.

Menurut Kang Asep, pembangunan karakter kita sebagai “orang Makassar” yang berbeda dengan orang Jawa, Sunda, dan Batak misalnya harus menjadi perhatian karena itulah yang menjadi kekuatan kita.

Pertanyaan-pertanyaan Kang Asep itu bikin saya tercenung dan sedih. Karena sejak saya sekolah (SD mulai tahun 1980) hingga di masa anak-anak saya bersekolah saat ini, warga Makassar tak pernah mempelajari sejarah Makassar, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi.


Buku-buku sejarah yang harus dipelajari di sini lebih banyak membahas sejarah Jawa. Lantas, apakah masih ada harapan generasi muda bisa mengenal sejarah lokal dan mencintai Makassar dengan sewajarnya? Ah, siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?

Makassar, 18 April 2019

Makassar dalam Histori dan Cagar Budaya

$
0
0
Makassar dalam Histori dan Cagar Budaya - Seminar yang saya hadiri pada tanggal 13 April kemarin itu pada garis besarnya membicarakan tentang pelestarian cagar budaya. Sebagai bagian dari sejarah, tentunya yang dibicarakan juga bukan hanya sekadar cagar budaya namun juga sejarah.

Lalu, apa yang dimaksud dengan cagar budaya? Pengetian cagar  budayamenurut: UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budayaadalah  warisan  budaya  bersifat kebendaan  berupa  BENDA  CAGAR  BUDAYA,  BANGUNAN CAGAR  BUDAYA,  STRUKTUR  CAGAR  BUDAYA,  SITUS  CAGAR BUDAYA,  dan  KAWASAN  CAGAR  BUDAYA  di  darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya  karena  memiliki  nilai  penting bagi sejarah,  ilmu  pengetahuan,  pendidikan,  agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.


Cagar budaya memiliki sifat: rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak terbarui. Sifat ini menyebabkan jumlahnya cenderung berkurang sebagai akibat dari pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan upaya penyelamatan dan pelindungannya. Oleh karenanya cagar budaya kita harus dilestarikan.

Nah, apa saja di Makassar yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai cagar budaya? Semua warga kota mungkin sudah tahu benteng Fort Rotterdam dan Benteng Somba Opu, ya. Keduanya termasuk cagar budaya di kota ini. Selain itu ada Museum Kota Makassar, Gereja Katedral, dan beberapa kompleks makam tua.

Ada 6 situs lagi di kawasan pecinan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, yaitu Klenteng Ibu Agung Bahari, Klenteng Xian Ma, Klenteng Kwang Kong, Rumah Leluhur Lie, Rumah Leluhur Nio, dan Rumah Leluhur Thoeng.

Pak Laode M. Aksa, sebelah kiri (duduk di depan)

Dalam materi berjudul Antara Pelestarian dan Perlindungan, “Ceritera Baru dari yang lama”, Bapak Drs. Laode Muhammad Aksa, M. Hum – Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa penataan lingkungan bangunan bersejarah yang baik adalah mengarah pada pembangunan yang rekreatif, penciptaan ruang, dan environmentserta arah pengembangan ke depan yang merekomendasikan berbagai sasaran desain penataan pembangunan sebagai daya tarik kawasan.

Pak Aksa menceritakan upaya pelestarian Fort Rotterdam dan tempat-tempat lain, di mana pencarian bahan bangunannya harus mencari ketersediaan stok lama. Namun demikian biasa pula ditemui adanya kendala.

Permasalahan pelestarian timbul akibat perbedaan kepentingan untuk melestarikan bangunan kuno bersejarah dengan tuntutan kebutuhan zaman akan bangunan-lingkungan modern. Di sisi lain masih banyak ditemukan adanya upaya pelestarian yang secara tidak disadari justru telah merusak bangunan sebagai situs cagar budaya. Belum lagi menghadapi kepentingan sepihak pihak-pihak lain.

Celebes Monument

Dikatakan pula bahwa kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan tahapan pembangunan, di mana kota  bagaikan mahkluk hidup yang tumbuh dan berkembang, kemudian mati apabila tidak terpelihara. Hal ini menyiratkan bahwa suatu kota pasti memiliki kawasan bersejarah.

Kawasan bersejarah merupakan suatu kawasan yang didalamnya terdapat berbagai peninggalan masa lampau dari terbentuknya suatu kota, baik berupa wujud fisik historis maupun berupa nilai dan pola hidup masyarakatnya, serta kepercayaannya.

Pada presentasinya, Pak Aksa menyelipkan gambar Celebes Monument yang di puncaknya ada bentuk obelisk dan membawa malaikat perdamaian. Patung hadiah dari ratu Belanda itu dahulu menjadi penanda titik nol yang kemudian dipajang di sekitar gedung RRI. Sekarang patung itu ada di Fort Rotterdam.


Pak Dias Pradadimara – dosen Sejarah di Universitas Hasanuddinmenjadi nara sumber berikutnya dengan topik Membentuk Kota Makassar: Perkembangan Kota, Heritage, dan Cagar Budaya. Membuka presentasinya, Pak Dias menyampaikan bahwa “Makassar” sebagai kota yang kita ketahui sekarang tidaklah alami terbentuknya. Ada modal, kekuasaan, dan resistansi masyarakat terlibat di dalamnya.

Pak Dias lebih melihat Makassar dalam sudut pandang heritage (warisan (budaya) masa lalu, ada yang berbentuk benda dan ada yang tak benda). Dalam hal ini bukan gedung per gedung, melainkan kawasan kota.

Lantas timbul pertanyaan, “Yang mana kota Makassar?”

Pak Dias (berdiri)

Kata Makassar mengacu kepada 3 hal: pertama: suku/orang/bahasa Makassar, kedua: mengacu kepada kesultanan Gowa-Tallo, dan yang ketiga: ibukota. Untuk ibukota, dahulu yang disebut dalam lontarak adalah Kalegowa sebagai pusat/ibukota (terletak di daerah Tamalate, Sungguminasa).

Kota Makassar tak disebutkan dalam catatan sejarah spesifik sebagai kota. Sebelum abad 17, nama Jumpandang yang justru disebutkan sebagai nama tempat – ditemui dalam sebuah catatan lontarak yang dibaca Pak Dias.

Dari sebuah lukisan yang terkenal yang berasal dari abad ke-17, disebutkan kota Somba Opu (“Stadt Sombaopu”), bukannya “Kota Makassar”. Kota Sombaopu adalah kota yang dibangun sebagai tempat berdagang.

Teman-teman blogger.

Di akhir abad ke-16, kesultanan Gowa membangun belasan benteng, dari Kalegowa, Anagowa, Panakukang, dan seterusnya sampai Jumpandang dan Ujung Tanah. Pembangunan benteng yang bertujuan menahan serangan dari arah laut itu menimbulkan konflik dengan kerajaan-kerajaan sekitar.

“Tenaga kerja pembangunan benteng diambil dari daerah-daerah lain seperti Soppeng dan seterusnya. Keluarga Arupalakka misalnya dibawa dari Soppeng dan dijadikan tenaga kerja,” ujar Pak Dias.

Setelah perang, seluruh benteng harus dibongkar. Termasuk benteng Jumpandang yang harus diserahkan kepada VOC dan diperintahkan dibongkar pada tahun 1669. Benteng Jumpandang ini menjadi markas VOC dan berganti nama menjadi Fort Rotterdam.

Catatan traveling Wallace, dari presentasi Pak Dias

“Setelah Fort Rotterdam penuh barulah bergeser ke Vlaardingen. Kira-kira dekat dengan tempat kita ini (jalan Lombok, maksudnya). Inilah yang diisi oleh mereka yang dianggap dekat dengan VOC,” imbuh Pak Dias.

Orang-orang Melayu dan orang-orang Bugis, juga Wajo mendiami wilayah-wilayah tersendiri. Saat itu orang Wajo tidak dianggap sebagai orang Bugis oleh VOC. Catatan pada abad ke-17 dan abad ke-18 tentang Makassar:
  • Heather Sutherland (2004: 28-29), adanya Kampung Melayu, Kampung Wajo sebagai Negorij, munculnya Nieuwe Negorij, dan pentingnya Muurstraat (jalan Timor).
  • Batas kota sisi utara yakni Grootestraat (jalan Sumba), batas timur Burgerwachtstraat(jalan Jampea)


Pada abad ke-19, ditemukan Catatan Alfred Wallace (seorang naturalis yang ke Makassar 1856).
Macassar was the first Dutch town I had visited, and I found it prettier and cleaner than any I had yet seen in the East. The Dutch have some admirable local regulations. All European houses must be kept well white washed, and every person must, at four in the afternoon, water the road in front of his house. The streets are kept clear of refuse, and covered drains carry away all impurities into large open sewers, into which the tide is admitted at high-water and allowed to flow out when it has ebbed, carrying all the sewage with it into the sea. The town consists chiefly of one long narrow street, along the sea side, devoted to business, and principally occupied by the Dutch and Chinese merchants' offices and warehouses, and the native shops or bazaars.  This extends northwards for more than* -mile, gradually merging into native houses, often of a most miserable description, but made to have a neat appearance by being all built up exactly to the straight line of the street, and being generally backed by fruit trees. This street is usually thronged with a native population of -Bugis and Macassar men, who wear cotton trousers about twelve inches long, covering only from the hip to half-way down the thigh, and the universal Malay sarong, of gay checked colours, worn round the waist or across the shoulders in a variety of ways. Parallel to this street run two short ones, which form the old Dutch town, and are enclosed by gates. These consist of private houses, and at their southern end is • the fort, the church, and a road at right angles to the beach, containing the houses of the Governor and of the principal officials. Beyond the fort again, along the beach, is another long street of native huts and many country houses of the tradesmen and merchants. (Wallace 1872:  212).

Catatan berikutnya mengenai batas kota Makassar adalah pada tahun 1888. Batas utara dan barat adalah laut. Batas selatan adalah Losari – maksudnya adalah di taman dekat Perpustakaan Kota Makassar (Jalan Sultan Hasanuddin).

Bersama Kang Asep Kambali, founder komunitas Historia
Indonesia. Foto: Abby Onety.

Pada awal abad ke-20, batas kota meluas lagi. Batas selatan kota adalah (kampung) Mattoanging. Sebelah timurnya adalah Maricaya-Maradekayya. Setelah menjadi kotapraja, batasnya meluas lagi. Di sebelah selatan di Sungai Bontobaru (ada yang tahu di mana itu?).

Dari presentasi Pak Dias, bisa kita pahami bahwa kota Makassar itu berkembang dari daerah Fort Rotterdam hingga makin meluas seperti sekarang ini. Materi berikutnya adalah mengenai asimilasi orang Tionghoa di Makassar, dilanjutkan dengan jalan-jalan di sekitar kawasan pecinan yang berada dekat Hotel Dinasti, tempat Seminar Nasional Merawat Cagar Budaya Kita berlangsung.


Makassar, 21 April 2019

Bersambung

Catatan: tulisan ini merupaka tulisan kedua


Baca juga:



Menapaktilasi Sejarah Orang Tionghoa dan Pecinan di Makassar

$
0
0
Banyak juga catatan dari Seminar Nasional Merawat Cagar Budaya Kitayang berlangsung pada tanggal 13 April lalu sehingga catatan saya terbagi ke dalam 3 tulisan. Pada tulisan terakhir ini saya kutipkan penyampaian Pak Yerry Wirawan – penulis buku Masyarakat Tionghoa Makassar yang juga dosen di Univesitas Sanata Dhama.


Pada awal presentasi berjudul Kota Makassar dan Sejarah Masyarakat Tionghoa, Pak Yerry menceritakan mengenai sejarah orang Tionghoa di Makassar. Menurutnya sulit sekali menyimpulkan ada orang Tionghoa yang datang pada masa itu.

Lembaga Lingkar

Keberadaan keramik yang berasal dari abad kesembilan atau kesepuluh tidak serta merta mengindikasikan keberadaan orang Tionghoa karena keramik digunakan sebagai alat tukar. Berdasarkan penelitian, catatan mengenai kebeadaan orang Tionghoa didapatkan dari orang Inggris. Saat itu – sebelum tahun 1615, ada orang Inggris yang ke Makassar yang bertemu orang Tionghoa yang sedang menyuling arak. Pada masa itu, Makassar belumlah ramai. Karena titik sentral perdagangan adalah di Malaka dan Maluku.

Para pedagang rempah-rempah dari Maluku mampir ke Banten,  lalu membawa barang-barangnya ke Malaka, lalu Eropa – Belanda atau ke Tiongkok. Makassar belumlah jadi titik penting saat itu. Hingga kemudian Malaka diduduki Portugis pada tahun 1615.

Sejak itu Makassar menjadi pilihan tempat yang aman, para pedagang dari Malaka pergi ke Makassar. Bisa dipastikan orang Tionghoa ada di Makassar sejak 1615. Mereka berdagang kulit penyu untuk obat yang diperoleh dari Indonesia timur yang kemudian dikumpulkan di Makassar. Mulai ramailah Makassar dengan pendatang-pendatang dari Jawa dan Melayu.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sul Sel - Mugniar
Pak Yerry (paling kanan)

VOC tidak menganggap Makassar penting dalam perdagangan. Yang penting adalah Batavia. Itu makanya tidak semua kapal boleh ke Makassar. Orang-orang Tionghoa awal di Makassar adalah mereka yang ke Jawa dulu baru ke Makassar. Mereka punya keluarga di Jawa. Keluarga Nio – keluarga tertua di Makassar mengalaminya. Namun peta-peta awal orang Eropa tidak menunjukkan kampung Tionghoa dalam peta Makassar.

Penelusuran catatan sejarah yang menyebutkan keberadaan orang Tionghoa di Makassar ditemui dalam Sj’air Perang Mengkassar Karya Entji’ Amin (ca. 1667):
Di Kampung Tjina meriam jang tebal  |  serta ditémbakkan | kenalah kapal terus-menurus tampal-menampal | sangatlah duka hati Admiral 

Materi Yerry Wirawan - Mugniar

Catatan sejarah lain adalah: dari François Valentijn (1724 – 1726):
The city is just a small market town that is also called the Negory Vlaardingen, with only one large unpaved street, I think the Chinese street, and two or three smaller ones where the Dutch burghers, some Chinese under their captain, and some Makassarese and other natives live, and which can be closed and guarded by the Chinese and Burgher watch.
(Kota ini hanya sebuah kota pasar kecil yang disebut juga Negorij Vlaardingen dengan hanya satu jalan besar yang tidak rata, saya pikir itu jalan [perkampungan] Tionghoa, dan dua atau tiga jalan lebih kecil di mana penduduk Belanda dan beberapa orang Tionghoa dengan kapitennya serta beberapa orang Makassar dan pribumi bertempat tinggal. Tempat ini bisa ditutup dan dijaga oleh orang Tionghoa atau penduduk kota).

Lembaga Lingkar

Dari penuturan Pak Yerry, bisa dipahami bahwa Makassar sudah sejak lama terbiasa dengan keberagaman. Pengumuman sering kali dibuat dalam 3 bahasa/aksara: Belanda, Arab, dan Tionghoa. Ada juga dalam 4 bahasa/aksara: Lontarak, Indonesia, Arab, dan Tionghoa.

Bangunan-bangunan orang Tionghoa juga mulai berdiri. Catatan awal adalah Klenteng Maco Po akhir abad ke-17. Selanjutnya pada abad ke-19: ada Klenteng Shengmu Xianma, inskripsi 1868, Bao’an Gong. Diperkirakan 1889, hancur saat PD II, Klenteng Guanyu, 1889 oleh orang-orang suku Kanton. Selanjutnya Rumah Abu keluarga Thoeng 1898 dan Rumah Abu keluarga Lie 1888.

Pecinan Makassar - Mugniar

Sejarah kota Makassar memang tak lepas dengan sejarah keberadaan orang Tionghoa yang kemudian berasimilasi dengan penduduk pribumi. Demikian pula halnya dengan sejarah datangnya orang Arab di Makassar. Namun sayangnya, terungkap di seminar ini sebagaimana yang dikatakan Pak Dias bahwa sejarah keberadaan orang Arab sulit dilacak dalam penelitian karena mereka mobilitasnya tinggi.

Saya pribadi berharap bisa menyimak sejarah orang Arab di Makassar juga suatu saat. Andai ada keturunan Arab yang menuliskan atau menelitinya sendiri, sebagaimana yang dilakukan Pak Yerry sampai beliau menerbitkan buku atau seperti Kak Irma Devita yang menuliskan sejarah perjuangan kakeknya (bisa dibaca di tulisan saya yang berjudul  Menggali Sang Patriot, Bukan Sekadar Terpatri dalam Sejarah).

Pecinan Makassar

Pada tanggal 14 April, saya ikut rombongan Heritage Walk, berjalan-jalan di sekitar Pecinan. Hotel Dinasti (Jalan Lombok), tempat berlangsungnya acara memang terletak di kawasan Pecinan. Lahan hotel tersebut berdiri juga dahulunya merupakan lokasi sebuah sekolah Tionghoa yang dibangun pada masa kolonial.

Banyak juga tempat yang disambangi rombongan pejalan. Perinciannya sebagai berikut: Klenteng Pao Ang Kong yang juga merangkap sebagai Vihara Dharma Loka. Letak bersebelahan dengan hotel. Selanjutnya kami menyusuri jalan Lombok menuju rumah tua berarsitektur gaya Eropa klasik milik warga keturunan Tionghoa.

Pecinan Makassar - Mugniar

Perjalanan dilanjutkan ke Jalan Lembeh untuk melihat bekas Gedung Perkumpulan Cina KMT (Akademi Pajak Indonesia) yang kurang terawat dan nyaris rubuh. Di sebelahnya ada bekas Gedung Bioskop Ratu yang sekarang menjadi Rumah Pemujaan Arwah Leluhur yang dikelola oleh Yayasan Amal Sejahtera.

Perjalanan berlanjut ke Pasar Bacan (Bacang). Pasar itu termasuk pasar tradisional tua yang masih beroperasi hingga kini meskipun tidak tiap hari. Bisa dilihat pedagangnya tediri atas orang Makassar dan orang Tionghoa. Aneka daging, kue, sayur, dan ikan dijual di sana. Beragam ikan laut berukuran besar dijajakan.

Pecinan Makassar - Mugniar
Pecinan - Pasar Bacan - Mugniar

Tidak jauh dari situ, berdiri Masjid As Said dan merupakan masjid tua yang dibangun oleh warga kota keturunan Arab di masa kolonial. Setelah masjid ada gedung Tjieng Njan dan Co., sebuah rumah tinggal tua bergaya Eropa.

Di Toko Kue Weng Heang Tjae yang berdiri sejak tahun 1935, beberapa dari kami membeli penganan khas Tionghoa. Ibu pemilik toko berbaik hati mempersilakan para pejalan mencicipi kuenya dengan gratis. Terakhir, kami melihat Rumah Leluhur Marga Thoeng dan Rumah Tinggal Kapiten Thoeng yang terletak di Jalan Sulawesi.

Pecinan di Makassar - Mugniar
Pecinan di Makassar - Makassar

Pengalaman hari ini sungguh pengalaman baru dan berkesan bagi saya. Sedemikian lama hidup di Makassar saya baru tahu tentang sejarah orang Tionghoa dan melihat kawasan Pecinan dari jarak yang sangat dekat.

Besar harapan saya secara perlahan, generasi muda kita akan lebih enjoy mempelajari sejarah melalui metode yang lebih menarik. Sehingga mereka dapat menghargai sejarah beserta segenap “komponen penyusunnya”. Dimulai dengan adanya kerja sama antara Lembaga Lingkar– komunitas pemerhati sejarah dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan ini.

Pecinan di Makassar - Mugniar
Pecinan - Lembaga Lingkar
Foto yang paling bawah: dari Lembaga Lingkar

Makassar, 14 April 2019

Tulisan ke-3 (tamat) dari Seminar Nasional Merawat Cagar Budaya Kita.

Baca juga tulisan-tulisan sebelumnya:


Aura “from Zero to Hero” di Gathering Nasional Ressti Group

$
0
0
Fom zero to hero, itulah gambaran acara Gathering Nasional RESSTI GROUP yang saya hadiri pada tanggal 20 April silam. Ungkapan haru, syukur, dan bahagia kerap menyeruak dalam acara ini. Wajah-wajah dengan bola mata berbinar tersebar di sekeliling saya.

Di ball room Hotel Myko ini saya menyimpulkan bahwa misi kebanyakan penggerak Ressti adalah menjadi manfaat untuk banyak orang. Penggerak yang saya maksud di sini adalah mulai dari owner, Brand Master, hingga reseller-nya.

Gathering Nasional Ressti Group

Bagaimana tak menyimpulkan demikian. Saya menyaksikan dan mendengarnya sendiri. Mulai ketika Surachmanuddin – Direktur Ressti Groupyang juga suami Dokter Ressti Apriani Muzakkir – CEO dan peracik produk-produk kecantikan Ressti memberikan sambutannya.

Lalu ketika Dokter Ressti menyampaikan speech-nya, disusul para Brand Master Ressti Group – aura “from zero to hero” demikian terasanya. Dalam lingkup seperti ini, jangankan lingkar dalam Ressti Group, saya yang pengunjung umum saja merasa ikut termotivasi.

Gathering Nasional Ressti Group

Dalam sambutannya, Surachmanuddin – lelaki yang akrab disapa “Kak Ocha” oleh para Brand Master dan Brand Ambassador  ini menyampaikan tentang pentingnya bersedekah dan membantu orang lain. Menjadi manfaat bagi orang lain diulang-ulanginya sampai beberapa kali.

Dia mengimbau pula untuk selalu mengingat Allah meskipun sedang berada dalam masalah. Ketika mengingat Allah maka Allah juga mengingat kita. Di samping itu kaum muslim berkewajiban untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan.

Gathering Nasional Ressti Group

Harapan ditebar kepada para member Ressti agar meniru Khadijah – istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Khadijah adalah sosok yang senantiasa mengingatkan Rasulullah kepada kebaikan. Menjadi seperti Khadijah juga berarti cantik fisik dan cantik hatinya, semoga juga bisa kaya raya dan masuk surga.

Motivasi yang menyemangati juga dilontarkan oleh para Brand Master. Mereka adalah Sulfiana, dr. Sukmawati, Hasrini Hasan, Atis Zakinah, Siti Fatimatul Umrah, Ratnawati Mukhlis, Kiki Agustina, Rahmania, Citra Muzakkir, Ila Karmila, dan Koharudin.

Gathering Nasional Ressti Group Mugniar

Para Brand Master ini adalah orang-orang yang berani berjuang di Ressti Group meski dengan modal minim. Brand Master Sulfiana bahkan yang sudah selama 10 tahun berjuang bersama Dokter Ressti. Para Brand Master ini sudah mendapatkan reward dari Ressti.

Beberapa reward yang dimaksud adalah tur ke luar negeri (di antaranya ke Turki, Spanyol, Yordania, Mesir, dan Palestina), umroh, emas, dan rumah.  Para Brand Master ini juga menyampaikan pesan mengenai pentingnya sikap gigih, optimis, dan terus belajar dalam berbisnis.

Gathering Nasional Ressti Group Makassar

Tentunya tak lengkap jika Dokter Ressti selaku owner dan CEO tak memberikan sambutan. Dokter Ressti menceritakan awal mula kisah bisnisnya dengan modal yang hanya Rp. 200.000 dan pernah mengalami penipuan.

Dokter Ressti memaparkan bagaimana impian mengantarkannya ke titik ini. “Jika sudah punya impian barulah ilmu menuju ke sana dicari. Penting pula membuat orang mempercayai kita sebagai pelaku bisnis dan jangan takut mengeluarkan modal,” kurang lebih demikian ujarannya.

Gathering Nasional Ressti Group Makassar

Kegigihan berhasil mengantarkannya kepada kesuksesan hingga seperti sekarang. Produk-produk perawatan wajah yang diraciknya telah membantu banyak orang. Kini bukan hanya produk perawatan berupa serum, krim siang, krim malam, facial tone, dan facial wash yang dipasarkan melalui Ressti Group. Ada pula aneka varian lainnya.

Di tahun 2019 ini, Ressti Group yang telah memiliki 5 pabrik di luar Makassar telah menyediakan produk-produk dengan merek lain. Dua brand lain bisa diperoleh dengan mudah selain RESSTI adalah Al Fatihdan Ledisia. Bukan hanya produk untuk perempuan, ada pula produk untuk laki-laki dalam katalog Ressti. Malah saya dengar akan ada produk untuk bayi juga!

Gathering Nasional Ressti Group Makassar

Selain Ressti Beauty Care, ada Ressti Whitening Series. Produk kecantikan ini diproduksi seratus ribu paket setiap bulannya. Di bawah brand Al Fatih ada shower gel, body lotion, pomade, dan peel mask. Sementara di bawah merek Ledisia ada aneka produk lipstik.

Di samping itu, Ressti menjalankan usaha ini dengan didukung teknologi IT. Di gathering ini ada satu sesi yang membahas mengenai aplikasi Jurnal by Mekari, yaitu aplikasi akuntansi dengan cloud base yang membantu mempermudah pencatatan finansial member.

Gathering Nasional Ressti Group Makassar

Tak ketinggalan support pengetahuan seputar pemanfaat media sosial juga diberikan dengan tampilnya 6 influencer top Makassar yang menjadi Brand AmbassadorRessti. Keenam influencer tesebut adalah Marsya Ayu Annisa, Anggu Batary, Wayan Indah Harris, Aulia Qalbi, Wiwid Wahida,dan Halifa Intania.

Keenam selebgram itu menceritakan mengenai pengalaman mereka menggunakan produk-produk dari Ressti dan bagaimana memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram. Tentunya bukannya semudah membalikkan telapak tangan proses yang mereka lalui hingga menjadi seperti sekarang. Mereka dicintai banyak follower dan mendapatkan job di media sosial seperti impian banyak manusia milenial.

Resti Group Makassar

Sebagai warga Makassar yang menjadi saksi Gathering Nasional yang dihadiri para member Ressti dari beberapa wilayah di Indonesia, saya turut bangga. Brand lokal dengan pencapaian yang seperti saya ceritakan ini patut didukung dengan sepenuh hati. Semoga manfaat yang ditebarkan bisa berkelanjutan dan membawa berkah bagi lebih banyak orang lagi.

Makassar, 23 April 2019


Memilih Ojek Online yang Aman dan Nyaman

$
0
0
Pantas, ya saya akhir-akhir ini mendapat driver yang bintangnya 4,9 atau 5,” ujar saya kepada driver GO-CAR yang saya tumpangi mobilnya. Saya mengamini ceritanya bahwa GOJEK–perusahaan ojek online yang menjadi mitranya, berusaha melayani pelanggan dengan mengajukan driver yang bagus kompetensinya ketika customer tersebut memesan melalui aplikasi.


Yang Layak Dapat Bintang


Bukan sekadar kompetensi mengemudi yang dia maksud, melainkan juga termasuk perilaku, seperti kesopanan, keramahan, dan kecepatan merespons oderan. Sangat saya rasakan dampaknya karena driver-driver yang saya temui memang sopan, ramah, dan cepat menanggapi pesanan. Ternyata mereka memang yang layak dapat bintang.

Tak perlu menunggu lama, biasanya sang pengemudi langsung chat atau menelepon untuk mengabari posisi dan kondisinya supaya pemesan mendapatkan kepastian. Kalau kalian pengguna ojek online, pasti tahu rasanya bagaimana jika tak segera direspon sama driver– bak hubungan tanpa status. 😊

Saya memperhatikan perubahan pada tanda bintang di bawah nama pengemudi ini, tetapi belum mengerti maksudnya hingga ketemu driver yang ramah, sopan, dan senang bercerita itu. Klop-lah dengan saya yang derajat kepo-nya besar dan suka bertanya ini itu kepada driver.

Jelas saja dong, saya selalu ingin memastikan kalau satu-satunya aplikasi ojek online yang saya install di gawai saya ini memang layak saya pertahankan karena aman dan nyaman. Salah satu caranya adalah berbincang dengan sebanyak mungkin driver yang menjadi mitra GOJEK.


Memesankan anak bujang GOJEK meminimalisir ke-
khawatiran sekaligus meminimalisir pengeluaran.
Bahagianya Mamak saat dapat voucher😆

Nyaman Berkendara Bersama GOJEK


Dalam pemahaman saya, kalau memang GOJEK punya itikad baik, tentunya saya sebagai pelanggan dan para pengendaranya sama-sama merasakan KENYAMANAN. Usaha saya dalam mengorek keterangan dari para driver tak sia-sia karena hingga sekarang, setelah ratusan kali melakukan pemesanan GO-CAR, GO-RIDE, GO-FOOD, dan GO-SEND, kesan saya makin positif.

Saya merasa tenang menggunakan GO-RIDE sebagai penjemput dan pengantar anak bujang saya. Dari rumah ke sekolah, lanjut ke tempat bimbingan belajar. Dia baru pulang jam setengah sembilan, kadang-kadang jam 10 malam selama beberapa bulan terakhir ini untuk persiapan ujian akhir SMA.

Aman Berkendara Bersama GOJEK


Bagaimana dengan perihal KEAMANAN? Ini yang harus menjadi perhatian penting juga kan, ya. Sebagai mamak yang parno, saya sendiri yang memesankan GO-RIDE baginya. Dengan demikian saya merasa bisa melihat sendiri pergerakannya dari lokasi penjemputan secara real time pergerakannya bersama si pengemudi motor.

Mengamati pergerakan si anak bujang bisa sembari
memesan makanan via GO-FOOD, lho.

Beginilah rasanya jadi ibu, gelisah kalau anak belum pulang terkecuali sudah mendapat kabar anaknya baik-baik saja. Syukurnya, sekarang bisa lebih gampang lho karena pada update terbaru aplikasi GOJEK (untuk GO-RIDE dan GO-CAR), dengan hanya share link bisa live tracking. Jadi nantinya kalau anak saya memesan sendiri, dia bisa bagikan perjalanannya ke saya.

Bagikan Perjalanan (Share Trip)


Fasilitas berikut yang saya apresiasi dari GOJEK adalah fitur SHARE TRIP adalah nama fitur yang digunakan untuk share link itu. Fitur ini memungkinkan pengguna membagikan tautan lokasi kepada orang yang diinginkan melalui Whatsapp, LINE, Instagram, SMS, atau aplikasi bertukar pesan lainnya. Tautan berisi informasi berupa: titik Pick up dan Drop off, informasi pengendara secara detail (nama, nomor, jenis kendaraan, dan nomor pemesanan), dan live location.

Kalau saya bepergian, bisa share perjalanan melalui
bermacam cara.

Tombol Darurat


Untuk kondisi terburuk – semoga saja tidak perlu dipakai, ya – baru saja saya ketahui kalau GOJEK memiliki fitur Tombol Darurat Melalui fitur ini, GOJEK memungkinkan pengguna mendapatkan rasa aman dengan adanya tombol yang bisa digunakan pada keadaan/situasi darurat.

Kabar baiknya, Panggil Bantuan Darurat ini sudah bisa diakses customer GO-CAR seindonesia. Saya berharap bisa sesegera mungkin diakses dari layanan GO-RIDE juga supaya makin tenang ketika anak laki-laki saya harus naik moda transportasi ini di atas jam 10 malam. Oya tombol ini terhubung pada Unit Darurat GOJEK yang siap melayani selama 24 jam dalam 7 hari.

Driver Jempolan


Ah iya, saya belum cerita ya soal KOMPETENSI berkendara driver GOJEK. Saya baru tahu kalau GOJEK menyelenggarakan pelatihan berkendara bersama Rifat Drive Labs (RDL), Bengkel Belajar Mitra, dan program edukasi #TrikNgetrip.


Program RDL yang diinisiasi Duta Keselamatan Berkendara, Rifat Sungkar ini dalam empat tahun terakhir telah melatih lebih dari 300 ribu mitra pengendara GOJEK. Para mitra pengendara di 20 kota seindonesia sudah bergabung. Program ini masih berjalan dan setiap bulannya diikuti sekitar 10 ribu driver!

Melalui program ini driver mendapatkan training maupun pengetahuan dalam berkendara yang baik dan benar sehingga dapat melayani pengguna dengan baik dan mengutamakan keselamatan. Selain pelatihan berkendara, GOJEK juga menyelenggarakan Bengkel Belajar Mitra.

Bengkel Belajar Mitra ini terselenggara di beberapa kota di Indonesia dengan menggandeng para profesional di bidangnya masing-masing untuk memberi pembekalan kepada driver GOJEK dalam meningkatkan layanan dan mengasah pengetahuan di bidang lainnya.

#Uninstall Khawatirmu

Nah, yang berikut  ini adalah program edukasi yang menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan kepada para driver dalam memberikan pelayanan terbaik dan tips dalam berkendara serta perjalanan. Namanya #TrikNgetrip

Sederhananya kalian bisa lihat  video di bawah ini. #TrikNgetrip ini memberikan edukasi kepada driver dan pengguna GOJEK untuk memperhatikan 4 hal: pemesanan, kesopanan, kenyamanan, dan keamanan.

Video #TrikNgetrip

Sejujurnya, saya memang merasa nyaman berkendara bersama GOJEK. Sekali lagi, bukan hanya sopan, para mitra pengemudinya juga membawa kendaraan dengan cara yang membuat saya nyaman.   Ternyata GOJEK selalu berusaha guna meningkatkan kualitas pelayanan para mitra driver-nya, ya.

Bagi saya, ini berarti bahwa itikad baik itu akan memberikan hasil yang baik. Yang awalnya Nadiem Makarim ingin memecahkan masalah seputar kebutuhan para pengguna ojek, secara perlahan tapi pasti perkembangan GOJEK selalu memperhatikan kenyamanan dan keamanan semua mitranya. Bukan bermaksud memuji, ini memang pengalaman pribadi saya sekira 2 tahunan aktif menggunakan layanan-layanan GOJEK.

Bukan hanya kepada pengguna, kepada pengemudi yang telah memberikan pelayanan terbaiknya dan berkontribusi positif dalam masyarakat pun, GOJEK mengapresiasinya dengan memberikan penghargaan bernama Driver Jempolan berupa pin yang disematkan pada jaket GOJEK pengemudi.
Asuransi GO-RIDE


Yang terbaru ini, tak saya duga sebelumnya. GOJEK berani mengasuransikan pengguna GO RIDE dengan bekerjasama dengan platform asuransi digital.

Untuk kalian yang sudah meng-update aplikasi GOJEK, ketika memesan GO-RIDE, klik di sisi kanan aplikasi yang menunjukkan gambaran perisai. Akan muncul “Safe Trip Kit” yang menampilkan 3 fitur: Your ride is insured (penumpang diasuransikan), The Safety Handbook, dan Share trip.

Asuransi penumpang GO-RIDE ini otomatis aktif, berlaku di seluruh indonesia. Mulai sejak waktu penjemputan hingga tiba di tujuan. Jika terjadi kecelakaan atau pencurian saat perjalanan, maka kita bisa memanfaatkan perlindungan asuranasi ini. Semoga tidak perlu kita gunakan, ya. Tetap keselamatan yang kita harapkan.


Sampai di sini, saya makin yakin dan #uninstallkhawatir, deh. In syaa Allah aman dan nyaman bersama GOJEK karena usaha antisipasi sudah maksimal. Memang sudah waktunya pakai GOJEK.

Makassar, 25 April 2019

Perempuan dan Museum Kota di Peringatan Hari Kartini

$
0
0
Perempuan dan Museum Kota di Peringatan Hari Kartini - langsung tertarik ketika Anna Asrianikoordinator Lembaga Lingkarmenyampaikan maksudnya mengajak saya terlibat pada salah satu kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hai Kartini di Museum Kota Makassar.

Pada tanggal 24 Aprillalu, Museum Kota Makassarbekerja sama dengan Lembaga Lingkardan International Oganization for Migration (IOM) wilayah Indonesia timur mengadakan acara bertajuk Surat-surat Kartini dan Perempuan Masa Kinidi Museum Kota Makassar, jalan Balaikota.


Kata Anna, Nur Almarwah (Nunu)– salah satu founder Floating School, Harnita (direktur Kedai Buku Jenny), dan saya mewakili orang-orang biasa yang kurang dieksplorasi pada saat Hari Kartini. Saya langsung “melihat” benang merah antara kami bertiga, yaitu bergerak dalam bidang literasi.

Sambutan dan pembukaan oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota MakassarBapak Agus Jaya, beserta sambutan dari Ibu Irwani Rasyid(dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sul Sel) menandakan acara ini didukung oleh Dinas Kebudayaan kota/provinsi ini.

Ibu Nurul Chamisany (Nunu) – Kepala Museum Kota Makassar memang patut mendapatkan dukungan penuh karena selama menjabat, beliau menampilkan museum dengan wajah baru.

Pak Agus Jaya dan Ibu Nurul Chamisany

Mungkin ada yang masih ingat tulisan saya pada Hari Kartini tahun lalu? Nah, pada tulisan yang berjudul Surat Kartini di Museum Kota Makassaritu saya menceritakan pengalaman berhari Kartini di Museum Kota. Pada tahun ini, serangkaian acara peringatan Hari Kartini kembali digelar di museum.

Pada tahun ini, surat-surat Kartini kembali dibacakan tetapi hanya beberapa, tidak sebanyak tahun kemarin. Saya suka dengan cara ini. Dengan demikian kita bisa kembali menelisik perjalanan pemikiran Ibu Kartini.

Kalau boleh berharap, tahun depan acara seperti ini diselenggarakan lagi tapi dengan tambahan surat-surat terakhir yang ditulis beliau. Yang ada di Museum Kota Makassar adalah cuplikan surat-surat Kartini hingga tahun 1903 (hanya sedikit surat pada tahun 1902 - 1903) sementara seperti yang kita ketahui, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904.  

Museum Kota Makassar kini nyaman bagi pengunjung. Di sini, kita bisa melihat 980 koleksi museum dalam berbagai jenisnya. Dalam presentasinya, Ibu Nunu menyebutkan jenis-jenis koleksi museum berupa arkeologi, sejarah, keramologika, numismatika, naskah, etnografika, teknologika, peta/geografi, lukisan, foto, dan prasasti.


Selama 5 hari di bulan April ini, tanggal 23 – 27 April, Museum Kota Makassar memfasilitasi event bertajuk Budaya Perempuan Inspiratif. Karya sejumlah perempuan kreatif dan inspiratif dipamerkan. Karya mereka berbagai bentuknya seperti lukisan, buku, patung, batik, karikatur, tas, taplak meja, sarung bantal, hingga desain ragam hias.

Concern Museum Kota kali ini pas banget dengan dicanangkannya tanggal 1 April sebagai Hari Kebudayaan. Bulan ini pun juga sekaligus diperingati sebagai “bulan kebudayaan”, dirangkaikan dengan Hari Kartini pada tanggal 21 April. Perempuan dan budaya menyatu di sini.

Selain para perempuan Sulawesi Selatan, ikut serta pula mereka yang mewakili International Organization for Makassar. Mereka adalah Shagufta Naeem (asal Pakistan), Fatima Naseri (asal Afganistan), dan Dunya Sajadi Afganistan). Mereka bertiga merupakan pengajar yang mendampingi para perempuan dan anak-anak migran di Makassar.

Mbak Narulita Kusuma Ayu – Koordinator Psikososial IOM Indonesia timur mengatakan di Makassar ada lebih dari 1800 migran dengan 25% di antaranya berjenis kelamin perempuan. IOM membantu pemerintah Indonesia memberikan bantuan dasar kepada para migran sembari menunggu solusi jangka panjang, apakah itu kembali ke negaranya atau ditempatkan di negara ketiga.

Ibu Nunu, Ibu Irwani, dan Mbak Narulita

Tantangan dalam hal psikis begitu besar dihadapi para migran perempuan. Beradaptasi di tempat baru dalam keadaan terpaksa keluar dari tanah air sendiri bukanlah hal yang mudah. Kekacauan di negara asal mudah sekali memicu stres. Perempuan, dalam posisi ini rentan mengalami eksploitasi ataupun pelecehan.

Bersyukur di Makassar khususnya dan di Indonesia pada umumnya, para migran diterima dengan tangan terbuka atas dasar kemanusiaan. Menurut Mbak Narulita, tidak semua negara memperlakukan para pengungsi dengan baik seperti Indonesia menerima mereka.

IOM memperhatikan kesehatan mental para migran dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti pelatihan membuat kerajinan. Selain itu diusahakan pula agar mereka bisa terhubung dengan orang lain termasuk komunitas/warga lokal agar kepercayaan diri mereka meningkat.

Sampai pada bagian ini saya merasa senang bisa menjadi bagian acara ini. Pengetahuan baru saya dapatkan dan merasa bersyukur bisa terhubung dengan orang-orang yang hadir di sini. Cerita mengenai pemaparan Harnita, saya, dan Nunu Asrul akan saya tayangkan di tulisan berikutnya, ya.

Makassar, 30 April 2019

Bersambung

Spirit Kartini Versi 3 Perempuan Pegiat Literasi

$
0
0
Spirit Kartini Versi 3 Perempuan Pegiat Literasi– Setelah Mbak Narulita Kusuma Ayu – Koordinator Psikososial IOM Indonesia timurmenceritakan tentang problematikan para perempuan migran dan apa yang dilakukah oleh International Organization for Migration (baca Perempuan dan Museum Kota di Peringatan Hari Kartini), giliran Harnita (Kedai Buku Jenny)membagi kisahnya.

Sumber foto: Anna Asriani - Lembaga Lingkar

Semangat Kartini dari Kedai Buku Jenny


Kedai Buku Jenny (KBJ)pada awalnya dibuat hanya sebagai tempat bertemu dan berkumpul Nita, suaminya (Bobby), dan beberapa teman mereka. Tak pernah terbayangkan KBJ sekarang menjadi gerakan literasi sejak dimulai 8 tahun lalu, ketika akses terhadap buku tak semudah sekarang.

Di rumahnya tak ada ruang privat kecuali ruang tidur Nita dan suaminya. Ruangan-ruangan lain bisa diakses siapapun yang datang dan ingin menggunakannya, baik itu sebagai ruang diskusi, pameran, ataupun pertunjukan. Empat tahun di awal perjalanannya, KBJ concern kepada anak muda dan mahasiswa saja.


Sejak tahun 2014, aktivitas di KBJ bertambah sejak menjadi ruang baca anak-anak bersama tetangga hampir setiap sore. “Kami tidak pernah menyuruh anak-anak membaca. Tapi kami menyediakan bukunya. Kalau anak-anak capek, mereka datang sendiri membaca,” ucap Nita.

Menurut Nita, minat baca yang rendah
bisa jadi disebabkan oleh minimnya
akses terhadap buku. Karena kenyataannya
pada saat disediakan buku, anak-anak di
sekitar rumahnya jadi punya minat besar
terhadap aktivitas literasi via buku.

Di Kedai Buku Jenny, anak-anak didekatkan pada seni dan budaya melalui konsep bermain. Hampir setahun latihan teater, anak-anak itu tak sadar kalau sedang latihan teater. Mereka kira sedang bermain dan baru dua bulan ini tahu kalau mereka tengah disiapkan untuk pentas di bulan April ini.


“Membuka rumah sebagai ruang belajar bisa dilakukan oleh siapa saja asal mau,” ujar Nita. Nita memulainya dari ambisi pribadi untuk memberikan kedua anaknya pelajaran yang tak diajarkan di sekolah. Melibatkan anak-anak tetangga menjadi pilihan berikutnya karena bagi anak-anaknya, bermain berdua saja membosankan dan rentan konflik.

Kolaborasi dengan pegiat seni anak mulai terjalin dengan Kedai Buku Jenny. Anak-anak yang biasa berkumpul di sana juga mempelajari bahwa melalui seni mereka bisa belajar menghargai diri sendiri dan orang lain.



Hal utama dari spirit Kartini yang digarisbawahi Nita adalah “etos belajar”. Apapun peran yang dipilih perempuan – baik itu sebagai ibu rumah tangga saja ataupun sebagai perempuan yang berkarir, tak boleh lepas dari etos belajar ini.

Pentas teater anak yang latihan di Kedai Buku Jenny (3 Mei)

Spirit Kartini dari Seorang Blogger


Bicara tentang semangat Kartini, ketika tiba giliran saya, saya menyampaikan mengenai pentingnya mengingat kembali semangat Kartini sebagai sosok perempuan yang menulis, membaca, dan punya etos belajar (yang terakhir ini meminjam istilah Nita – saya biasa menyebutnya “pembelajar”).

Hari ini kita bisa belajar dari Kartini karena dia menulis. Secara keseluruhan tulisan-tulisan Kartini mencapai 800 halaman, dengan rincian[1]:
Sumber foto: Anna Asriani
(Lembaga Lingkar)
  • 141 surat yang ditulis dalam kurun waktu Maret 1899 – September 1904.
  • 4 cerita pendek yang dipublikasikan tahun 1903 – 1904.
  • 2 karya ilmiah (salah satunya dipublikasikan pada tahun 1899 dan yang lainnya baru dipublikasikan pada tahun 1914).
  • 4 artikel panjang yang tak dipublikasikan (termasuk 1 autobiografi dan deskripsi pernikahan tradisional Jawa, beberapa catatan (diistilahkan oleh Dr. Cote dengan “memoranda”) politis mengenai pentingnya pendidikan dan pelatihan kejuruan, dan katalog sepanjang hampir 8 halaman mengenai daftar buku pada perpustakaan Kartini).

Kartini mengajarkan kepada kita bahwa
perempuan perlu berperan bukan dalam hal
yang bukan sekadar berlenggak-lenggok berkebaya
namun menjadi sosok yang bermanfaat bagi
sesama perempuan dalam hal literasi secara khusus.

Saya mempresentasikan materi berjudul “KEAJAIBAN NGEBLOG” sebagai hal luar biasa yang saya (sebagai perempuan biasa) alami. Salah satu keajaiban yang  saya ceritakan adalah acara pada hari itu yang mana saya dipertemukan dengan orang-orang di situ padahal sebelumnya kami tak terhubung.


Saya bisa mengatakan, kini saya mengenal Anna Asriani – koordinator Lembaga Lingkar, Ibu Nurul Chamisany – Kepala Museum Kota Makassar, Ibu Irwani Rasyid – Kepala Unit Dokumentasi dan Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, Mbak Narulita dari IOM, semua pembicara, dan hadirin “berkat ngeblog”. Perluasan jejaring seperti ini sungguh sebuah keajaiban bagi seorang perempuan biasa.

Belum lama ini saya merasa takjub dengan terlaksananya kegiatan diskusi sejarah yang saya tulis dalam tulisan berjudul Menggali Sang Patriot, Bukan Sekadar Terpatri dalam Sejarah. Sampai-sampai saya menulis lagi tulisan berjudul Berkah Ngeblog dalam Diskusi Sejarah Sang Patriotyang mengungkapkan perasaan takjub saya.

Silakan dibaca Berkah Ngeblog dalam Diskusi Sejarah Sang Patriot untuk tahu detailnya bagaimana kisah seorang pahlawan asal Jawa Timur sampai didiskusikan di Makassar dan dihadiri oleh orang-orang yang saya tidak pernah duga jauh sebelumnya bisa mengenal mereka, termasuk Pak Tjahjo Widodo – Kepala Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah) V Provinsi Jawa Timur yang khusus datang dari Surabaya untuk menghadiri diskusi itu.

Sumber foto: Anna Asriani - Lembaga Lingkar

Saya mengatakan hal-hal ini bukan karena saya merasa hebat. Apa yang saya sampaikan ini mewakili 1000 – 2000 perempuan Indonesia lain yang ngeblog seperti saya. Banyak dari mereka telah merasakan keajaiban ngeblog. Dengan demikian, ibu rumah tangga yang sehari-harinya lebih banyak berada di rumah bisa melakukan hal-hal bermanfaat melalui menulis.

Apa efek yang kami – para blogger rasakan saat ini
sebenarnya telah “diterima” oleh Kartini, yaitu
dengan menulis kami bisa menembus
batas pikiran, batas teritori, dan batas zaman.
Kami jadi punya jejak digital yang akan tersimpan
dalam waktu lama bahkan bisa selamanya.

Namun demikian, di sisi lain kami dituntut untuk berhati-hati karena semakin banyak yang kami tulis berarti pula potensi “dosa” yang dilakukan semakin besar. Seperti kata-kata yang diucapkan langsung dari mulut, tentunya tulisan pun harus dipertanggungjawabkan benar-salahnya.

Spirit Kartini dalam Sekolah Terapung (The Floating School)


Masih tentang apa yang dilakukan Kartini, apa lagi yang dilakukannya selain membaca dan menulis? Yes, Kartini mengajar. Mengajar adalah fokus kegiatan yang dilakukan oleh The Floating Schoolyang didirikan oleh Rahmat HM, Rahmiana Rahman, dan Nur Almarwah Asrul (Nunu).

Terinspirasi dari kalimat bijak yang mengatakan “semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru”, The Floating School (TFS) menjadi tempat yang dirindukan oleh anak-anak kepulauan di Kabupaten Pangkep.


Sebelum menikah dengan Nur Al Marwah Asrul (Nunu), Rahmat yang sudah settle di Jakarta terpanggil untuk pulang kampung dan berkontribusi terhadap pendidikan anak-anak pulau di Kabupaten Pangkep.

Dia berkolaborasi dengan Nunu dan Ammy (sapaan untuk Rahmiana). Dengan menggunakan kapal, rombongan relawan diberangkatkan ke pulau-pulau kecil yang berada di Kabupaten Pangkep. Nunu mewakili Rahmat dan Ammy, mempresentasikan tentang TFS di Museum Kota Makassar.


Salah satu kelas yang dibuka TFS adalah Kelas Menulis. Anak-anak diajar untuk berani menyatakan isi hati dan pikiran mereka. Salah satu anak dari Pulau Satando misalnya memiliki keberanian untuk menulis kepada Polisi Air. Di dalam suratnya dia menyebutkan permintaan supaya “pak polisi air tak mengambil uang kami”.

Dinamika anak-anak pulau termasuk dalam hal pendidikan diceritakan dalam surat-surat anak-anak pulau. Salah satunya bercerita tentang kurangnya tenaga guru. Di sebuah SMA misalnya, hanya ada 2 guru honorer yang bergantian mengajar setiap pekannya. Kedua guru ini mengajar untuk semua mata pelajaran.


Selain memberikan bimbingan mata pelajaran (seperti Bahasa Inggris) kepada anak-anak pulau, kelas lain yang diberikan di antaranya adalah seni tari, seni musik, kerajinan, dan komputer. Langkah yang diambil oleh TFS ini memang perlu diambil mengingat banyak pulau di sana hanya memiliki SD. Tak mudah melanjutkan sekolah ke jenjang SMP, SMA, apalagi perguruan tinggi.

Kabupaten Pangkep memiliki 117 pulau. Delapan puluhan di antaranya berpenghuni. TFS baru menjajaki 4 pulau. “Hanya satu pulau yang kami temui yang ada SD, SMP, dan SMA. Itu pun pulau besar. Gedung memang sudah ada tetapi gurunya tidak ada. Sering sekali mereka tidak sekolah,” ujar Nunu.



TFS mulai berlayar sejak tahun 2017.
Pada tahun 2018, TFS “berlayar” ke Aceh.
Ammy – salah satu founder TFS,
setelah menikah dengan lelaki Aceh
menginisiasi TFS di Aceh. Hingga saat ini
The Floating School sudah bergerak di
5 pulau: Satando, Saugi, Sapuli, Samatellu
(keempatnya terletak di Pangkep, Sulawesi Selatan),
dan Pulo Aceh (DI Aceh).

TFS sering membuat panggung untuk pentas anak-anak dan menyelenggarakan pameran yang menampilkan karya mereka. Bukan hanya dalam tataran lokal, kolaborasi dengan suatu pihak di Singapura dan Amerika pun pernah dilakukan termasuk mengadakan pameran di Jakarta dan di dua negara tersebut.


Panggung dan pameran menjadi sensasi tersendiri bagi anak-anak pulau dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka. Usaha yang memperlihatkan hasil signifikan mengundang donasi dari banyak pihak. Melalui Kitabisa.com, TFS berhasil membuat satu kapal pribadi yang akan dipergunakan dalam waktu dekat. TFS juga menerima donasi dari pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Australia.

Sebanyak kurang lebih 190 anak mengecap pelajaran dari TFS melalui 96 relawan. Para relawan diberangkatkan menggunakan kapal semi tradisional bersama buku-buku dan bermacam alat dan bahan. Suatu ketika Nunu mengunjungi sebuah pulau tanpa membawa buku tetapi membawa coklat, anak-anak di sana menanyakan mana buku, mengapa tidak dibawa.


Bagian tentang anak-anak yang menanyakan buku ini nyambung dengan kisah Harnita soal pentingnya menyediakan bukudi sekitar anak-anak agar mereka terbiasa melihatnya kemudian tergerak membacanya.

Hal lain yang secara signifikan berpengaruh terhadap anak-anak pulau adalah visi akan masa depan. Kalau dahulu pernikahan dini adalah kelaziman yang harus mereka jalani, bersama mereka sekarang ada mimpi lain selain jadi pengantin. Sebagian dari mereka misalnya sudah mulai berpikir untuk mengejar mimpi menjadi bidan atau guru di pulau mereka.

Tak lama lagi kapal ini akan berlayar

Sekali lagi saya merasa beruntung dan bersyukur sekali bisa mengenal lebih dekat lagi orang-orang luar biasa yang hadir di sini. Saya sudah cukup lama mengenal Nunu karena dia pernah menjadi ketua komunitas bloger Anging Mammiri tetapi baru kali ini saya mendengar langsung darinya kisah The Floating School.

Bukan hanya itu. Moment Surat-surat Kartini dan Perempuan Masa Kini di Museum Kota Makassar ini nyata menambah daftar keajaiban ngeblog yang saya alami dan membuat kecintaan saya pada dunia blogging ini semakin besar.

Para volunteer The Floating School

Makassar 2 Mei 2019

Catatan:
Foto-foto Kedai Buku Jenny saya peroleh dari Harnita. Foto-foto The Floating School saya peroleh dari Nunu Asrul.


Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bu Nurul Chamisany dan Anna Asriani. Sehat dan bahagia ki’ selalu sehingga bisa terus berkarya dan berkontribusi memperkaya Makassar.

Baca juga:





[1]Saya menyimak presentasi yang diberikan pada Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah FIB UNHAS.

Keberadaan Sehatq.com Sebagai Asisten Kesehatan Kita

$
0
0
Sekarang ini, ya informasi di mana-mana banyak sekali. Sampai-sampai ada istilah “tsunami informasi”. Pernah dengar? Informasi itu datangnya bukan lagi seperti hujan atau air bah tetapi bak tsunami.

Sehingga kalau kita tak pandai-pandai memilahnya bisa-bisa kita termakan hoax. Bukan hanya informasi politik yang rawan ternoda oleh berita bohong, bahkan informasi kesehatan pun banyak yang hoaks.


Kabar baiknya, saya melihatnya sebagai pertanda bahwa masyarakat kita memang haus informasi karena butuh informasi kesehatan atau hidup sehat. Masyarakat kita juga “ingin belajar” dari informasi yang banyak beredar itu. Juga ingin berbagi sehingga dengan mudah menyebarkan informasi yang diperolehnya tanpa mengecek kebenarannya.

Kebutuhan mengenai hidup sehat saat ini meningkat seiring makin bagusnya tingkat pendidikan di masyarakat kita. Pengelolaan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi kebutuhan banyak orang.

Saat ini banyak fasilitas kesehatan fisik telah dilengkapi oleh fasilitas pendukung dan tenaga kesehatan yang profesional. Teknologi juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


Penggunaan teknologi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi kesehatansalah satunya adalah hadirnya “asisten kesehatan melalui website Sehatq. Kita bisa mengakses Sehatq melalui sehatq.com di mana saja dan kapan saja secara gratis.


Manfaat sehatq.com sebagai Asisten Kesehatan Bagi Masyarakat


Sehatq hadir untuk mempermudah masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai kesehatan mulai dari penyakit sampai obat yang diperlukan. Kita dapat memanfaatkan layanan Sehatq dengan baik sehingga kualitas hidup kita meningkat. Apa saja yang sebenarnya ditawarkan oleh Sehatq kepada masyarakat?Well, check this out:


Informasi kesehatan lengkap


Sehatq hadir sebagai asisten kesehatan dengan menghadirkan beragam informasi mengenai kesehatan secara lengkap. Kita bisa menemukan informasi mengenai sebuah penyakit mulai dari pencegahan, penyembuhan yang bisa dilakukan, sampai perawatan jika sudah sembuh.


Informasi tersebut tersedia dalam beberapa klasifikasi yang menyesuaikan dengan kondisi individu yang mengalami. Sehingga Sehatq sangat sesuai dijadikan sebagai sumber informasi sekunder dan panduan awal dalam memenuhi kebutuhan mengenai pengelolaan hidup sehat yang spesifik.

Informasi kredibel dan jelas


Informasi kesehatan sangat mudah ditemukan di internet. Kita cukup menuliskan masalah di kolom pencarian, kita bisa mendapatkan hasil terkait tanpa perlu menunggu lama. Namun demikian perlu diuji terlebih dulu kredibilitas dan kejelasan informasi yang dipaparkan.

Dalam Sehatq, informasi yang diberikan merupakan perolehan para profesional. Mereka menggunakan sumber informasi yang jelas dan kredibel. Sebelum informasi tersebut dipublikasikan, editor yang bertugas akan me-reviewinformasi tersebut.

Dengan demikian, Sehatq menjamin memberikan informasi yang benar sebagai asisten kesehatan karena hasil olahaninformasi kesehatannyakredibel dan jelas sehingga tidak menyesatkan.


Sehatq menyediakan forum tanya jawab


Sehatq membuka forum tanya jawab yang di dalamnya terdapat tenaga medis yang siap membantu pengguna mendapatkan jawaban dari permasalahannya. Kemudahan ini membuat masyarakat dapat berkonsultasi dengan cepat, praktis, dan dalam kondisi mobile atau tak bisa keluar rumah sekali pun.

Sehatq juga dapat menghubungkan masyarakat dengan penyedia layanan kesehatan yang legal dalam jumlah yang cukup banyak. Kehadiran Sehatq tentunya akan sangat membantu masyarakat yang membutuhkan arahan dan bantuan dalam pengelolaan kesehatan.

Dalam forum tanya-jawab ini juga masyarakat bisa berinteraksi dengan orang lain. Kita dapat bertukar informasi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Selain itu, kita juga dapat memberikan dukungan dan arahan kepada mereka yang membutuhkannya.


Dari forum ini pula kita bukan sekadar tahu pengalaman para pengguna Sehatq yang lain. Kita juga bisa belajar dari pengalaman mereka dan mengambil hikmahnya. Manfaat lainnya, kita dapat membantu orang lain juga dalam memperoleh informasi.

Jumlah informasi yang banyak


Semakin banyak dan validnya informasi kesehatan yang tersedia, semakin jelas pula perolehan pemahaman dari informasi yang dibutuhkan. Sehatq sebagai asisten kesehatan menghadirkan informasi kesehatan dalam jumlah yang tidak sedikit.

Saat ini telah tersedia lebih dari 500 direktori artikel yang dapat diakses oleh siapapun dengan gratis dan mudah. Direktori artikel yang ada menggunakan bahasa yang sangat mudah untuk dipahami oleh orang awam.


Apabila Anda masih kebingungan, Sehatq menyediakan ensiklopedia penyakit dan obat yang akan mempermudah Anda memahami artikel yang ada. Jumlah ensiklopedi yang ada mencapai 800-an, lho.

Itulah sekilas informasi dari Sehatq dan manfaat yang bisa kita peroleh dari SehatQ sebagai asisten kesehatan. Dengan Sehatq, pengelolaan kesehatan kita sekeluarga menjadi lebih mudah dan praktis untuk diterapkan.

Makassar, 6 Mei 2019



Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik

$
0
0
Beberapa jam sepulang dari pelatihan Access Bars pada tanggal 27 April lalu di House of Beauty, saya "memeriksa"diri saya. Dalam hati saya bertanya, “Adakah efeknya?” Kata Dokter Dave (nama sapaan dari Dokter David Budi Wartono), mereka yang ikhlas ingin berubah dan memang mau membuang segala sampah dalam dirinya biasanya langsung merasakan perubahan usai di-bars.

Ada juga yang setelah kali kelima di-bars baru merasakan perubahan atau bahkan berkali-kali menjalaninya. Sembari terus menelisik ke dalam diri, saya mengingat-ingat perkataan Dokter Dave itu. Hm, saya merasakan belum bisa menemukan perubahannya. Adakah yang berubah dari/dalam diri saya?

Sumber foto: Dokter Dave

Kabar Baik Setelah Access Bars Class


No expectation, no judgement,menjalani prosesnya dengan ikhlas,” saya masih mengingat perkataan Dokter Dave yang lainnya. Saya memang tak hendak memasang ekspektasi. Saya mengontrol diri saya untuk itu sembari terus memeriksa ke dalam diri saya. Adakah perubahan yang saya rasakan?

Keesokan paginya, baru saya mendapatkan jawaban.  Jawabannya adalah "YA". Saya merasakan efeknya. Saya merasakan perubahan yang positif dalam diri saya! Ada bagian dalam diri saya yang saat berangkat merasa "agak sempit" lantas menjadi "lebih lapang/ringan". Rasanya ada "sampah” yang sudah terbuang dari dalam diri saya. Wow!

Saya tak tahu apa istilahnya, mungkin frekuensi? Yang jelas hati saya merasa lebih tenang. Biasanya setiap hari, selama puluhan tahun ini ada kondisi default semacam ketegangan yang mudah terpicu menjadi emosi negatif yang saya rasakan setiap harinya. Namun kali ini tidak saya merasakan lagi kondisi tersebut.

Lantai 2 House of Beauty, Jl. A. Djemma

Saya memang sudah sekira setahun lebih – mungkin dua tahun ini mencari cara terapi untuk membuang bagian dalam diri saya yang harus saya buang karena mengandung sampah. Saya menyadari potensi efek buruk yang bisa terjadi kalau saya terus menyimpannya.

Sebenarnya sudah beberapa kali saya kebablasan karenanya. Efek buruk itu bisa saja menguasai hidup dan hubungan baik saya dengan orang-orang terkasih pun dengan orang lain yang berinteraksi dengan saya seumur hidup. Sungguh, saya tak mau terbelenggu dengan potensi buruk itu seumur hidup.

Saya bahkan sudah pernah berkonsultasi dengan seorang coach kenamaan di kota ini yang juga kawan baik saya mengenai terapi apa yang tepat untuk saya terkait hal ini. Waktu itu sang coach juga membantu saya mencari tahu apa sebenarnya yang selayaknya saya lakukan. Sudah ada cara yang tercetus tetapi itu bukan cara ini dan saya masih ingin mencari tahu.

Menyimak pemaparan dr. Dave.

Nah, ketika masih mencari-cari tahu itulah tiba-tiba Kak Alaika Abdullah mention saya di Facebook. Kak Al – begitu saya biasa menyapa blogger asal Aceh yang kini tinggal di Bandung ini yang seorang bars practitioner menyampaikan mengenai Access Bars Class yang akan diselenggarakan di Makassar oleh dr. David Budi Wartono.

Apa Itu Access Bars?


Saya membaca flyer yang disertakan Kak Alaika. Di situ tertera tulisan: Access Consciousness, empowering people to know what they know. Pada flyer itu tertera sedikit penjelasan mengenai Access Bars:
Apa itu Access Bars? The Bars adalah therapy sentuhan pada titik kepala yang membantu meredakan pikiran yang meloncat-loncat, mengembalikan kita pada keseimbangan dan menciptakan kemudahan, kedamaian, dan rasa damai seperti halnya pada pijat, meditasi, bahkan lebih dari sekadar itu saja.

Hm, mungkin ini yang saya cari, batin saya mengatakan demikian. Segera saya japri Kak Al untuk mendapatkan penjelasan lebih detail. Oleh Kak Al saya diminta membaca tulisan di blognya yang berjudul Access Bars - the Tool from Access Consciousness karena sedang dalam perjalanan.

Hubungan Antara Access Bars dan Access Consciousness


Di blog Kak Al saya mendapatkan tambahan penjelasan mengenai apa itu ACCESS BARS.  Bahwa Access Bars adalah salah satu tools dari ACCESS CONSCIOUSNESS. Access Consciousness pertama kali diperkenalkan oleh Gary Douglas pada tahun 1995. Bersama dr. Dain Heer, Gary memperkenalkan ke seluruh dunia hingga kini telah dikenal di 175 negara.

Dain Heer (kiri) & Gary Douglas (kanan).
Sumber foto: accessconsciousness.com

Kak Alaika mengutip dari website Access Consciousness (http://accessconsciousness.com) pengertian Access Consciousness dan menerjemahkannya secara bebas:
Adalah sebuah sudut pandang yang berbeda terhadap kehidupan. Yang membuat kita mampu mengubah apapun yang kita anggap tak mungkin, dan menciptakan apa pun yang kita inginkan melalui cara yang berbeda dan jauh lebih mudah.

Cara untuk mengubah/menciptakan dengan cara berbeda itu adalah dengan menggunakan toolsdari Access Consciousness. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang awas/sadar (consciousness) dan solid, di mana sesuatu itu ada dan tanpa ada yang menghakimi.

Access Consciousness adalah
rangkaian tools dan teknik yang dapat
dipergunakan oleh siapapun, apapun
agama, ras atau tingkat kehidupannya.
Siapapun yang ingin mengubah
hidupnya menjadi jauh lebih baik
dapat memilih untuk melakukannya
melalui salah satu atau lebih tools
dari Access Consciousness.

Waah, menarik sekali. Sampai di sini saya mulai yakin, sepertinya saya menemukan apa yang saya cari.

“Sudah baca, Kak. Menarik,” lapor saya kepada Kak Al.

“Nah, aku dan beberapa blogger Bandung dan Jakarta ikutan kelas ini dan bersertifikat international untuk jadi praktisinya. Kalo Niar berminat, bisa coba ngobrol langsung sama dr. Davidnya,” Kak Al memberi saran sekaligus memberikan saya nomor kontak Dokter Dave.


Langkah selanjutnya adalah membicarakannya dengan pak suami. Suami saya mendukung. Terlebih karena saya memang sudah pernah membicarakan mengenai potensi buruk yang ingin saya buang dalam diri saya. Beberapa kali saya katakan padanya bahwa saya butuh terapi suatu saat nanti.

Beberapa hari kemudian saya menghubungi Dokter Dave untuk membicarakan Kelas Access Bars yang akan dibawakannya. Singkat cerita pada tanggal 27 April saya dan Athifah menghadiri kelas Dokter Dave. Di sana kami berkenalan dengan orang-orang baru dan mendapatkan pengalaman baru.

Pulangnya, kami berdua mendapatkan sertifikat telah menyelesaikan "ACCESS Consciousness BARS Course". Kami kini boleh menyebut diri kami sebagai Bars Practitioners dan boleh nge-bars orang lain agar bisa membagi manfaat bars ini.

dr. David Budi Wartono (Dave)

Tujuan saya yang pada mulanya untuk membuang segala sampah pikiran dan memori yang tak ada gunanya saya simpan tapi masih sering mengganggu kini saya rasakan. Saat saya menuliskan ini, sudah 8 hari berlalu pelaksanaan kelas Access Bars dan efek positifnya masih saya rasakan.

Sehari usai bars, Athifah mengatakan, "Mama, saya merasa lebih enak habis di-bars."

Ah ya, saya belum cerita ya mengapa Athifah ikut kelas juga. Jadi, untuk kelas ini, anak peserta kelas yang berusia 15 tahun ke bawah boleh ikut gratis. Athifah dengan anak-anak lain menjalani sesi terpisah dari para orang tua. Dengan cepat mereka belajar dan bisa mempraktikannya.

Clearing session, sebelum belajar bars.

Hingga hari ini sudah beberapa kali saya dan Athifah swap– bergantian nge-bars dan di-bars. SEUMUR HIDUP kami bisa mempraktikkannya. Bagi saya, ini sebuah kegiatan menarik nan menyenangkan antara ibu dan putrinya yang bisa menguatkan bonding di antara kami. Keren, kan.

Makassar, 6 Mei 2019

Bersambung

(Ini baru tulisan pertama, masih ada hal-hal menarik yang ingin saya sampaikan di tulisan-tulisan berikutnya. Don’t miss it, ya).

Oya, apabila Anda berminat mengubah hidup menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih menghasilkan, silakan klik link“Info Group for Sulawesi” berikut ini untuk mendapatkan informasi mengenai jadwal terdekat: https://chat.whatsapp.com/Et4BdVRiGGPLYKeg6i38WY



Access Bars: Tentang Ikhlas, Keinginan untuk Berubah, dan Kesadaran

$
0
0
Access Bars: Tentang Ikhlas, Keinginan untuk Berubah, dan Kesadaran - Kalau saya umpamakan, kondisi psikis saya serupa air dalam sebuah wadah. Maka ketika ada trigger yang memicu ke arah negatif, air itu seperti teraduk-aduk. Dan karena di dasar wadah ada kotoran yang tak bisa keluar maka air yang tadinya jernih berubah menjadi keruh.

Kisah Lama Tentang Luka yang Menyampahi


Bukannya saya tak mencari cara supaya air itu selalu jernih. Beberapa kali saya mengira telah berhasil mengeluarkan semua kotorannya karena saya memang mengusahakannya. Namun pada kenyataannya, tak semua kotoran itu keluar. Seperti sebuah keadaan defaultyang akan saya bawa terus sepanjang sisa usia, ada kotoran membandel yang tetap menyampahi saya.


Padahal saya tahu ketika air dalam wadah teraduk-aduk, kotoran yang mengemuka itu sebenarnya bukan sepenuhnya “milik saya”. Dia hanyalah sampah dari luka masa lalu yang masih saja bercokol karena selalu mendapatkan tantangan untuk muncul kembali. Susahnya, dalam keseharian, saya masih selalu harus menghadapi situasi yang mirip-mirip dengan kondisi tak enak di masa lalu itu.

Tetapi ketika suasana hati sedang keruh, ditambah beban pikiran yang menumpuk, saya seolah tak menyadari kalau emosi negatif yang muncul seharusnya lebih bisa saya kendalikan karena tak seutuhnya “milik saya”.

Oleh karena itu, beberapa kali saya katakan kepada suami (saya menuliskannya di tulisan Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik) bahwa saya butuh terapi suatu saat nanti, mengingat kondisi yang tak bisa dan tak mungkin saya elakkan sepenuhnya.



Sebenarnya sejak mempelajari KECERDASAN EMOSIONAL, saya belajar mendefinisikan perasaan saya. Kalau saya bahagia, kenapa? Kalau saya feeling blue, alasannya apa? Sejauh ini saya bisa melakukannya tetapi terkadang saya masih keteteran saat mengontrolnya.

Perasaan yang Tak Seutuhnya Dimiliki


Ketika seharusnya saya memilah-milah yang mana sebenarnya emosi yang “milik saya” dan mana yang bukan pada kondisi yang sulit terkontrol atau tak terkendali, kadang-kadang di situlah saya gagal dan kebablasan.

Nah, pada tanggal 27 April lalu saya merasa semakin tertarik ketika Dokter Dave menyampaikan pengantarnya bahwa ketika merasakan perasaan tidak enak, bisa jadi yang kita rasakan “bukan milik kita”. Mengapa? Karena manusia memiliki kemampuan untuk menangkap energi, termasuk energi negatif di sekitarnya.

Ketika masa kampanye calon presiden misalnya, saya menolak menelusuri time line media sosial karena segala hal negatif dari kedua belah pihak bisa mengacaukan perasaan saya. Kalau memaksa diri membaca caci-maki, saya bisa jadi bad mood sendiri.  

Sumber: www.accessconsciousness.com

Psikolog yang pernah saya saksikan menjadi pembicara dan beberapa pengalaman lainnya juga menjelaskan hal yang sama, yaitu bahwa emosi negatif seseorang itu bisa memengaruhi orang lain.

Seharusnya, sebagai manusia, saya bisa dong belajar untuk menghindari hal-hal negatif itu. Kalau masih sulit, bukan berarti saya boleh pasrah dan berharap orang lain saja yang mengerti saya apa adanya, kan? Kalian pastinya tidak mau, kan ujug-ujugsaya semprot tanpa alasan yang jelas?

Nah, manusia itu punya KESADARAN yang harusnya dipergunakan. Selain itu juga seharusnya menyadari bahwa hak kita dibatasi oleh hak orang lain. Jadi, bukan pada tempatnya memberikan efek negatif kepada orang lain, juga tidak perlu menerima pengaruh negatif dari emosi orang lain.


“Cukup dengan aware, ini punya siapa,”kata Dokter David Budi Wartono. Dokter Dave mengajak untuk mengubah pertanyaan “apa yang dirasakan” menjadi “apa yang ditangkap/perceived. Kepada anak-anak sekali pun, Dokter Dave menyarankan untuk menanyakan “apa yang kamu tangkap” alih-alih menanyakan “apa yang kamu rasakan”.

Benar-benar Ikhlas dan Mau Berubah?


Selama praktik Access Bars, kami belajar untuk ikhlas, bukan hanya dalam melepas hal-hal negatif di dalam diri namun juga dalam mempraktikkannya kepada orang lain yang tidak saling kenal sebelumnya.

Dokter Dave sampai menanyakan apakah yang nge-bars dan di-bars sudah saling kenal sebelumnya. Sesi bars ini dilakukan berpasangan. Yang nge-bars tidak perlu, bahkan dilarang kepo untuk mencari tahu apa yang dialami atau dirasakan oleh orang yang di-bars-nya.

Sementara itu, yang di-bars tidak perlu mengungkapkan semua uneg-unegnya. Terkecuali hal-hal yang dia inginkan ungkapkan saja. Yang jelas, IKHLAS menjadi sebuah keharusan di sini. Ada posibility untuk berubah jika kita ikhlas untuk berubah– berubah menjadi lebih baik tentunya.



Saya teringat satu ayat Al-Qur’an yang artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka (Ar-Ra’d [13]: 11)

Kalau gambaran yang diberikan oleh Dokter Dave tentang kemauan berubah seperti orang yang perutnya sakit karena kepengen BAB tetapi dia tak melakukannya. Seharusnya dia ke toilet untuk BAB, eh dia malah tak mau melakukannya. Jadi, kalau memang mau berubah, harus punya komitmen.

Saya memahami penerapan ikhlas di dalam Islam “rahasia antara manusia dengan Allah”. Keikhlasan itu adanya di hati. Ada orang yang mengaku ikhlas (di mulutnya) tetapi hatinya berbeda. Oleh karena itu, hanya dirinya sendiri dan Allah semata yang mengetahui apakah ia telah benar-benar ikhlas atau tidak.

Di samping itu, berkali-kali Dokter Dave berpesan untuk no judgementdanno expectation. Hilangkan segala prasangka. Tidak boleh memberi penilaian tentang diri orang yang di-bars. Tak boleh juga memberi harapan atau menjanjikan manfaat yang di luar kuasa kita. Cukup menjelaskan apa manfaat yang bisa diperoleh.

Ok, noted. Empat hal yaitu
mau berubah, ikhlas,
no expectation, dan no judgment
harus digarisbawahi di sini.

Manfaat Ganda Access Bars


Namun menariknya, dalam Access Bars, baik yang di-bars maupun yang melakukan bars, keduanya mendapatkan manfaatnya. Ketika praktisi nge-bars, dia akan mendapatkan efek positif yang sama seperti yang bisa diperoleh oleh yang di-bars.

“Makanya Gary Douglas (founder Access Consciousness) bilang, ketika memberi satu sesi, kita dapat satu sesi pula,” kata Dokter Dave.

Menurut pengalaman Dokter Dave, meskipun melakukan bars kepada banyak orang, seperti pada sebuah bakti sosial yang dilaksanakan di Bandung belum lama ini, praktisi bars tidak merasakan kelelahan.


Sensasi Ketika Berlatih di Access Bars Class


Setelah menghadapi anak-anak, giliran kami – para orang tua yang dihadapi oleh Dokter Dave. Pada sesi clearing, Dokter Dave mempertanyakan kemauan berubah dan keikhlasan kami satu per satu. Kepadanya saya menceritakan mengenai fase-fase ekstrem yang pernah saya hadapi. Beberapa di antaranya merupakan fase jatuh ke titik nadir.

Saya membungkus perkataan dengan rapi dengan tidak mengatakan masalah yang sebenarnya. Saya menjelaskan garis besarnya tetapi sangat mewakili pikiran dan perasaan saya saat itu. Saya katakan apa keinginan saya, bagaimana keinginan keluar dari belenggu negatif – sisa-sisa dari fase ektrem tersebut.

Saya juga menyampaikan keinginan untuk menjadi sosok yang lebih positif sehingga kelak bisa membina hubungan yang lebih baik lagi dengan orang-orang terkasih dan yang berinteraksi dengan saya. Setelah semua peserta selesai ditanyai oleh Dokter Dave, kami mempelajari cara melakukan bars pada 32 titik di kepala.

Sumber foto: dr. David Budi Wartono

Ada sensasi seru selama melakukan 4 kali sesi bars dalam pelatihan Access Bars ini. Saya yang tidak pernah merasakan kepanasan dalam ruangan ber-AC, kali ini merasakan gerah sampai keringat bercucuran. Ketika menyentuh titik-titik yang ada dalam buku manual, ujung jari saya merasakan hawa panas.

Padahal saya ini tipe “manusia berdarah dingin” yang lebih betah berselimut di dalam kamar sempit tanpa AC di siang terik menyengat ketimbang berselimut di dalam ruang ber-AC  meskipun suhunya 25 derajat Celsius saja. Tapi rasa gerah yang saya rasakan tak sampai menyiksa. Perasaan nyaman-nyaman saja selama praktik.

Beberapa peserta terlihat tertidur pulas ketika di-bars sampai-sampai terdengar suara dengkuran halusnya. Saya sendiri merasa rileks, sempat dua kali hendak jatuh tertidur tetapi entah kenapa malah tersentak untuk kembali sadar sepenuhnya.

Sertifikat saya dan putri saya.

Efek positif yang saya rasakan usai bars saya bisa definisikan keesokan harinya, seperti yang saya ceritakan pada tulisan berjudul Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik. Rencananya setelah tulisan ini, saya akan menuliskan pengalaman khusus saya dan putri saya Athifah saat nge-bars/di-bars.

Sampai hari ini – setelah beberapa kali sesi nge-bars-di-bars ada beberapa sensasi seru. Mengingat-ingat penjelasan Dokter Dave, saya menangkap satu hal lagi, yaitu bahwa dengan tools ini, kesadaran (awareness) kita akan lebih meningkat.

Sepertinya itulah yang terjadi secara khusus antara saya dan suami. Salah satu hal yang saya rasakan adalah awareness saya kepada suami saya semakin besar. Buktinya, ketika dia menatap saya saja rasanya seperti terbang ke langit 😆.

Foto bersama. Sumber foto: Dokter Dave.


Makassar, 7 Mei 2019

Bersambung

Keterangan:

Baca tulisan sebelumnya, ya: Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik (ada tentang perubahan setelah ikut kelas Access Bars yang saya rasakan di dalam situ)

Apabila Anda berminat mengubah hidup menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih menghasilkan, silakan klik link “Info Group for Sulawesi” berikut ini untuk mendapatkan informasi mengenai jadwal terdekathttps://chat.whatsapp.com/Et4BdVRiGGPLYKeg6i38WY

Tips Memperbarui Dapur Agar Lebih Modern dan Ngetren

$
0
0
Tips Memperbarui Dapur Agar Lebih Modern dan Ngetren- Dapur merupakan sebuah ruangan yang pasti ada dalam tiap hunian. Fungsinya sebagai tempat untuk membuat kebutuhan makan dan minum sehari-hari, menjadikan ruang ini berperan sangat penting untuk kehidupan para pemukimnya.

Bagi sebagian orang, seperti para ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah, dapur menjadi sangat penting artinya. Karena sebagai salah satu pusat dari aktivitas dalam hunian, bekerja di ruangan yang dekat sekali dari dapur membuat mereka menganggap ruangan ini sebisa mungkin didekorasi dengan baik.

Tips Memperbarui Dapur Agar Modern dan Ngetren

Saya pernah melihat Kak Novie, teman blogger Makassar posting foto spot kerja yang ditatanya dekat dari dapur. Suka saya melihat cerita dan tips desain interior yang diunggahnya di media sosial. Tak sulit bagi Kak Novie yang memang seorang desainer interior ini untuk menata ruangan yang artistik sekaligus nyaman.

Bagi Anda yang belum pernah mendekorasi dapur hunian Anda, khususnya sejak pertama kali membeli rumah atau unit jual apartemen yang ditempati sekarang, mungkin sudah saatnya Anda berpikir untuk mulai mendekorasinya.

Sama seperti mendekorasi ruang pada umumnya, mendekorasi dapur tentu memerlukan perhatian khusus. Tak perlu memaksakan desain yang berlebihan sekali pun itu tujuannya untuk mengeksplorasi ide. Ya iyalah, kita sering mendengar pendapat yang menyatakan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tak baik, kan? 😉

Gambar dari: lamudi.com

Nah jika dipaksakan, yang terjadi adalah membuang-buang budgetuntuk membeli elemen-elemen yang bisa jadi justru tak diperlukan. Ini perlu diperhatikan khususnya bagi Anda yang baru menggelontorkan dana untuk memboyong unit jual apartemen atau rumah.

Dalam memperbaruinya, paling aman adalah tetap berada pada zona nyaman Anda. Meskipun fasilitas dapur tersebut telah tersedia saat membeli unit jual apartemen atau rumah, Anda harus tegas memutuskan apakah itu nyaman buat Anda atau tidak. Toh yang akan berada di dalamnya setiap harinya Anda juga, kan?

Selanjutnya adalah melihat sekiranya apa yang memang sangat diperlukan atau memudahkan kegiatan Anda selama di dapur.

Tips Memperbarui Dapur Agar Modern dan Ngetren

Untuk membuatnya terkesan lebih modern, kolaborasikan atau sesuaikan beberapa elemen baru tersebut ke penataan desain dan furnitur yang dianggap nyaman sebelumnya. Bagi Anda yang tertarik untuk memperbaharui dapur menjadi terlihat modern dan mengikuti tren, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan, dilansir dari Dailymail.

Two Tone Colouring

Pewarnaan dua nada warna (two-tone) diketahui paling banyak diadopsi dalam pewarnaan dapur, khususnya dalam dapur-dapur pada unit jual apartemen. Pewarnaan yang ngetren ini pada dasarnya memadukan dua warna, dimana mengambil tone warna gelap dan tone warna terang.

Tone warna gelap dipilih untuk pewarnaan meja dan furnitur yang ada di dapur. Sementara itu, tone warna terang diaplikasikan pada dinding. Nah, soal warna ini memang tidak hanya menyangkut cita rasa, namun memang ada ilmunya, kan.

Tips Memperbarui Dapur Agar Modern dan Ngetren

Selama ini saat ditawarkan pada unit jual apartemen atau rumah baru, pewarnaan dapur cenderung menggunakan pewarnaan dan pemilihan motif yang sama. Misalnya nuansa dinding yang putih diikuti dengan lemari yang tone warnanya juga cerah. Padahal jika mengeksplorasi pada bagian pewarnaan, Anda akan menemukan nuansa dapur dan ruang makan lebih menarik.

Menggantungkan Rak terbuka

Memilih rak terbuka atau rak gantung untuk menempatkan beragam peralatan memasak dan makan sangat disarankan, dibanding memilih furnitur lemari biasa yang berdiri di lantai.  Rak-rak yang ditempelkan pada dinding dengan memberikan sedikit spacediantara satu sama lainnnya akan membuat dimensi dapur yang menyenangkan dan menunjang aspek ruang yang dekoratif.

Ganti Pencahayaan Utama dari Plafon

Sama seperti ruangan lainnya, penerangan pada dapur biasanya juga berasal dari cahaya lampu di langit ruangan. Untuk membuatnya berbeda, coba untuk membuat pencahayaan utama berada di dinding, atau disinari cahaya matahari secara langsung di siang hari.

Photo by Milly Eaton from Pexels
Pilih pencahayaan di dapur yang sesuai dan elegan

Untuk penerangan di malam hari atau hari-hari yang cenderung gelap, menaruh lampu meja di atas meja makan atau lampu tempel di dinding  atau kabinet adalah opsinya. Kedua lampu yang tidak terpasang pada langit-langit tersebut diketahui akan membuat ruang terasa tinggi.

Menambahkan Elemen Lain

Cara memperbarui dapur juga dapat dilakukan juga hanya dengan menambahkan elemen-elemen yang belum ada saat pertama kali membeli rumah atau pilihan jual apartemen. Misalnya dengan menambahkan perangkat memasak elektronik di dapur.

Perangkat elektronik yang dimaksud contohnya oven, dish washer, atau mengganti kompor menjadi kompor listrik. Untuk perangkat-perangkat memasak elektronik yang membutuhkan meja, Anda tentu harus mempersiapkan meja tersebut.

Tips Memperbarui Dapur Agar Modern dan Ngetren
Perhatikan elemen tambahan pemanisnya

Menempatkan keset dapur atau kitchen mat juga merupakan aktivitas tren yang banyak dilakukan saat ini. Selain melindungi lantai dari cipratan minyak dan air saat memasak, keset tersebut juga memberikan kenyamanan disaat beraktivitas dengan lama di dapur. Pilih yang memiliki tekstur halus dan mudah dibersihkan, ya semisal jenis sintetis.

Well, inilah sedikit tips yang bisa saya share ke sini. Anda mungkin punya tips lain? Ceritakan di kolom komentar, ya Gaes.

Makassar, 13 Mei 2019

Anak-anak dan Access Bars

$
0
0
Anak-anak di Access Bars Class dengan dr. David Budi Wartono (Dokter Dave) sebagai fasilitatornya ini riuh. Keriuhan khas kanak-kanak yang senang bermain dan tertawa. Pada tanggal 27 April lalu, saya dan Athifah menjadi bagian kelas ini di House of Beauty. Selama kelas berlangsung hanya sesekali ruangan sepi dengan suara mereka.

Saya merasa agak panik. Rasa yang sering muncul di antara keriuhan seperti ini karena ibu saya tak suka keributan khas kanak-kanak bahkan oleh anak ataupun cucunya sendiri. Itu makanya saya tumbuh sebagai perempuan kalem padahal di dalam diri saya ada sisi aktif yang kadang-kadang bisa membuat saya tertawa ngakak dengan orang-orang yang saya sangat nyaman di dekat mereka.


Dokter Dave sama sekali tak terlihat terganggu dengan suara anak-anak. Ketika salah seorang ibu menegur anaknya, pak dokter berkata, “Tidak apa-apa, begitulah anak-anak.” Anak-anak belajar melalui cara bermain. Menurut Dokter Dave, nanti anak-anak lebih cepat selesai daripada orang tua. Mereka nge-bars sama efektifnya dengan orang dewasa meskipun cuma dua puluh menit.

Dan benar saja, hanya sebentar saja mereka sudah menyelesaikan 4 sesi bars. Dua kali giving dan dua kali receiving. Sementara kami, para orang tua membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk 4 sesi itu. Mengapa? Karena mereka lebih tulus dan tanpa berprasangka.

Tak seperti orang dewasa yang sudah membawa judgment-nya dalam menghadapi atau berhadapan dengan sesuatu atau seseorang yang baru dihadapinya. Dengan cepat mereka bisa bermain dan cekikikan bersama sementara para orang tua butuh waktu yang tak sebentar untuk saling mencair.


Senang sekali saya bisa ikut kelas ini bareng Athifah. Setelah ini, kami bisa saling nge-bars. Bagi saya, hubungan antara ibu dan putrinya adalah hubungan yang istimewa. Saya melihat dengan bars, saya bisa membina hubungan yang istimewa dengan Athifah.

Ah ya, sebelum saya cerita pengalaman di-bars dan nge-bars putri kedua saya ini, bagi kalian yang belum ngeh dengan istilah BARS, bisa baca di tulisan saya yang berjudul Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik, ya ada penjelasannya di situ.

Pengalaman Di-bars oleh Anak


Sejak Kelas Access Bars hingga hari ini, sudah 3 kali Athifah nge-bars saya. Sejak kali pertama, saya menikmati semua yang dilakukannya meskipun terasa agak geli karena dia menyentuh sedikit saja kulit kepala saya dan berkali-kali tangannya tergelincir dari titik yang seharusnya dia sentuh. 😁

Kali pertama di-bars, inginnya saya menikmati sambil tertidur tapi tak bisa karena Athifah dan adiknya Afyad tak bisa diam di sekeliling saya. Ada-ada saja ocehan mereka. Athifah bilang, dia merasa ujung jarinya panas. Sesekali rasanya seperti kesetrum.


Kali kedua di-bars, gadis dua belas tahun ini mengatakan hal yang sama soal rasa yang terindera oleh ujung jemarinya. Saya menikmati sesi bars ini meskipun harus menunggui dia tertidur sekira 2 menitan.

Seperti pada sesi pertama, sesi kedua ini juga tak berlangsung lama, kira-kira 20-an menit. Pada satu titik yang berhubungan dengan kreativitas, saya merasakan sakit kepala ringan tapi hanya sebentar. Sementara proses bars itu saya baru menyadari efek bars yang lainnya kepada diri saya: emosi lebih terkendali. Beberapa hari ini saya lebih sabar menghadapi anak-anak. Alhamdulillah.

Ketika tiba-tiba menghadapi tantangan psikis
untuk yang kesekian kalinya sehingga
“pertahanan” saya terobrak-abrik, saya meminta
Athifah melakukan bars lagi kepada saya.

Kali ini tak ada rasa sakit kepala yang saya rasakan. Saya tertidur lelap selama beberapa saat, tak merasakan sama sekali apa yang terjadi di sekeliling saya.

“Duh, kenapa cuma sebentar, ya anak ini nge-bars saya?” saya membatin. Rasanya hanya sekira 5 menit saya tertidur. Saya ingin menikmati lebih lama lagi proses ini tapi kenapa sudah selesai saja?

Anak-anak ketika Access Bars Class

“Berapa menitkah Mamadi-bars?” tanya saya.

“Tiga puluh menit,” jawab Athifah.

“Eh, Mama merasanya cuma lima menit lho, padahal 30 menit ya ternyata.”

“Mama ndak merasakah saya berhenti tadi?” Athifah lalu menjelaskan bahwa dia sempat keluar kamar sejenak. Saya mengamati, di dalam kamar ada benda-benda yang sudah berpindah letak dan saya tak menyadarinya.

“Tidak.”

"Mama ndak rasa tadi mengigau?"

"Tidak. Mama bilang apa tadi?"Athifah menceritakan ungkapan yang biasa saya lontarkan ketika sedang menggemasi Afyad. Itulah yang saya katakan sewaktu mengigau.


Begini bunyi igauan saya

“Apa yang Mama rasakan sekarang?”

“Tidak tahu. Mama belum bisa bilang apa-apa.”

Efeknya baru saya bisa deteksi keesokan harinya. Rasanya lebih ringan. Beban berat yang sebelumnya menggelayut telah sirna. What else is possible?

Pengalaman Melakukan Bars pada Anak


Hingga saat ini, sudah 4 kali saya melakukan bars pada Athifah. Efeknya langsung terlihat. Kebetulan saya melakukannya di malam hari menjelang tidur. Baru tahap awal, putri saya sudah menguap lebar. Tak lama kemudian dia tidur lelap, sampai subuh.

Padahal biasanya monkey mind-nya bekerja menjelang tidur. Berkali-kali saya harus memanggilnya masuk ke dalam kamar karena menjelang tidur dia masih keluar-masuk kamar dengan berbagai alasan. Sering kali malah dengan alasan yang tak jelas. Alhamdulillah, setiap usai di-bars, dia terlelapp dengan pulasnya.

Ada yang pengalaman uniknya ketika pertama kali saya bars. Athifah terus merasakan jemari saya di kepalanya sampai prosesnya selesai padahal di mata saya dia terlihat terlelap. “Saya rasa tangannya Mama tapi tidak dengar apa-apa,” ujarnya.

Para orang tua di Access Bars Class

Rupanya Athifah hanya merasakan jemari saya tetapi tidak mendengarkan suara apapun lagi padahal saya beberapa kali berbicara dan memberi instruksi kepada adiknya. Hal seperti ini juga dialami suami saya ketika saya bars.

Katanya dia mendengarkan semua yang terjadi selain merasakan jemari saya berpindah-pindah titik di kepalanya tetapi di mata saya dia tertidur pulas. Ditandai dengan dengkuran halus yang biasanya terdengar darinya, khas pada kondisi deep sleep-nya.

Lain lagi efek yang terlihat pada Afyad, bungsu saya. Si bungsu yang spesial dengan speech delay-nya ini makin ceriwis saja usai 4 kali sesi barsyang kami lakukan. Dia di-bars oleh Athifah sebanyak 3 kali. Sementara saya nge-bars si bungsu baru satu kali.

Tiga kali di-bars dilakukan pada malam hari menjelang tidur. Bukannya tertidur pulas, si bungsu malah makin aktif. Terakhir kali di-bars, dilakukan pagi hari, Senin kemarin. Eh, dia malah terlelap dengan pulasnya padahal harus segera bersiap ke sekolah. Hari Senin kemarin itu hari pertama dia bersekolah di bulan Ramadan ini. Butuh usaha keras membangunkan dan menyiapkannya pagi itu.

Bars ini unik. Reaksi pada
setiap orang berbeda-beda,
bahkan pada orang yang sama,
setiap sesi bisa berbeda-beda reaksinya.

Bukan hanya bereaksi kepada anak-anak atau saya dan suami sebagai individu. Suami saya mengakui emosinya merasa lebih terkontrol dan lebih fit usai sesi bars kedua. Selain itu, hubungan saya dan suami menjadi makin manis – lebih dari pengantin baru. 😏

Makassar, 15 Mei 2019

Selesai (tulisan ke-3 dari 3 tulisan tentang Access Bars Class).

Baca juga tulisan-tulisan sebelumnya:

6 Tempat Terbaik Menemukan Info Seputar Promo Ramadhan 2019

$
0
0
Menjelang lebaran seperti ini, tanpa kita mencari, promo Ramadhansudah bertebaran di mana-mana. Bahkan bagi sebagian orang info diskon ini seperti menghantui setiap hari karena di mana pun dan kapan pun selalu menemukan aneka penawaran diskon menarik.

Diskon menarik ditawarkan oleh berbagai penjual, online shop, hingga teman dan kerabat kita di media sosial. Perlu menangguhkan diri agar tak mudah melirik berbagai infomasi diskon yang bertebaran.

Gambar oleh OpenClipart-Vectors dari Pixabay

Bagi mamak-mamak macam saya yang pernah berselancar di market place tertentu di dunia maya, iklan promo Ramadan malah jadi seperti hantu yang membayangi. Terlebih bagi mamak blogger yang menyambangi blog kawan-kawan blogger-nya yang mengandung Adsense, harus ekstra menahan godaan!

Namun, bagi mereka yang memang berniat membeli, kejelian mutlak dimiliki. Segala informasi diskon yang lewat di depan mata itu perlu dicek kembali. Apakah benar promo yang ditawarkan merupakan yang termurah.

Perlu pula dicari tahu, apakah produknya benar-benar berkualitas. Apakah promo yang diiming-imingi memang terpercaya, dan sebagainya. Untuk memastikan semua itu tentu dibutuhkan informasi yang lengkap dan perlu membandingkan harga antar lapak. Ya, kadang-kadang ada promo abal-abal dalam kemeriahan pesta diskon Ramadan.

Info Promo Ramadhan 2019

Untuk membantu para pembeli yang jeli dan cermat saat berbelanja, berikut ini sayarekomendasikan tempat-tempat terbaik berburu promo di bulan Ramadhan. Tempat-tempat yang paling sering kita dapati info terbaru seputar pesta diskon Ramadhan 2019 di antaranya adalah:

Instagram


Jejaring sosial favorit sebagian besar masyarakat Indonesia ini sekarang dihiasi dengan berbagai iklan. Mulai dari e-commerce kenamaan hingga toko onlinedaribrand lokal beriklan dan menawarkan aneka promo menarik di sini.

Instagram amatlah memadai bagi mereka yang ingin “cuci mata” dengan aneka informasi produk. Tampilan foto-foto yang menarik memang sangat menggoda mata. Kalau tak berhati-hati, Anda bisa lupa “pulang” ke dunia nyata!

Bagaimana tidak, ada tawaran diskon hingga 90%, cashback, buy2 get 3, dan lain-lain. Anda pun bisa menemukan produk lokal hingga internasional dijual di sini. Kumpulkan saja link atau kode voucherdari iklan promo Ramadhan yang Anda dapatkan di Instagram. Lalu baca deh info detailnya, bandingkan, dan pilih promo terbaik menurut Anda sebelum berbelanja online.

Info Promo Ramadhan 2019


Search Engine Google


Apapun yang Anda cari, kemungkinan besar mudah ditemukan di search engine Google. Google gitu loh, anak kecil pun kenal mesin pencari ngetop ini.Apa saja yang ingin diketahui, termasuk aneka promo Ramadhan 2019 bisa diperoleh di sini. Berbagai e-commercedan toko terpercaya senantiasa meng-update situs mereka agar mudah kita temukan di mesin pencari ini.

Jika Anda memasukkan keyword"promo Ramadhan" maka akan menemukan banyak referensi tempat belanja online murah. Berbagai e-commerce seolah perang harga dengan macam-macam penawaran menarik seperti potongan harga hingga 99%, flash sale, dan sebagainya.

Well, pilih saja salah satu tempat yang menarik. Jika perlu, manfaatkanlah situs-situs yang menyediakan info pembanding harga, untuk menemukan promo terbaik dan termurah dari produk yang diincar.

ShopBack


ShopBack adalah salah satu situs populer di Indonesia yang menyediakan info promo terbaru dan tepercaya dari ratusan e-commercekenamaan. Anda bisa menemukan kode voucher, kupon diskon, top deal, hingga promo eksklusif dalam satu aplikasi atau situs belanja hemat di Ramadhan 2019.

Selain update info seputar promo Ramadhan, di sini Anda bisa temuikesempatan mendapatkan tambahan cashback hingga ratusan ribu rupiah. Caranya mudah,cukup dengan membuat akun dan berbelanja di e-commercepilihan melalui ShopBack. Cashbackberlaku di setiap transaksi dan bisa langsung dicairkan kembali ke rekening pribadi Anda.



E-commerce dari Pixabay

BACA JUGA : Melipur Lara dengan HP Murah Impian: Saat Harbolnas, di ShopBack


Aplikasi Ojek Online atau Bank Online


Seiring meningkatnya minat belanja online, berbagai platformonline pun bertebaran dan menawarkan aneka keuntungan pada pelanggan. Anda bisa memanfaatkan aplikasi ojek online untuk mendapatkan diskon hingga 70% saat belanja makanan, kebutuhan groceries, hingga transportasi.

Aplikasi ini andalan saya yang sulit mobile. Senang sekali ketika mendapatkan 10 voucher ojek mobil, ojek motor, hingga ongkos antar makanan. Benar-benar praktis. Ketika berbelanja di mal atau toko pun mudah, tinggal menyodorkan handphonesaja, scan bar code, dapat diskon pula.

Selain itu, info diskon besar-besaran selama Ramadhan 2019 ini juga bisa ditemukan melalui aplikasi bank online. Anda bisa mendapatkan cashback hingga diskon ratusan ribu rupiah jika memanfaatkan bank onlinesaat transaksi belanja.

Contohnya seperti Jenius, Dana, OVO, Gopay, dan masih banyak lagi. Senangnya jika bisa install semua aplikasi ojek dan bank online yang ada. Yang penting ponsel Anda mumpuni, mampu ditongkrongi segala jenis aplikasi tersebut.

Subscribe Email E-commerce


Untuk Anda yang memiliki e-commerce favorit saat berbelanja, coba nyalakan notifikasi atau subscribeemail dari mereka. Ini memudahkan Anda mendapatkan info terbaru seputar promo yang sedang ditawarkan atau berlangsung di bulan Ramadhan ini.

Cara ini cocok untuk Anda yang malas mencari dan ingin langsung mendapatkan info promo terbaik dan termurah. Pihak e-commerce akan rajin memberikan info kepada Anda melalui email, tentang produk-produk apa saja yang sedang diskon, voucher belanja yang bisa dimanfaatkan, hingga daftar promo terbaru yang sayang untuk dilewatkan.

Gambar oleh Foundry Co dari Pixabay


Situs Media Online


Jika Anda suka membaca berita dan membuka situs media online, biasanya juga akan sangat mudah menemukan berbagai promo Ramadhan. Banner-bannerkecil hingga besar menjadi hiasan di situs media online, untuk menunjukkan ada diskon besar-besaran yang bisa Anda manfaatkan saat berbelanja online.

Anda dapat langsung klik iklan yang tersedia untuk melihat detail informasi diskon atau kumpulkan dulu semua informasi untuk digunakan saat berbelanja. Tapi hati-hati saja, sekali nge-klik, dia akan membayangimu di mana-mana selama terhubung dengan internet!

Informasi yang ada di media online tepercaya biasanya dilakukan oleh e-commerce atau toko online besar yang kredibel, karena biaya iklan tidaklah murah. Tentunya info yang Anda dapatkan akurat untuk bisa belanja hemat.

Nah, manakah tempat berburu promo Ramadhan 2019 yang paling Anda suka? Silakan pilih sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan kesukaan. Semoga bermanfaat!

Makassar, 23 Mei 2019

Tentang Menerima Kekalahan dan Memperjuangkan Sesuatu

$
0
0
Tentang Menerima Kekalahan dan Memperjuangkan Sesuatu - Bagi kedua orang tua saya, sekolah bukan sekadar supaya pintar. Ada kompetisi di dalamnya, sehingga akan ada yang menjadi ranking satuatau yang terbaik. “Belajar baik-baik supaya ranking satu,” tak jarang pesan seperti itu saya dengar dari keduanya.

Adik bungsu saya, satu-satunya laki-laki di antara tiga anak Ayah dan Ibu adalah kebanggaan karena langganan menjadi ranking satu. Tak jarang dia menduduki posisi sebagai juara umum di sekolah dan membuat orang tua kami makin bangga.

Namun pada beberapa kesempatan, Ibu saya merasa terzalimi. Setelah mendapat kabar mengenai peringkat top yang seharusnya adik saya peroleh, tiba-tiba saja ada nama lain yang menduduki posisi itu. Menyusul isu kecurangan yang melatarbelakanginya.

Mikefoster - Pixabay

Kalau peristiwa itu layak disebut sebagai kekalahan, Ibu menerimanya saja tapi tak dengan lapang dada. Karena mempersoalkannya juga hanya akan membuang-buang waktu dan tak ada manfaat signifikan yang diperoleh. Walaupun demikian, bagi Ibu hal ini bukan sekadar kekalahan biasa karena harga dirianaknya yang sudah belajar mati-matian tereliminasi begitu saja.

Rasa terzalimi itu masih terbawa hingga sekarang. Kalau suatu ketika berhadapan dengan Ibu, please jangan ungkit kisah masa lalu itu karena beliau masih bisa bertutur kepadamu dengan nada marah. Sementara adik saya, tentu saja sekarang hanya tertawa jika diingatkan.

Adik saya sudah membuktikan pada dirinya sendiri dan pada orang tua kami, bagaimana dia mampu berada di posisinya sekarang ini. Semasa kuliah di institusi teknologi terkenal di negara ini, dia menyambi kerja pada sebuah perusahaan IT. Lalu dia lulus dengan sangat memuaskan dan dengan cepat diterima bekerja di sebuah BUMN.

OpenClipart-Vectors dari Pixabay

Cerita yang mirip saya dengar dari seorang kawan. Anaknya yang langganan mewakili sekolah – bahkan provinsi ini untuk ikut kompetisi salah satu bidang studi tingkat nasional terzalimi dengan nilai yang tidak semestinya di rapor. Dirinya dan buah hatinya tahu persis perolehan nilainya jauh di atas itu.

Kecewa pastinya. Selain karena melukai harga diri, perolehan nilai secara keseluruhan bisa terpengaruh jika diikutkan pada seleksi bebas tes untuk masuk peguruan tinggi ternama. Rugi pastinya. Tetapi teman saya dan anaknya memilih mengikhlaskan kekalahan ini ketimbang meributkannya.

Teman saya memotivasi anaknya untuk terus belajar dan membuktikan “nilainya” yang sesungguhnya untuk mata pelajaran tersebut pada ujian nasional. Kabar bahagia itu akhirnya datang, membuktikan harga diriyang sesungguhnya. Nilai yang sangat tinggi berhasil dicapainya untuk mata pelajaran itu, tak ada yang melebihinya.

Padrinan - Pixabay

Namun kadang-kadang ada orang yang merasa perlu memperjuangkan kebenarandi balik kekalahannya. Contoh sederhananya adalah ketika adik perempuan saya mendapat nilai lebih rendah daripada hasil kerjanya di sekolah untuk pelajaran Matematika. Ayah mendatangi gurunya dan mengajak berdiskusi hingga berdebat.

Ayah adalah guru Matematika kami di rumah. Dan Matematika itu mutlak nilainya. Benar ya benar, salah ya salah. Kredibilitasseorang ayah di hadapan anaknya dipertaruhkan di sini. Menurut Ayah, kebenaran sesederhana ini pun harus diperjuangkan.

Sang guru tak begitu menerima didebat orang tua siswa. Kredibilitasnya dipertaruhkan. Akhir dari peristiwa ini, adik saya terpaksa menerima kekalahandengan turunnya urutan ranking-nya. Untuk nilai yang hanya berbeda antara 7,5 dan 7 ½, dia harus menerima kekalahan dengan berada di urutan ke-5. Penerima nilai yang persis sama duduk di posisi ranking 3.

hbieser - Pixabay

Kekalahan yang mirip – dalam hal perolehan nilai di sekolah, harus kami telan untuk Athifah. Karena tak berhak mendapatkan kisi-kisi ulangan akibat tak ikut les tambahan yang diberikan wali kelasnya, kami harus pasrah berapa pun nilai yang diberikan oleh sang guru kepadanya karena tak mungkin dia menyaingi teman-temannya yang les dalam hal perolehan nilai di kelas.

Karena tak menganggap mempersoalkannya penting, kami menerima saja “kekalahan” ini. Bisa lebih ribet kalau mempersoalkannya karena wali kelas sangat berkuasa atas nilai-nilainya, kecuali untuk nilai UAN. Toh pendidikan lebih dari sekadar kompetisi dan ranking satu.

Saya memilih memotivasi Athifah untuk belajar secara online menggunakan aplikasi dan mengerjakan soal-soal yang ada di buku kumpulan soal “berkisi-kisi nasional”. Konon sudah terbukti bentuk-bentuk soal di buku ini keluar pada ujian akhir tingkat SD.

Annca - Pixabay
Tak semua kompetisi transparan seperti pertandingan
olahraga di lintasan seperti ini

Ah ya, sebenarnya bukan benar-benar tak memperjuangkannya, ya. Untuk kasus Athifah, mirip dengan kasus putri teman saya di atas. Kami memperjuangkannya dengan memotivasi buah hati kami, tidak dengan mencoba mendiskusikannya atau meributkannya dengan pihak sekolah.

Eh tapi saya pernah lho memperjuangkan nilai saya dulu karena akan signifikan hasilnyakalau berhasil. Ketika kuliah beberapa kali saya lakukan. Walau setelah dicek ke dosen yang bersangkutan nilai saya sama saja dengan yang tertera pada pengumuman, saya lega. Setidaknya saya sudah mencoba memperjuangkannya walaupun tak ada perubahan.

Kalau saya tak mencobanya, saya mungkin akan menyesal karena hanya sibuk berandai-andai. Kalau ada perubahan lumayan, kan karena saya tak perlu menunggu setahun untuk mengambil mata kuliah yang sama dan ikut ujian lagi.

Geralt - Pixabay

Zaman dulu itu tak ada semester pendek atau semester antara jadi kalau ada mata kuliah yang nilainya jelek, harus diprogramkan lagi di tahun berikutnya. Beruntung banget kan kalau harga diri jadi naik dan bisa berhemat waktu?

Friends, dalam hidup ini ada bermacam dinamika dan riak. Semua kasus di atas merupakan contoh-contoh sederhana. Andai semua kompetisi setransparan pertandingan olahraga yang bisa kita saksikan bersama-sama tanpa ada satu celah pun yang tersembunyi, tentunya akan lebih simple hidup ini.

Andai semua hanya berakhir dengan angka tanpa ada harga diri yang diperjuangkan berikut nilai-nilai moral, tentunya akan makin sederhana pula. Namun hidup tak selamanya sederhana, Rozalinda. Beruntung jika ada proses yang bersih yang mengakomodasi perbaikan yang diharapkan sebagian orang.

Geralt - Pixabay
Legowo, legowo, legowo.

Adalah hak setiap orang untuk mempertanyakan, memperjuangkan, memperkarakan, atau apapun namanya itu, terkait kebenaran yang dilihat dan diyakininya. Toh kita-kita ini warga yang berada dalam negara yang mengakui sistem demokrasi?

Yang jelas, mumpung masih di bulan Ramadan, boleh kan saya berharap … buat saudara-saudari muslimku, semoga kita semua bisa mengalahkan hawa nafsudan kembali kepada fitrah di penghujung Ramadan nanti. Selanjutnya, kita sama-sama yakin, sebaik-baik hakim adalah Allah yang Maha Adil. Legowo, legowo, legowo.

Makassar, 27 Mei 2019
  
NB:
Hanya catatan ringan seorang mamak, sebagai bacaan ringan saja. Tidak untuk dikaitkan ke mana-mana.


Viewing all 1568 articles
Browse latest View live